"Kau makanlah dengan teratur. Lihat badanmu ini. Sangat kurus." Ayah Angelina mengingatkan anak gadisnya karena dalam beberapa menit lagi mereka akan berpisah.
"Iya. Tenang saja. Aku sudah besar. Dan sejak kecil, aku terbiasa hidup sendiri." Sang ayah terdiam mendengar penuturan Angelina. Dia merasa tersindir saat ini. Tetapi mau bagaimana pun, di yang salah.
"Jangan hanya iya saja. Tidak perlu merasa tidak enak jika kau kurang uang. Hubungi saja ayah. Kau masih tanggung jawab ayah walaupun kau sudah kerja." Angelina hanya bisa menghela napas sambil mengangguki saja perkataan ayahnya.
Bagaimana bisa merasa tidak enak? Sedangkan istrinya saja selalu melotot ketika dirinya mulai berbicara dengan sang ayah.
"Iya, ayah. Angelina tau apa yang harus Angelina lakukan. Ayah segeralah menyusul ibu. Bisa-bisa ayah ketinggalan pesawat sekarang." Angelina ingin menyudahi obrolan dengan sang ayah. Dia sedikit khawatir juga ayahnya ketinggalan pesawat hanya demi mengingatkannya makan dengan teratur.
"Ingat pesan ayah! Dan lagi, setelah kau ingin pulang ke Indonesia, jangan sungkan untuk tinggal di rumah ayahmu ini. Kau bisa tinggal di sana untuk sementara waktu." Ayahnya lagi-lagi berceloteh. Tak habisnya pria setengah baya itu mengingatkan putrinya.
"Iya ayah. Sekarang ayah pergi saja. Ayah bisa ketinggalan pesawat." Angelina bahkan sampai membalikkan badan ayahnya dan mendorong pelan agar segera menjauh.
"Ingat semua pesan ayah!" Ayahnya mulai berjalan menjauh dari Angelina.
"Iya!" Angelina menjawab singkat.
"Jaga dirimu baik-baik!"
"Iya!" Angelina menjawab dengan jawaban yang sama.
Sampai presensi ayahnya sudah tidak terlihat oleh matanya lagi, barulah Angelina membalikkan badannya dan berjalan keluar dari bandara.
●●●
"Dari mana saja kau? Apa kau mau lari dari tanggung jawab sekarang?"
Angelina mengabaikan omelan yang terlontar dari mulut Jungkook. Gadis itu lebih memilih menormalkan pernapasannya karena dia harus berlari dari halte bis ke kediaman keluarga Jeon.
Dia memakai sedikit waktu bekerjanya untuk mengantar ayah dan ibu tirinya tadi. Dan masalahnya waktu bekerjanya itu adalah waktu untuk menemani Jungkook terapi."Maafkan aku, aku terlambat." Angelina meminta maaf ketika pernapasannya sudah normal.
Dia juga menundukkan kepalanya sebagai bentuk kesopan santunan."Iya, tidak apa. Hanya sebentar saja." Ny.Jeon memaklumi Angelina.
"Sebentar? Sudah hampir sepuluh menit. Kita juga sudah berencana untuk pergi tanpa dia." Jungkook membantah ucapan ibunya.
Angelina tersenyum karena merasa tidak enak kepada Ny.Jeon."Sudahlah, tidak perlu diperpanjang. Ayo kita masuk." Ny.Jeon menghentikan perkataan Jungkook, karena jika tidak mungkin saja akan berlanjut hingga berjam-jam.
Angelina membantu Ny.Jeon agar Jungkook segera masuk ke dalam mobil.
"Urusan kita belum selesai!" Jungkook berbisik ketika lelaki itu sudah duduk di kursi mobil, dan Ny.Jeon sudah tidak ada di dekat mereka.
"Hei! Aku seperti diancam rentenir sekarang!" Jungkook mendengus saja. Lelaki itu bergeser, agar Angelina tidak perlu duduk di samping supir.
"Duduk di sini!" Lelaki itu sudah seperti bos dan Angelina sudah seperti budak.
Tetapi daripada memperumit situasi, Angelina mengiyakan saja."Geser lagi." Angelina berujar ketika bokongnya tidak muat untuk duduk di kursi.
"Selebar apa pinggulmu? Badanmu saja seperti lidi begitu." Jungkook mencibir, biarpun mencibir, dia tetap bergeser. Angelina mendengus kesal mendengarnya. Belum tahu saja Jungkook jika dia punya badan aduhai.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKIATER || JJK [Selesai]
FanficAngelina adalah salah satu manusia yang beruntung dari jutaan manusia lainnya di bumi. Dia berhasil menempuh pendidikan di luar negri dengan beasiswa. Korea adalah tempat dia belajar. Dia berhasil menjadi seorang psikiater diusia muda. Ada satu wakt...