25 Menit 60

1.4K 101 6
                                    

ALWAYS














Klik tanda bintang sebelum baca...











Happy Reading













* Sorry for typo.

James seakan tidak pernah rela jika harus berpisah dengan si kecil Sky, entah kenapa ia merasa begitu menyayangi si kecil itu apalagi melihat senyum juga celotehnya membuat semua penat serta putus asanya mencari tahu tentang Paquita menghilang. Hingga sekarang sudah hampir seminggu James menunggu kabar dari dokter Hendrik dan ia belum mendapat kabar apapun.

James berdiri dibalkon kamarnya menatap langit yang siang ini terlihat mendung, mendesah kesekian kalinya ia sungguh merindukan si kecil Sky karena setelah liburan minggu kemarin hingga saat ini ia belum melihat si kecil itu lagi. Seminggu ini ia malah disibukkan dengan urusan pekerjaan dikantor cabangnya, belum lagi sejak tiga hari yang lalu sang kakek terus menelponnya serta menanyai keberadaannya, James seperti diteror saja saat ini oleh sang kakek.

Benar saja, ponsel yang ia letakkan di kasur terus berkedap kedip sejak tadi, panggilan dari siapa lagi kalau bukan dari sang kakek yang terus mendesaknya untuk segela pulang serta memilih istri.

"Ya, grappa..." jawab James lemah. Akhirnya mau tidak mau ia harus menerima panggilan itu.

"Secepatnya grappa, James pasti pulang," James menjawab dengan sangat malas. "Tentu, terserah grappa saja" hingga akhirnya James memutus panggilan itu karena sang kakek memaksanya menikah secepat mungkin.

Sementara dikediaman Alejandro...

Paquita masih meringkuk dikasur sejak pagi karena ia merasa kepalanya pusing bahkan ia menolak meminum obatnya karena menurutnya tidak berpengaruh apapun pada rasa sakitnya saat ini. Entah kenapa ia merasa sakit dibagian kepala sejak semalam dan ada berbagai bayangan aneh muncul ketika ia membuka mata.

Sky sendiri diurus Penelupe sejak pagi. Bayi itu tidak rewel hari ini, mungkin karena ia mengerti akan kondisi sang ibu.

"Sayang... makan dulu" Penelupe membawakan nampan berisi makanan kedalam kamar Paquita. "Sepertinya kita harus kedokter" cemas Penelupe takut terjadi sesuatu pada putrinya itu.

Dulu, Penelupe ingat bagaimana Paquita remaja sering mengeluh sakit kepala hingga akhirnya dokter memvonis bahwa Paquita saat itu terkena kanker otak stadium dua membuatnya juga Sehun berjuang mati-matian mengobati Paquita dengan berbagai cara.

"Tidak ma... nanti saja... Paq ingin tidur saja, nanti setelah bangun pasti sembuh" tolak Paquita.

"Tapi sayang, kau sudah sakit kepala sejak pagi bukan? Ayolah... kita ke dokter saja ya?" bujuk Penelupe lagi.

"Tidak ma... Paq mau istirahat saja dirumah" tolak Paquita lagi.

"Ya sudah, mama panggil saja dokternya ke rumah dan tidak ada penolakan" tegas Penelupe kali ini. "Sekarang kau harus makan dulu agar punya tenaga, kau tidak kasihan pada Sky yang sejak pagi bermain sendiri?"

Paquita membuka matanya perlahan dan memperhatikan gadis kecilnya yang sedang bermain sendiri dilantai bahkan seharian ini putrinya tersebut hanya meminum asi yang sudah ia pompa sejak kemarin. Seketika Paquita merasa bersalah. Berusaha bangun akhirnya Paquita mau memakan makanannya.

Penelupe hanya tersenyum melihatnya, Sky memang senjata terampuh meluluhkan hati Paquita kemudian ia keluar dari kamar Paquita dan menelpon dokter untuk datang kerumahnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa ia sangat cemas dengan keadaan Paquita saat ini.

25 MenitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang