33

294 39 11
                                    

Sekotak brownies coklat dan pudding coklat kesukaannya sudah ia dapatkan. Setelahnya Keina keluar dari toko kue langganannya dengan senyuman yang begitu mengembang.

Ia terus melangkah menuju area dimana motornya terparkir. Gadis itu menghentikan langkahnya ketika seseorang yang begitu tak asing baru saja keluar dari dalam mobil sport berwarna merah. Seketika tatapannya berubah menjadi begitu senduh.

Han Keina membeku ketika sosok yang pernah mengisi hatinya itu menatap kearahnya dengan tatapan yang begitu sulit diartikan.

Keina semakin dibuat kalang kabut ketika sosok Namja yang pernah menjadi belahan hatinya itu melangkahkan kakinya mendekat padanya. Ia ingin pergi namun kakinya begitu berat hanya untuk sekedar ia gerakan.

"Han Keina. Bagaimana kabarmu?"

Tak pernah berubah, senyuman itu. Senyuman itu tetaplah manis seperti dulu. Atau bahkan lebih manis, Jeon Jungkook mantan kekasihnya tersenyum padanya dengan begitu lembut. Pria itu terlihat begitu dewasa sekarang.

"Jungkook." Ucap Keina begitu lirih. Namun, Jungkook masih bisa mendengarnya. Bagi Jungkook, Han Keina tetaplah manis. Gadis itu semakin terlihat lebih cantik daripada saat menjadi kekasihnya dulu. Badannya juga terlihat lebih berisi ketimbang dulu. Karena dulu Han Keina terlihat begitu kurus.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya kembali Jungkook.

"Baik." Jawab Keina singkat. Ia ingin segera mengakhiri percakapan dengan mantan kekasihnya ini. Ntah kenapa rasa sakit kembali menghantam relung hatinya ketika mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu katika Jungkook memilih meninggalkannya karena keinginan dari orang tuanya yang tak pernah setuju dengan hubungan mereka berdua.

Ketika Han Keina hendak melangkah pergi, tangannya lebih dulu dinggenggam oleh Jungkook dengan begitu erat, hingga membuat langkah Han Keina seketika terhenti. Gadis itu memejamkan matanya beberapa detik mencoba menenangkan degub jantungnya yang berdetak secara brutal didalam sana.

"Keina apa kita masih bisa menjadi teman?" Tanya Jungkook. Ia menarik Keina agar berbalik dan mau menatap dirinya.

Keina menggeleng cepat, "berteman dengan orang miskin hanya akan membuatmu sengsara." Ucap Han Keina sembari tersenyum begitu lembut. Seakan ia tak merasakan rasa sakit sedikitpun karena ucapannya sendiri. Padahal hatinya bagai diremat kuat didalam sana.

Perlahan Jungkook melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Keina. Ia merasa sakit ketika ucapan itu keluar dari bilah bibir gadis yang pernah menjadi kekasiunya. Ia cukup tahu ucapan itu dilontarkan padanya.

Saat itu Jeon Jungkook tak ada niat sedikitpun untuk meninggalkan Han Keina. Karena saat itu ia benar-benar tulus mencintai gadis manis tersebut. Namun, ia tak dapat membantah perintah orang tuanya, karena Jungkook tahu jika kedua orang tuanya sudah nekad Keina tidak akan selamat. Ia hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang membahayakan keselamatan gadis bermarga Han tersebut.

Keina melihat sebuah cincin yang tersemat dijari manis Namja bergigi kelinci tersebut. Ia begitu yakin jika Jeon Jungkook telah bertunangan. Meskipun rasanya teramat sakit baginya. Namun, ia sadar jika ia bukanlah siapa-siapa lagi. Ia juga sadar jika dirinya dan Jungkook bagaikan langit dan bumi. Mereka tak akan pernah bersatu karena status mereka. Dulu saat menjalin hubungan dengan Namja bergigi kelinci tersebut Keina sudah sangat kenyang mendapat berbagai makian dari orang tua Jungkook karena ia berasal dari keluarga yang begitu sederhana.

"Apa kau begitu membenciku, Han Keina? Hingga untuk berteman saja kau tidak mau?"

Keina menggeleng pelan, "aku tidak pernah membencimu. Aku hanya terlampau kecewa dengan diriku sendiri. Seharusnya dari awal aku sadar dan tidak pernah menerima pernyataan cintamu. Kita berbeda Jungkook, kau langitnya dan aku ini bumi."

