Bagian 15

3.6K 453 36
                                    

Jungkook kini menggerakkan kakinya dengan gusar. Jari tangannya diketuk-ketukkan di atas pegangan kursi roda.
Mulutnya terkunci rapat, tetapi matanya menatap ke sana-ke mari seolah sedang menunggu sesuatu.

"Tenang lah Jungkook-ah. Mungkin sebentar lagi dia akan datang." Ny. Jeon mengusap pundak anak lelakinya itu.
Putranya terlihat gusar dan tidak tenang.

"Tidak bisa, bu. Memangnya dia ke mana? Ini sudah satu menit lewat, dan dia belum kembali." Jungkook melihat ke arah Arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Lelaki itu sudah mengenakan topi dan maskernya lagi.

"Hanya satu menit kau permasalahkan. Astaga." Wanita setengah baya itu menepuk keningnya. Putranya ini berlebihan.

"Karena satu menit, ada satu jam. Kita tidak boleh mengabaikan semua itu, bu." Jungkook malah memulai perdebatan dengan ibunya. Lelaki itu memang tidak mau mengalah. Melebihi perempuan yang sedang kesal.

"Sudah, jangan ribut di sini. Kita pulang saja bagaimana? Dia sudah ijin pada ibu akan makan siang bersama rekannya." Ny. Jeon bersiap dan mulai meneteng tasnya. Dia sudah berdiri dan berjalan mendekat ke arah Jungkook.

"Tidak bisa begitu bu. Dia harus melaksanakan tugasnya. Tidak boleh tidak. Itu sama saja dengan makan gaji buta." Jungkook sampai menatap ibunya.

Ny. Jeon menatap tak percaya kepada putranya. Dia menghela napas pasrah dan kembali duduk di kursinya tadi.
"Ya, aku akan menuruti kemauan mu. Kita tunggu dia." Ny. Jeon tersenyum penuh kejengkelan melihat tingkah putranya yang berlebihan.

Jungkook tak menyahuti setelah itu. Dia kembali menatap ke arah lorong. Giginya bergemelutuk karena kesal menunggu Angelina.
Dia menebak, Angelina pasti sedang merayu lelaki yang menyapa Angelina tadi.

"Awas saja kau. Kupastikan tidak bisa pulang kau." Lelaki itu bergumam. Dia sedang jengkel sekarang. Sudah hampir lima menit dia menunggu seperti ini.

Jika tahu seperti ini, Jungkook mungkin tidak akan memperbolehkan Angelina keluar dari ruang fisioterapi tadi.
Dia akan membiarkan wanita itu duduk kebosanan menatap dirinya.
Ya, mungkin selanjutnya akan seperti itu. Dari pada seperti sekarang? Dia tidak tahu psikiaternya itu sedang apa.

Tak lama berselang, hanya sekitar dua menitan, Angelina datang.
Dia terlihat sedang berlari.
Dan terlihat panik juga.
Rambutnya juga terlihat lepas dari ikatannya.

"Kau pasti sibuk menggoda juniormu itu kan? Maka dari itu kau sampai selama ini. Iya kan?" Belum apa-apa, Jungkook langsung menuduh Angelina yang terlihat masih menormalkan pernapasannya.

"Heh! Aku tadi dipanggil untuk mengikuti rapat. Aku bahkan belum makan siang." Angelina sampai menunjuk wajah Jungkook yang tertutupi masker.
Dia sangat kesal jika dikatai seperti itu. Tetapi Angelina tahu Jungkook hanya bercanda. Tetapi bercandanya itu membuat naik darah.

"Halah, alasan. Jangan banyak omong. Jujur saja." Lelaki itu membuang pandangan. Menatap ke arah berlawanan.

"Aish, apa perlu ku jemput Park Hajoon kemari hah? Agar dia mengatakannya kepadamu, bahwa kami rapat tadi?" Angelina sampai berkacak pinggang menatap lelaki itu.

"Ada apa memanggilku? Kau itu cinta sekali ya memanggil namaku." Entah dari mana ceritanya, direkturnya itu tiba-tiba muncul, dari belakangnya. Membuat Angelina terkejut setengah mati.

"Eh, direktur? Selamat siang. Apa kau memakan makanan enak siang ini?" Angelina langsung berbicara dengan sopan. Dia menunduk untuk menyapa atasannya itu.

Jungkook terkekeh dibalik maskernya melihat reaksi Angelina yang panik.
Astaga, wajah panik Angelina benar-benar menghiburnya.
Sementara Ny. Jeon tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Panik, terkejut, atau tertawa melihat Angelina.

PSIKIATER || JJK [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang