Lee Sona hanya dapat menggelengkan kepala tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Nyonya Han yang tak lain adalah Ibu dari sahabatnya tersebut sedang memolesi wajah Keina dengan make-up. Keina yang awalnya memang terlihat begitu manis tanpa polesan make-up apapun kini terlihat begitu menyeramkan bagi Sona. Dan jangan lupakan wajah tertekan Keina yang ia pasang sejak dua jam yang lalu, gadis pemilik senyum manis itu hanya dapat pasrah."Eomma rasa lipstick mu terlalu tebal." ucap Nyonya Han sembari meraih tissue yang berada diatas meja rias. Lalu dengan gerakan begitu kasar ia menghapus lipstick dengan warna merah menyala yang menempel begitu lekat pada bibir tebal sang Putri.
"Cukup!!" ujar Keina mulai merasa frustasi dengan kelakuan sang Ibu. Ia seperti boneka barbie yang di dandani dengan sesuka hati. Ia begitu terkejut ketika menatap riasan wajahnya di cermin. Ia sangat mengerikan, seperti hantu yang terkenal di film jepang yang pernah ia tonton bersama kedua sahabatnya. Wajahnya terlihat begitu pucat, putih pucat seperti Min Yoongi mantan atasannya di kantor dulu.
"Eomma, kenapa wajahku jadi putih pucat begini?" tanya Keina, sebenarnya tanpa memakai bedak yang begitu tebal wajahnya sudah putih, meskipun tidak seputih Kim Chan Yun yang warna kulitnya sangat putih bersih seperti tembok apartemen yang mereka tempati.
Sona beranjak dari sofa yang sedari tadi ia duduki, melangkahkan tungkainya untuk mendekat pada Han Keina. Ia harus cepat bertindak sebelum semua perlengkapan make-up miliknya hancur berantakan ditangan Nyonya Han.
"Eomma Han, bisa tolong keluar dari sini. Biar Han Keina aku yang mengurusnya." ucap Sona sembari tersenyum begitu lembut. Ia memang sangat dekat dengan Ibu dari Keina. Hingga berani memanggilnya dengan sebutan Eomma.
"Kau harus membuat Putriku terlihat sangat cantik malam ini."
Sona dengan cepat mengangguk, ia mengacungkan jempolnya pada Nyonya Han. Setelahnya berucap, "Tenang saja. Keina akan terlihat seperti Putri di Negeri dongeng malam ini."
Ibu dari gadis bermarga Han itu tersenyum. Ia segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam kamar Sona. Ia tak mau menunggu terlalu lama lagi, karena waktu kurang setengah jam lagi. Ia juga harus bersiap-siap untuk berganti pakaian dan memoles wajahnya semaksimal mungkin. Karena ini hari yang paling ia tunggu sejak ia mendapat kabar jika sang Putri akan dinikahi oleh seorang Pria dari keluarga kaya raya.
"Sona. Lihat wajahku jadi begini." ucap Han Keina sembari menunjuk wajahnya sendiri.
Sona terkekeh pelan, "kau bersihkan dulu make-up yang menempel di wajahmu. Setelah itu akan aku make-up ulang."
Keina dengan cepat mengangguk, tak mau berpikir lebih lama lagi ia segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Berniat akan membersihkan wajahnya yang terlihat menyeramkan karena make-up yang diberikan sang Ibu.
🐣🐣🐣🐣
Seharusnya pertemuan antar dua keluarga akan menjadi sesuatu hal yang mengesankan untuk dua orang yang telah menjalin kasih dan akan melanjutkan hubungannya ke tahap yang lebih serius. Tapi tidak dengan Han Keina, sedari tadi ia memasang raut wajah kesal yang begitu kentara. Sesekali menatap nyalang pada sang calon Suami yang saat ini tengah duduk tepat disebelahnya.
"Jadi bagaimana Tuan Han. Apa Anda setuju jika pernikahannya akan berlangsung dua minggu lagi?" tanya Nyonya Park sembari menatap pada Ayah dari calon menantunya tersebut. Sesekali ia tersenyum begitu lembut, untuk pertemuan pertama mereka setidaknya Nyonya Park harus terlihat begitu ramah didepan calon besannya.
Tanpa menunggu jawaban dari sang Suami terlebih dahulu, Nyonya Han dengan cepat mengangguk. "Saya setuju sekali," ucapnya sembari menepuk pelan paha sang Suami. Berharap Suaminya cepat memberi jawaban tanpa berpikir lama lagi.
Keina ingin menangis detik ini juga. Ia belum siap jika harus menikah dengan Park Jimin secepat itu. Belum siap menjadi dari Istri Pria mesum seperti Park Jimin. Tidak. Keina tidak akan pernah siap. Ia ingin mengatakan isi hatinya, tapi sang Ibu sedari tadi menatapnya dengan tatapan yang begitu tajam. Sebelum berangkat ke kediaman keluarga Park, Keina sempat berkata pada sang Ibu jika dirinya belum siap menikah. Meminta pada Ibunya agar ia mau mengatakan isi hatinya pada Nyonya Park ketika pertemuan keluarga berlangsung, setidaknya pernikahannya bisa di tunda untuk beberapa bulan ke depan. Nyatanya, sang Ibu sudah kelewat senang karena akan mendapatkan seorang mantu dari keluarga kaya raya. Jadi, ia tidak mau mendengarkan ucapan Keina sedikitpun.
"Nyonya Park..." Keina memberi jeda pada ucapannya. Kerongkongannya terasa kering di dalam sana. Kenapa rasanya begitu sulit hanya untuk berbicara saat ini.
Semua menatap pada Han Keina, menunggu kelanjutan dari ucapan gadis bermarga Han tersebut.
Menghirup napas dalam-dalam, lalu setelahnya menghembuskan nya kasar, rasanya ada sedikit kelegaan yang Keina rasakan. "Apa pernikahannya tidak bisa di tunda. Bukankah ini terlalu cepat?" tanya Keina. Akhirnya ia dapat mengucapkan apa yang sedari tadi ditahannya.
"Tidak bisa! Pokoknya tidak bisa!" ucap Jimin sembari menatap tajam pada sang calon Istri. Ia sudah menyusun sebuah pernikahan yang luar biasa mewah bak di Negeri dongeng. Beberapa hari ia sampai harus tidur larut malam karena merancang semuanya, Keina mana tahu semua itu. Gadis itu tidak tahu betapa inginnya seorang Park Jimin menikahinya.
"Han Keina. Tidak baik mengundur pernikahan, Nak. Bukankah lebih cepat lebih baik?" ucap Nyonya Han sembari menatap pada sang Putri.
Keina dengan cepat menggeleng, raut wajahnya penuh tekanan saat ini, "Bukan begitu, Eomma. Hanya saja ini terlalu cepat." ucap Keina. Ia menatap pada sang Ayah, berharap Ayah yang sangat ia sayangi itu peka dan mau membelanya saat ini. Tapi, nyatanya sang Ayah hanya diam saja tak bersuara sedikitpun. Terlampau pasrah dengan keputusan yang telah dibuat oleh Ibu dari calon Suaminya.
"Tidak bisa! Pokoknya pernikahannya tidak bisa ditunda, Han Keina." ucap Jimin.
Andai saja tidak ada Nyonya Park dan kedua Orang Tuanya saat ini ia sudah menampar bibir tebal Jimin. Ia sudah kepalang gemas dengan Pria berbibir tebal tersebut. Dan setelah menampar bibir tebalnya ia akan menghanyutkan Park Jimin di sungai Han. Tapi buru-buru ia segera menepis pikiran gila itu dari dalam otaknya. Ia bisa dipenjara dengan tuduhan pembunuhan.
"Eomma setuju dengan calon Suamimu. Lebih cepat lebih baik." ucap Nyonya Han sembari menatap pada Putrinya. Sesekali ia memberikan tatapan nyalang pada Han Keina, agar sang Putri mau menurut saja dengan apa yang telah direncanakan oleh calon mertuanya. Ia sudah tidak sabar ingin menjadi orang kaya. Ini adalah sebuah keajaiban yang diberikan oleh Tuhan pada keluarganya. Ia tidak pernah merasa melakukan kebaikan apapun di kehidupan sebelumnya. Tapi Tuhan terlampau baik pada keluarganya. Memberikan sang Putri jodoh seorang Pria yang berasal dari keluarga kaya raya dan pastinya terpandang.
Setelah mendengar ucapan dari Nyonya Han tak ada lagi yang bicara untuk saat ini. Keina terdiam, begitupun dengan Park Jimin. Keduanya saling diam dengan pikiran masing-masing.
Keina sedikit menggeser duduknya sedikit menjauh dari Jimin. Ia terlampau kesal dengan Jimin yang suka seenaknya. Pernikahan adalah hal dilakukan sekali seumur hidup. Ia tidak mau salah jalan dengan terlalu cepat menikah dengan Pria mesum dan kurang ajar seperti Park Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Boss (END)
Teen FictionHan Keina merasa tertipu ketika mengetahui yang seharusnya ia asuh bukanlah seorang Anak. melainkan seorang Pria dewasa bertubuh sexy bernama Park Jimin. {YUK FOLLOW SEBELUM MEMBACA}