5

561 59 3
                                    


Park Jimin bangun sedikit lebih pagi hari ini. Rencana gila untuk membuat sang pelayan barunya jengah sudah ia rencanakan sejak semalam. Dan tepat pagi ini ia sudah membuat jebakan untuk Han Keina.

Dengan hanya berbekal air yang ia campur dengan sedikit sabun mandi, ia meneteskan air yang sudah bercampur sabun mandi tersebut pada lantai tepat didepan pintu kamarnya.

"Rasakan kau gadis aneh." ucap Jimin sembari tersenyum begitu lembut. Ia yakin jika rencananya kali ini akan berhasil. Pelayan barunya itu pasti akan jengah setelah ini dan mengundurkan diri.

Setelah itu Jimin melangkahkan kakinya menuju kursi didekat jendela, lalu mendudukan dirinya dikursi tersebut. Ia menatap bunga bunga Indah yang bermekaran ditaman rumahnya. Ia ingin sekali turun kebawah dan melihat bunga itu dalam jarak dekat, tapi ia sendiri enggan untuk meninggalkan kamarnya. Seketika air muka Jimin berubah menjadi murung ia kembali mengingat kejadian sebelas tahun yang lalu, saat dirinya masih berusia empat belas tahun. Kejadian yang membuatnya hingga mengalami trauma berat terhadap keramaian.

Jimin memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan degub jantungnya yang berdetak secara brutal didalam sana. Keringat dingin mulai membasahi keningnya. Dadanya pun mulai terasa sesak untuk saat ini.

Park Jimin melangkah pelan menuju nakas, mengambil segelas air putih dan meminumnya hingga tandas. Napasnya mulai kembali teratur saat ini. Segelas air putih dapat membuat dirinya lebih tenang untuk saat ini.

Dapat Jimin dengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Ia begitu yakin jika itu adalah Pelayan barunya.

Prangggg

Han Keina jatuh terpeleset dan sukses membuat nampan berisi sepiring makanan dan segelas susu yang ia bawah jatuh hingga terpecah belah.

"Astaga pinggangku." rengek Keina. Gadis itu memegangi pinggangnya yang terasa begitu sakit.

Park Jimin terkekeh geli saat melihat Keina yang terjatuh dilantai dan merengek seperti anak kecil.

"Gadis bodoh." ucap Jimin sembari menatap Keina. Tidak ada niatan sama sekali dalam dirinya untuk menolong Keina. Karena itu memang sudah menjadi rencananya. Dan ia berhasil membuat gadis itu terjatuh akibat jebakan yang ia buat.

Keina masih terdiam dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. Pinggangnya terasa begitu sakit saat ini. Rasa malu bercampur geram memenuhi hatinya. Ia begitu yakin jika sang Tuan muda lah yang melakukan semua ini.

"Aku akan laporkan ini pada Nyonya Park. Lihat saja nanti." ucap Keina sembari menatap Jimin dengan begitu geram.

"Apa maksudmu?" tanya Jimin.

Keina dengan sekuat tenaga mencoba bangkit. Mengabaikan rasa sakit pada pinggangnya.

"Pasti Tuan muda Park sengaja melakukan ini kan? Membuat lantai licin agar saya jatuh." ucap Keina.

Jimin melangkah mendekat pada Keina. Mengenggam tangan gadis itu dengan begitu erat. Keina sempat terlonjak kaget akibat perlakuan tiba-tiba yang dilakukan Jimin padanya.

"Akhhh.. Kau mau apa? Lepaskan aku." ucap Keina. Pinggangnya masih terasa begitu sakit dan Jimin tiba-tiba menyeretnya dengan begitu kasar.

Dengan gerakan cepat Park Jimin menghempaskan kasar tubuh Keina keatas ranjangnya. Jimin menindih tubuh Han Keina dan mengukungnya dibawah tubuhnya, dengan tangan Keina yang sudah dicekal erat keatas.

"M-mau apa kau?"

Keina merasa semakin was-was saat Jimin mendekatkan wajahnya pada wajah Keina.

"Lepaskan."

Keina hanya dapat bergerak semampunya berharap dapat lepas dari kungkungan sang Tuan muda.

"Kau berani sekali padaku, Han Keina." ucap Jimin sembari menatap tajam Keina.

"Mianhe. Lepaskan aku." ucap Keina. Ia terus meronta berharap Jimin mau melepaskan dirinya. Pinggangnya terasa begitu sakit saat ini belum lagi tangannya yang dicekal oleh sang Tuan muda.

"Aku membencimu, Han Keina." ucap Jimin.

Keina terdiam, menatap Jimin tepat dimatanya. Air mata Keina seketika menetes kembali. Ia tak tau apa yang membuat sang Tuan muda begitu membencinya. Seharusnya ia yang berkata seperti itu pada Park Jimin karena telah membuatnya tersiksa seperti ini.

"Tuan. Bisa menjauh dari atas tubuh saya. Pinggang saya, hiks, sakit."

Jimin menghapus air mata Keina dengan ibu jarinya. Ia tak tau kenapa tiba-tiba hatinya merasa aneh saat melihat Keina menangis seperti ini. Harusnya ia tak peduli, bukan?

Keina dapat bernapas lega ketika Jimin telah menjauh dari atas tubuhnya. Dengan mengabaikan rasa sakit di pinggangnya, Han Keina bangkit dari atas ranjang. Ia mengambil pecahan piring pada lantai tepatnya terjatuh tadi. Ia tak ingin sang Tuan muda terkena pecahan piring tersebut nantinya.

My Stupid Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang