"WOAH!"
"KETERIMA!"
Angelina berteriak heboh ketika dirinya mendapatkan email dari tempat kerjanya. Angelina bahkan tidak sadar bahwa dia tidak sendiri di rumah itu."Eh, kenapa Kak?" Ria berlari dan membuka pintu kamar Angelina dengan kencang.
"Eh?" Angelina merasa malu. Dirinya tidak ada niat sama sekali untuk membuat kehebohan.
"Hehe, nggak ada. Kakak cuman seneng aja kok." Angelina terkekeh canggung.Ria menghela napas. Gadis itu berjalan masuk ke kamar Angelina dan duduk di atas kasur saudarinya tersebut.
Di rumah hanya ada mereka bertiga.
Ibu mereka, Ria, dan terkahir Angelina.
Sementara Rian dan ayah mereka sedang pergi bekerja."Kenapa? Kenapa? Ada apa?" Ibu Angelina ikut berlari panik. Wanita itu ada di pekarangan rumah tadi, dan mendengar Angelina berteriak.
Ria dan Angelina kompak menatap ibu mereka.
"Kenapa, ma?" Kedua gadis itu bertanya heran."Hah?"
"Kok kenapa?"
"Mama denger tadi ada yang teriak."
Ibunya Angelina jadi ikut kebingungan."Hehehe. Aku buat heboh, ya?" Angelina bertanya tidak enak.
"Hah? Nggak kok." Ibunya Angelina langsung merubah ekspresi wajahnya. Wanita itu tersadar bahwa dia sepertinya membuat anaknya merasa tidak enak.
"Memangnya ada apa?"
"Mama nggak salah denger kan? Tadi ada yang teriak."
Ibunya Angelina berjalan mendekati Ria. Wanita itu tidak duduk. Dia berdiri sambil menatap kedua putrinya."Iya, ma."
"Tadi Angelina teriak."
Angelina mengakui perbuatannya."Nggak apa-apa."
"Memangnya ada apa sampe teriak?" Ibunya bertanya dengan penuh rasa penasaran.Angelina terdiam sejenak. Gadis itu menatap ke arah adik tirinya dan juga ibunya secara bergantian.
"Angelina keterima kerja." Angelina mengukir senyum lebar. Rasa bahagia di hatinya membuncah."Hah? Betulan, nih?" Ibunya ikut senang.
"Iya, ma." Angelina sedari tadi tersenyum.
"Wah, selamat ya nak!" Ibunya langsung mendekap putrinya. Mungkin ini kali pertama sejak belasan tahun dia memeluk putrinya lagi.
Angelina tidak segan. Dia membalas pelukan ibunya. Hangat sekali rasanya. Angelina ingin menitikkan air mata. Bukan kesedihan, tetapi kebahagiaan.Sementara Ria hanya tersenyum saja. Dia menikmati momen tersebut. Dia ingin memberikan ruang untuk kakak dan ibunya sebentar.
"Eh, aku nggak diajak nih?" Ria menggoda kakak dan ibunya.
"Apaan sih, ayo sini!" Ibunya langsung menarik tangan Ria dan mengajak berpelukan. Mereka bertiga berpelukan.
"Eh, tapi kamu ditugaskan ke mana?" Setelah selesai berpelukan, ibunya bertanya. Jangan-jangan mereka akan berpisah lagi.
"Mmmm, soal itu." Angelina ragu mengatakannya.
Dulu dia sempat merasa ingin cepat-cepat keluar dari rumah itu.
Tetapi saat ini, dia mulai nyaman dengan keluarga barunya. Dengan ibunya, ayah serta saudara-saudari tirinya.Memang perkataan adalah doa.
Jangan pernah mengatakan sesuatu dengan sembarangan sebelum menyesal pada akhirnya.
Kita harus memikirkan akhir sebelum memulai sesuatu."Kemana, nak? Jauh?" Ibunya bertanya lagi. Ria hanya bisa diam.
"Iya, ma."
"Angelina ditugaskan di ibu kota." Angelina menunduk.Ibunya Angelina menarik napas dalam, lalu menghelanya dengan perlahan.
"Nggak apa-apa. Tapi janji, sering-sering main ke sini, ya?" Ibunya Angelina menatap dengan sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKIATER || JJK [Selesai]
FanfictionAngelina adalah salah satu manusia yang beruntung dari jutaan manusia lainnya di bumi. Dia berhasil menempuh pendidikan di luar negri dengan beasiswa. Korea adalah tempat dia belajar. Dia berhasil menjadi seorang psikiater diusia muda. Ada satu wakt...