Sebulan berlalu......
Angelina saat ini sudah tinggal di ibukota.
Dia tinggal di Kos-an yang tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil juga. Intinya jaraknya lumayan dekat dengan tempat kerjanya.Setiap minggu juga Angelina pulang ke rumah ibunya. Sebenarnya bukan tiap minggu. Tetapi jika dia memiliki waktu, dia pasti berkunjung. Yah, biasanya akhir minggu dia pulang. Karena dia tidak memiliki teman yang bisa diajak jalan-jalan jika akhir minggu di ibukota.
"Jadi kamu keterima di universitasnya? Selamat!" Angelina mendapat telpon dari keluarganya.
Sudah malam hari. Angelina juga baru selesai mandi setelah pulang kerja."Iya, kak. Nanti kita satu kamar saja, ya?" Ria menyahut.
Kondisinya, Ria menelpon Angelina menggunakan ponselnya. Dia loudspeaker, dan diletakkan di atas meja di ruang tengah, dimana keluarganya juga dapat berbicara dan mendengar."Yah, nggak apa apa, sih. Ada yang bantu-bantu beresin kamar." Angelina terkekeh.
Ria, Rian, Rio, dan ibunya Angelina juga terkekeh.
"Ya, sudah. Nanti aku yang antar Ria ke ibukota. Sekalian, aku juga ada dinas ke ibu kota." Rian menyahut.
"Hah?" Angelina bengong beberapa saat.
"Iya. Sekitar seminggu lagi." Rian menjawab.
"Yasudah. Jalan-jalan sekalian nanti kita di ibukota." Angelina me-loudspeaker panggilan telpon, dan meletakkannya. Gadis itu sekarang sedang menyisir rambutnya.
"IYA. Kebetulan aku lihat di sosial media, ada taman bermain yang besar, baru buka diibukota. Kita ke sana!" Ria menimpali.
Angelina terkekeh mendengar suara Ria yang begitu semangat. Tingkah gadis itu seperti anak-anak. Padahal dikawinkan saat ini pun, pasti sudah bisa.
"Kabarmu di sana gimana?" Ibunya Angelina bertanya.
"Baik, ma. Nggak ada kendala. Lancar semua." Angelina selesai menyisir rambutnya. Dia naik ke atas tempat tidur.
"Baguslah kalau begitu. Kalau ada apa-apa, jangan takut mengabari mama." Ibunya Angelina tersenyum. Walau dia tahu Angelina tidak bisa melihat itu.
"Iya. Kabar kalian di sana, bagaimana?" Angelina balik bertanya.
"Kabar kami di sini, baik-baik saja." Rio—ayah tiri Angelina menjawab.
"Baguslah." Angelina tersenyum simpul. Bahagia sekali dirinya belakangan ini.
Teman kerjanya di tempat kerja barunya juga cukup ramah menyambutnya.
"Keluarganya" harmonis."Ya sudah. Angelina tutup telponnya. Mau istirahat." Angelina mengakgiri oembicaraan, ketika mereka terdiam cukup lama.
"Ya sudah. Kami di sini juga mau istirahat." Ibunya Angelina menyahuti.
"Iya. Angelina tutup telponnya." Angelina berpamitan.
"Iya." Keluarganya menyahut serentak.
Klik.
Sambungan telpon terputus.Angelina meletakkan ponselnya di atas nakas. Sambil meletakkan ponselnya, dirinya melihat tiket konser yang dia perjuangkan beberapa hari yang lalu.
Ya, sekitar dua minggu lagi, Jungkook mantan member BTS akan menggelar konser solonya di ibukota.
Dan Angelina berhasil mendapatkan tiketnya. Walau hanya satu. Niatnya, dia ingin mengajak adiknya menonton konser bersama."Lama tidak melihat wajahmu secara langsung." Angelina tersenyum simpul sambil menatap konser serta lightstick official Jungkook.
"Kau hidup dengan baik ternyata." Angelina tersenyum. Dadanya sesak lagi. Ingatan tentang dia mengintip Jungkook sedang bersama seorang wanita, kembali merasuki kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKIATER || JJK [Selesai]
FanfictionAngelina adalah salah satu manusia yang beruntung dari jutaan manusia lainnya di bumi. Dia berhasil menempuh pendidikan di luar negri dengan beasiswa. Korea adalah tempat dia belajar. Dia berhasil menjadi seorang psikiater diusia muda. Ada satu wakt...