Keina melanjutkan ucapannya yang sempat terhenti, "Jadi lebih baik kita seperti saling tidak mengenal satu sama lain."

Jeon Jungkook paham. Ia tak ingin memaksakan kehendaknya pada Keina. Gadis itu sudah terlampau sakit karenanya.

Jungkook tersenyum begitu lembut, lalu mendekatkan dirinya pada Han Keina. Lalu dengan gerakan cepat ia membawa tubuh gadis itu untuk direngkuhnya. Mengabaikan beberapa orang yang berlalu lalang diarea parkir tersebut.

"Kalau begitu izinkan aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya."






🐅🐅🐅🐅


Tepat pukul tujuh malam Kim Taehyung sudah menginjakkan kakinya didepan pintu apartemen Chan Yun dan kedua sahabatnya. Ia membawa dua kotak kue kesukaan Chan Yun.

Berulang kali ia memencet bell apartemen. Namun, tak kunjung ada yang membukakan pintu. Ia mencoba menekan kembali bell apartemen tersebut. Dan dua detik setelahnya pintu apartemen terbuka. Menampilkan sosok Lee Sona dengan raut wajah yang begitu datar sedang menatapnya.

"Dimana Chan Yun?" Tanya Taehyung.

"Dia sedang berada di kamarnya. Dia sempat mengeluh kepalanya pening."

Taehyung menghela napas kasar, "boleh aku menemuinya?"

Lee Sona mengangguk, lalu setelahnya berucap, "kau temui saja dia di kamarnya."

Sona melangkahkan kakinya masuk kedalam diikuti Taehyung dibelakangnya.

Kim Taehyung membuka pelan pintu kamar Chan Yun. Ia menatap senduh pada sang sahabat yang sedang tertidur dengan begitu pulasnya dengan sebagian tubuh yang dibalut selimut tebal.

"Dia sedang istirahat, Tae." Ucap Sona yang langsung mendapat anggukan dari Taehyung.

"Aku tadi membelikan kue kesukaan Chan Yun. Aku titip padamu ya." Ucap Kim Taehyung sembari memberikan bingkisan berisi dua kotak kue kesukaan Chan Yun pada Sona.

"Pasti aku berikan padanya."

Tersenyum begitu lembut sembari menepuk pelan bahu Sona, setelahnya Taehyung berucap. "Kalau begitu aku pamit pulang."

Sona mengangguk sebagai jawaban. Ada rasa bersalah tersendiri yang menyelimuti hatinya saat ini.

Lee Sona masuk kedalam kamar Chan Yun ketika Taehyung sudah keluar dari apartemennya. Ia menaruh bingkisan berisi kue tersebut diatas meja.

"Apa kau sudah yakin dengan keputusanmu?" Tanya Lee Sona pada Chna Yun yang saat ini tengah terduduk diatas ranjang.

Chan Yun menggeleng pelan, seraya berucap "aku sudah yakin, Sona. Ketika dekat dengannya rasa sakit hatiku kembali menyebar. Lebih baik aku menghindarinya dulu, sampai rasa cintaku padanya benar-benar telah terhapus."

Sebenarnya Lee Sona cukup terkejut dengan penuturan Chan Yun beberapa hari yang lalu. Ia tak pernah tahu jika Chan Yun menyukai Kim Taehyung sejak lama. Selama ini Chan Yun menyembuyikan semuanya. Ia tak pernah cerita kepada siapapun perihal perasaannya pada Taehyung.

"Aku tidak akan menyalahkanmu atas hal ini. Keputusanmu sudah benar, tapi tolong jangan terus-terusan menghindarinya. Dia sangat menyayangimu sebagai sahabatnya."

Chan Yun tahu jika Taehyung sangat menyayanginya sebagai seorang sahabat. Namja tampan itu begitu peduli padanya. Karena rasa peduli yang ditunjukan Taehyung padanya itulah yang berhasil membuat dia begitu nyaman dan sampai menaruh hati pada Namja tampan bertubuh tinggi tersebut.

"Dia membelikan kue kesukaanmu." Ucap Lee Sona.

Chan Yun menatap senduh  bingkisan yang tergeletak diatas meja.

Kim Taehyung, maafkan aku.

My Stupid Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang