Bagian 3

5.2K 549 22
                                    

Pagi pada hari berikutnya telah menyambutnya.
Dengan langkah bersemangat dirinya berjalan menuju halte bus, agar segera berangkat menuju tempat kerjanya.

Sekitar 10 menit lamanya Angelina menunggu sampai bus tiba.
Menaiki bus, dan mengambil tempat duduk di dekat jendela.
Kembali dirinya berharap melihat salah satu biasnya di sepanjang jalan kota Busan itu.

Bus yang dinaiki berhenti.
Segera Angelina turun dari bus itu.
Dengan semangat, Angelina melanglahkan kakinya ke salah satu rumah sakit terbesar di kota itu yang menjadi tempatnya bekerja.
Kali ini dia tidak lagi tersesat.
Dia sudah hapal jalan ini.

Memasuki ruangan tempatnya bekerja. Angelina meletakkan tas kerjanya di mejanya.
Dirinya segera duduk di kursi miliknya, dan mengeluarkan tumpukan data para pasiennya yang sudah dia pelajari semalam.

"Selamat Pagi!" Sapa Hyuna.
"Eoh? Kau sudah datang? Cepat sekali," tambahnya.

Angelina hanya tersenyum menanggapi. Tak lama kemudian rekan yang satunya datang.

"Selamat pagi semua!"
Itu suara Yejin yang menyapa.
Pria berusia 34 tahun itu tampak senang pagi ini.

"Kau terlihat bersemangat sekarang, ada apa?" Tanya Hyuna.

"Hah? Begitukah?" Tanya Yejin balik.

Hyuna berdecak, sementara Angelina hanya diam mendengarkan.
Dia termaksud pribadi yang tidak banyak berbicara.
Mungkin itu salah satu faktor pendukung dia tidak memiliki teman.
Tetapi anehnya dia bekerja sebagai seorang psikiater.

"Heh, kau lupa? Semua orang disini ahli jiwa, asal kau tahu." ketus Hyuna.

Yejin terkekeh.
"Hari ini hari pemeriksaan kandungan istriku. Kami akan segera mengetahui jenis kelamin anak kedua kami nanti. Maka dari itu aku bersemangat." ujar Yejin menggebu gebu.

"Owh, kupikir kau dapat pasien baru, atau rumah sakit menaikkan gajimu," ujar Hyuna.
"Tapi aku ucapkan selamat ya? Semoga anak keduamu nanti sehat sehat," tambah Hyuna.

Yejin tersenyum.
"Terimakasih."

Sementara Angelina terdiam di tempat.
Yejin sudah memiliki anak?
Dia pikir pria itu masih lajang.

"Ada apa dengan ekspresimu?" Tanya Yejin mengamati ekspresi wajah Angelina.

"Ah? Tidak, aku hanya terkejut tadi mendengar mu sudah menikah dan akan memiliki 2 anak." ujar Angelina.

Yejin tertawa mendengarnya.
"Orang orang akan selalu mengatakan hal itu kepadaku. " ujarnya.

Sementara Angelina tersenyum kikuk. Dia takut menyinggung perasaan Yejin.

"Tidak perlu merasa bersalah, aku menikah di umurku yang ke-25, tepat setelah aku selelsai dengan sekolah kedokteranku," jelas Yejin.

Angelina hanya mangut mangut mengerti.
"Pasti susah ya, pada masa itu?" Tanya Angelina.

Yejin terkekeh mendengarnya.
"Yah, ada susahnya, ada senangnya." ujarnya.

"Ya, bahkan Yejin pernah bercerita kepada kami, mereka harus berhubungan jarak jauh setelah menikah, karena Yejin harus mengejar pendidikannya. Aku bingung bagaimana istrinya hamil ketika mereka berhubungan jarak jauh?" Tutur Hyuna sembari terkekeh.

"Itulah yang dinamakan dengan bibit unggul." balas Yejin lantas terkekeh setelahnya.

Angelina hanya tersenyum geli mendengar penuturan rekan kerjanya itu.

"Selamat pagi semua!" suara tenor milik pria berkulit putih itu terdengar.

Semuanya kembali pada pekerjaan masing masing. Menghiraukan sapaan Yeonjin.

PSIKIATER || JJK [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang