Bagian 30

3.3K 467 69
                                    

"Jadi sekarang, kita harus bagaimana?" Ria bertanya kepada Rian.

Mendengar pertanyaan Ria, Angelina menoleh menatap kedua adiknya. Dia merasa bersalah karena membuat kedua adiknya menunggu.

"Kau kembali saja sana. Aku mau mengajak kedua adikku makan. Mereka belum makan." Angelina tidak punya pilihan. Lagi pula Jungkook berkeliaran sendiri di taman yang ramai akan anak-anak muda, sama saja dengan bunuh diri.

Apalagi negara tempat kelahirannya ini terkenal dengan "keramahannya". Tidak peduli ramah dalam artian positif ataupun ramah dalam artian negatif.

"Kau mengusirku?!" Jungkook tidak terima. Berbulan-bulan dia seperti orang tidak punya harapan hidup karena Angelina. Giliran bertemu, malah di usir.

"Bukan mengusir. Lagi pula lusa kau bukannya mengadakan konser? Kau harus istirahat. Kembali ke hotel mu." Angelina tersenyum.

"Mau kujahit mulut mu, hah?" Jungkook maju satu langkah, mempertipis jarak diantara mereka.

"Wah, santai. Jangan seperti itu."
"Tapi kami juga harus makan malam. Kau kembali lah." Angelina tersenyum lagi.

Jungkook tidak tahu harus berbuat apa. Dia merasa dia sudah ditolak. Angelina menolaknya secara halus.
"Kau sudah punya pacar, ya?" Walau dadanya nyut-nyutan, dia tetap nekat menanyakan hal tersebut.

Angelina menghela napas.
"Kau bisa terlibat skandal. Kau itu artis, idol. Aku masyarakat awam, yang menjalani kehidupan tanpa diikuti orang-orang. Dari situ saja sudah berbeda."
"Aku tahu, kau juga berhak punya teman, berhak menjalani kehidupan mu. Tetapi kau harus sadar diri. Itu adalah pilihanmu. Kau yang memilih jalan hidupmu."
Angelina terdiam sesaat.

"Semuanya punya resiko. Kalau kau ingin pintar, kau harus menerima resiko belajar dengan keras. Kalau kau malas belajar, kau juga harus terima resiko kalau kau akan bodoh. Itu tidak jauh beda dengan posisi kita." Angelina menarik napas, lalu menghelanya secara perlahan.
Dia mendongak untuk menatap mata Jungkook.

"Kau tidak suka berada di dekatku karena aku seorang idol?" Jungkook bertanya dengan nada datar. Sebenarnya dia menahannya karena suaranya bergetar, tetapi sebisa mungkin dia menahannha. Yang ada di benaknya hanya satu. "Apa Angelina pergi meninggalkannya karena dia memutuskan untuk menjadi idol?"

"Aku tidak tahu harus menjawab iya atau tidak." Angelina menunduk. Dia tidak berani menatap mata Jungkook.
Sejujurnya dia takut berada di dekat Jungkook. Bukan karena takut di serang para fans nya, tetapi takut karir Jungkook bisa merosot karena skandal dengan dirinya.

Angelina tahu, bahwa dirinya seorang pengecut. Dia hanya bisa lari.
Ada juga sedikit rasa takut bahwa dia akan di cecar fans Jungkook jika para fans nya tahu bahwa Jungkook dekat dengan dirinya.
Angelina ingin sekali kembali ke masa-masa di mana dia bisa memaki, mengejek, meledek, memerintah Jungkook dengan bebas.

"Hei, kau tahu? Kau terlalu kejam mengatakan itu." Jungkook tersenyum pahit di balik maskernya. Dia seperti mendapatkan kesialan dua kali dalam hubungan percintaan karena dia seorang idol. Dulu dan sekarang. Lalu juga tidak bisa menjalin hubungan, apa bedanya menjadi idol dengan menjadi biarawan/biarawati di gereja?

"Aku pengecut Jungkook. Aku tidak seberani yang kau pikirkan. Kalau kita berhubungan, memang bisa. Tapi tidak bisa sebebas dan sedekat dulu. Aku hanya mengingatkan hal ini." Angelina mengingatkan sambil memaksakan senyumnya.

Jungkook terdiam. Angelina juga. Kedua adiknya Angelina—Rian dan Ria juga terdiam. Hanya suara berisik dari orang sekitar yang terdengar oleh telinga mereka.

"Kau yakin mereka hanya teman?" Ria bertanya pada abangnya. Ekspresi Angelina bukan menunjukkan ekspresi bagaimana bertemu teman.

"Aku rasa bukan. Mungkin kekasih? Mantan?" Rian memberikan hipotesisnya. Dia hanya asal menebak saja.

PSIKIATER || JJK [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang