25 Menit 6

20K 347 27
                                    

ALWAYS



















Klik tanda bintang sebelum baca...











Happy Reading.












* Sorry for typo.

Sore menjelang malam, Nadine tetap menangis didalam kamar dengan kesendiriannya.

Desi sudah mencoba masuk untuk menghibur Nadine tadi, tapi pintu kamar itu terkunci rapat dan saat dipanggil tak ada sahutan dari dalam membuat Desi berhenti dan kembali kedapur untuk mulai memasak makan malam yang harus ia sajikan sebanyak tiga porsi malam ini.

Nadine sendiri masih meratapi nasibnya yang buruk. Dulu ia pikir mencintai seseorang yang akan menjadi suaminya sangatlah indah, selama tujuh tahun ia menanti pertemuannya dengan sang calon suami. Calon suami yang selalu ia bawa fotonya kemanapun ia pergi.

Setiap malam sebelum tidur ia bahkan mengajak benda mati itu bicara seakan orang yang difoto tersebut mendengarnya, kadang ia tersipu malu saat mengatakan bahwa ia ingin bertemu atau kadang ia tertawa saat menceritakan bagaimana kesehariannya pada foto tersebut. Ah... rasanya ia sudah sangat mengenal calon suaminya itu.

Nadine berasumsi sendiri bahwa calon suaminya pastilah orang yang sangat penyayang bahkan terlihat dari foto itu betapa tampannya calon suaminya itu. Jantung Nadine berdetak diluar batas kala membayangkan pertemuannya nanti saat ia sudah harus menikah dengan sang calon suami.

Tapi itu dulu, kenyataan yang sekarang ia hadapi berbeda seratus delapan puluh derajat dari semua khayalan indahnya.

Nadine memandang foto usang yang ia bingkai indah. Foto itu baru ia keluarkan dari koper miliknya.

"James... hiks... James... kenapa kau begitu jahat... kenapa? Kalau kau tidak mau menikah denganku katakan saja, itu lebih baik dari pada harus seperti ini?" ucap Nadine seakan foto James adalah manusia seutuhnya.

"Aku mem... aku... mem... aku mencintaimu," isak Nadine lagi lebih keras mendekap foto tersebut dengan erat.

"Non... non Nadine..." suara panggilan Desi dari luar terdengar ditelinga Nadine. "Non... bukalah pintunya, kau harus makan malam,"

Nadine menghapus airmatanya dan meletakkan foto James kedalam laci nakas disamping kasur.

"Non... keluarlah, tuan menunggumu dimeja makan," ucap Desi terdengar sedikit ragu.

Mendengarnya Nadine berusaha bangun dan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya guna menghilangkan jejak airmatanya.

"Non... cepatlah, aku mohon cepat keluar, tuan memintamu segera keruang makan," Desi berusaha memberitahu Nadine lagi. Sejujurnya ia tak tega tapi bagaimana lagi? Tak ada cara untuk menolong majikannya itu agar terhindar dari amukan sang tuan rumah jika ia tak mengatakannya.

Nadine memaksa dirinya keluar dari dalam kamar walau terasa enggan.

"Aku akan kebawah Desi," ucap Nadine begitu keluar dari kamar. Wajahnya terlihat pucat dan sepertinya perempuan itu menahan sesuatu yang akan ia hadapi dibawah sana.

Benar saja saat tiba diruang makan ia sudah melihat keberadaan James dan Lisa, bahkan sekarang Lisa sedang duduk dipangkuan James.

Langkah Nadine terasa berat, ia terus berjalan menuju meja makan dengan wajah tertunduk dalam dan tangan mengenggam erat kain bajunya.

25 MenitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang