25 Menit 65

1.3K 99 13
                                    

ALWAYS















Klik tanda bintang sebelum baca ya gaeys... walau vote dikit banget...











Happy Reading
















* Sorry for typo.

James mengerang frustasi sambil mengacak rambutnya sendiri, sungguh ia stress dengan keadaan yang terjadi padanya saat ini. Penikahannya akan dilangsungkan besok. Ya, besok bukan lagi minggu depan. Ya tuhan, grappa benar-benar tidak memberinya waktu lagi untuk mencari alasan membatalkan pernikahan bahkan grappa memajukan pernikahannya seminggu lebih awal.

"Arrrggghhh... kenapa otakku tidak bisa berfikir sekarang!" teriak James didalam kamarnya. "Apa yang harus kulakukan besok? Kabur?" gumam James lalu ia melangkah menuju pintu kamarnya dan membukanya sedikit.

Brak...

James kembali menutup pintu kamrnya dengan kasar karena sungguh grappa membuatnya seperti tahanan, sebab didepan pintu kamarnya sudah ada dua orang berbadan besar sedang berjaga.

"Ah... Sial!" teriak James lagi berusaha mengeluarkan emosinya. "Kenapa harus tertangkap basah oleh grappa, Sial!" umpat James lagi.

Pernikahannya dimajukan seminggu dari penetapan tanggal pernikahan, serta ia selalu dikawal kemanapun oleh orang suruhan grappa. Itu semua terjadi sejak kemarin saat ia sedang berusaha menghubungi Paquita menggunakan ponsel Desi, tapi bukan  panggilannya terangkat, ia malah ketahuan oleh grappa, membuat grappa merebut paksa ponsel Desi lalu mengatakan segera melangsungkan pernikahannya atau grappa akan menyuruh orang suruhannya yang siap bergerak kapan saja di Meksiko untuk membuat Paquita juga Sky celaka, hingga James tidak bisa berbuat apapun lagi.

James memandang kearah luar dari jendela kamarnya yang sengaja ia buka lalu menatap langit yang sedang dipenuhi bintang. "Aku tidak mungkin menikah dengan perempuan itu, kalaupun aku akan menikah lagi, aku harap aku bisa menikahi Paquita lalu bisa menjadi papa Sky, gadis kecilku, ya tuhan... aku sungguh merindukan gadis kecilku tapi aku juga tidak mau mereka celaka" frustasi James lalu melempar tubuhnya kekasur.

Suara ponselnya membuat James bergerak malas meraih benda canggih itu. Seketika mata James terbuka lebar lalu membanting ponselnya. Ia mendapat pesan yang mengatakan bahwa kapan saja Sky bisa diculik jika James berani membuat kacau acara pernikahan besok bahkan pesan tersebut juga berisi foto Sky yang sedang berada di stollernya  tertidur pulas.

James tidak bisa membayangkan hal buruk yang akan menimpa Sky jika ia berani berbuat ulah besok dipernikahannya. Tidak. James akhirnya memutuskan akan melakukan pernikahan besok. Setidaknya ia berusaha menyelamatkan Sky walau nyatanya gadis kecil itu tidak mengetahui apapun.

🍒🍒🍒

Dimeksiko...

Nadine sedang mengemasi barangnya juga barang milik Sky, ia sudah memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan memberitahukan kebenaran bahwa ia adalah Nadine pada James, suaminya. Dan Nadine yakin bahwa James pasti akan senang terlebih ia juga membawa satu nyawa lagi dalam perutnya yang sedang bertumbuh, calon anak keduanya dengan James.

Nadine yakin James sudah berubah, ia dapat melihat perubahan itu dan entah kenapa Nadine juga yakin bahwa suaminya itu sudah mencintainya. Nadine ingat bagaimana James selalu mengingat namanya bahkan saat mereka berhubunganpun hanya nama Nadine yang keluar dari mulut suaminya itu, padahal saat itu ia masih menjadi Paquita. Membayangkannya saja wajah Nadine merona merah, ah... mengetahui suaminya mencintainya membuat Nadine merasa bahwa mimpinya dulu menjadi nyata.

Soal pernikahan yang dikatakan Sehun, tentu saja Nadine akan membatalkannya, lagipula ia masih punya waktu bukan? Pernikahan itu akan diselengarakan minggu depan dan ia akan ke indonesia besok jadi ia masih punya waktu untuk membatalkan pernikahan itu.

"Kau mau pergi?" Penelupe masuk ke kamar Nadine dan melihat dua koper sudah siap, sedangkan sang pemilik koper terlihat seperti melamun.

"Mama," seru Nadine menyadari kedatangan Penelupe.

Penelupe duduk dikasur sembari memandang wajah Sky yang sedang tertidur pulas dengan mulut kadang bergerak seperti menghisap sesuatu.

"Ma... Kenapa mama menangis?" Nadine mendekat kearah Penelupe lalu duduk disamping wanita itu.

"Jangan pergi" serak Penelupe berujar bergerak membelai wajah Sky. "Bolehkah mama jujur? Sejak kau mengetahui identitasmu, Mama sangat takut, takut hal ini terjadi, kau meninggalkan mama dan kau juga membawa Sky bersamamu" ujar Penelupe tanpa melepaskan pandangannya dari wajah pulas Sky. "Mama tidak mau kehilangan kalian, bagi mama kau dan Sky adalah bagian dari diri mama," jelas Penelupe lagi sembari terus meneteskan airmata dan memandang wajah Sky.

"Mama hanya ingin kau dan Sky berada disini, didekat mama, apakah mama bisa memintanya padamu? Mama mohon jangan pergi, jangan meninggalkan mama dan jangan tinggalkan rumah ini," bahkan kali ini Penelupe sudah bersiap bangun dari duduknya dan hendak berlutut didepan Nadine.

Nadine tentu saja kaget dan langsung mencegahnya, mana bisa ia membiarkan Penelupe berlutut padanya sedangkan hidupnya dan hidup Sky adalah berkat pertolongan Penepule.

"Ma... jangan begini, Nadine tidak bisa melihat mama terus menangis apalagi sampai memohon seperti ini ma" isak Nadine merasa sakit melihat bagaimana Penelupe begitu menyanyanginya juga Sky.

"Mama hanya mohon untuk kali ini jangan pergi kemanapun" pinta Penelupe lagi kembali duduk ditepi kasur.

"Ma... Nad pergi karena memang Nad harus pergi untuk memberitahukan semua kebenaran pada suami Nad, dan Nad juga harus memberitahunya tentang kehamilan Nad ma" jelas Nadine berusaha berbicara selembut mungkin pada wanita yang sekarang ia sebut mama. Nadine tidak mau memberitahukan tentang James yang akan menikah lagi pada Penelupe karena ia tidak mau membuat sang mama malah berfikiran lain lagi tentang James.

"Mama mengerti maksudmu, tapi tidak bisakah kau memberitahunya via telepon saja atau kau minta saja ia kemari, mama tidak akan menghalangi hubungan kalian karena memang ia masih suamimu juga ayah kandung Sky, tapi mama hanya minta satu hal padamu, tolong jangan pergi dari sini"

Nadine bingung sekarang, ia tidak mungkin tega menolak permintaan Penelupe. Benar, jika ia bisa memberitahukan semua via telepon tapi Nadine inginnya memberitahukan secara langsung, lagipula sungguh ia merindukan negaranya.

"Nad, mama mohon tetaplah disini," pinta Penelupe menegaskan keinginannya.

Nadine menarik nafas lalu menghembuskannya dengan pelan. "Ma.... Nadine janji tidak akan pergi tanpa ijin dari mama" putus Nadine akhirnya karena ia sungguh tidak tega pada Panelupe. Nadine hanya berfikir jika mungkin esok ia akan meminta bantuan Sehun untuk membujuk mama mereka agar memberi ia ijin untuk kembali ke Indonesia dan bertemu suaminya.

"Benarkah? Kau akan tetap tinggal disini? Bersama mama?" semangat Penelupe sekarang sembari tersenyum menatap Nadine yang mengangguk walau tampak ragu. "Terima kasih, terima kasih nak, mama menyanyangi kalian lebih dari apapun" sambung Penelupe memeluk erat tubuh Nadine.

Nadine hanya bisa membalas pelukan Penelupe sembari memandangi wajah pulas Sky yang tertidur pulas. "Sayang, maafkan mama karena harus menunda pertemuanmu dengan papa, tapi mama janji kalau kita akan segera bertemu papa dan mama pastikan kau akan bahagia bersama papa nanti, kau bersabar sedikit lagi ya sayang, besok mama akan meminta tolong pada daddymu untuk membujuk grandmamu" batin Nadine berujar tertuju pada Sky.







💜💜💜






Segini dulu ya, soalnya aku emang lagi sibuk di dunia nyata. Jan lupa komen dan vote juga. Makasih.

by Chang_e,
Smd,080121

25 MenitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang