52

383 36 13
                                    





Bagi Han Keina waktu berjalan begitu cepat, sangat cepat hingga nyaris membuat otaknya hampir rusak. Ia sama sekali belum siap jika harus menikah dengan Park Jimin. Belum sepenuhnya siap jika menghabiskan seumur hidupnya dengan Pria seperti Park Jimin. Rasanya baru kemarin ia masuk kedalam rumah besar milik keluarga Park, baru kemarin ia menjadi pelayan pribadi Jimin.

Keina menatap pantulan tubuhnya pada cermin, gaun putih menjuntai hingga menyapu lantai. Ia yakin nantinya akan membuat dirinya sangat sulit hanya untuk sekedar berjalan saja. Salahkan sang Mertua dengan segala sikap pemaksanya, menyuruh mengganti gaun pernikahan mereka tepat di dua hari menjelang pernikahan keduanya. Nyonya Park menginginkan sebuah pernikahan mewah bak di Negeri dongeng. Meskipun nantinya tamu yang hadir tidaklah banyak, mungkin tak sampai seratus orang yang diundang oleh Ibu dari calon Suaminya tersebut. Mengingat Jimin masih saja mengalami trauma jika harus berhadapan dengan banyak orang. Jadi demi kebaikan sang Putra Nyonya Park mengundang saudaranya, beberapa teman dekat Han Keina, dan beberapa relasi bisnisnya.

Keina tersenyum lembut saat melihat penampilannya yang saat ini nyaris sempurna tanpa celah sedikitpun.

Rungunya dapat mendengar pintu ruangan yang dibuka oleh seseorang, membuatnya lantas menoleh pada presensi yang saat ini tengah berjalan mendekat kearahnya dengan sebuah senyuman yang terpatri pada bilah bibirnya.

"Eomma sangat bahagia." ucap Nyonya Han sembari menarik tubuh sang Putri untuk direngkuhnya. Ada air mata kebahagiaan yang menggenang disudut matanya. Merasakan kebahagiaan yang luar biasa saat ini, karena sebentar lagi sang Putri akan menjadi Istri dari Pria yang berasal dari keluarga kaya raya.

Keina mengelus lembut punggung sang Ibu, ia mati-matian menahan air matanya untuk tidak keluar karena itu akan membuat make up pada wajahnya berantakan.

Nyonya Han melepaskan pelukannya pada  tubuh sang Putri, menatap Keina dari bawah hingga keatas, mencoba menilai penampilan sang Putri yang sialnya sangat sempurna, "Kau sangat cantik." ucap Nyonya Han sembari menepuk pelan bahu Keina, "Seperti Eomma saat muda dulu. Sempurna, sangat sempurna. Hanya saja aku kurang beruntung karena menikah dengan Appamu."

Keina memutar bola matanya malas, sudah kesekian kalinya sang Ibu mengatakan hal itu padanya. Padahal, dulu Ayahnya sempat mengatakan padanya jika Ibunya lah yang terlebih dahulu mengejar cintanya. Karena sang Ayah yang pada saat itu begitu tampan dan selalu menjadi bahan pujian di Sekolahnya. Ibunya sering membawakan bekal makan siang untuk diberikan pada Ayahnya, mengaku jika ia yang telah bersusah payah memasak dipagi hari. Padahal saat itu Ibunya tak dapat memasak, bahkan sampai dihari pernikahannya pun Perempuan yang berstatus sebagai Ibunya itu tak bisa memasak sama sekali. Barulah Ibunya mengaku jika selama itu ia membeli makanan disebuah rumah makan untuk diberikan kepada Pria tampan yang menjadi pujaan hatinya di Sekolah.

"Tapi kata Appa. Dulu Eomma yang mengejarnya terlebih dulu." ucap Han Keina sembari terkekeh geli ketika kembali mengingat cerita sang Ayah.

Mata Nyonya Han sontak melebar karena ucapan Keina barusan, "Itu tidak benar." ucapnya sembari melipat tangannya di dada. Masih mencoba untuk membela diri, padahal sudah jelas jika dirinya lah yang pertama kali mengejar cinta dari Ayahnya dulu. Hanya saja, gengsi Ibunya itu terlalu tinggi.

Ceklekk..

Pintu ruangan kembali terbuka, menampilkan sosok Tuan Han yang terlihat begitu tampan dan gagah dengan setelah jas berwarna biru tua.

"Ohh ayolah, Eomma. Lihatlah Appa begitu tampan. Kau masih mengelak juga jika kaulah yang mengejarnya terlebih dulu saat kalian berdua masih di Senior High School."

My Stupid Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang