Bab tambahan

3.1K 373 157
                                    

"Jungkook-ah. Kau masih marah padaku?" Go Ara datang menjenguk Jungkook ke ruang inap lelaki itu.
Ketika mendapat kabar bahwa Jungkook sudah siuman, gadis itu langsung bergegas ke rumah sakit.

"Aku sungguh minta maaf. Aku tidak berpikir panjang dulu." Go Ara duduk di kursi, di samping tempat tidur. Wajahnya memasang ekspresi penyesalan.

Jika dulu Jungkook sudah merasa orang paling jahat ketika melihat ekspresi tunangannya yang seperti itu, mengapa sekarang tidak? Apa mimpi bisa memengaruhi konfisi psikologis seseorang?

"Ah, kau keluar dulu. Aku mau sendiri." Tidak bisa. Jungkook bisa benar-benar gila jika seperti ini terus-terusan. Setiap dia berkedip, senyum gadis bernama Angelina yang terbayang dikepalanya.
Sebenarnya apa ini? Apa ini semacam pelet yang diberikan Angelina atau bagaimana?

"Ayolah. Aku sungguh berjanji tidak akan mengulanginya. Maafkan aku. Ya?" Go Ara masih berusaha membujuk Jungkook.

Jungkook menghela napas.
Apakah dia masih tergolong orang waras jika dia memutuskan hubungan pertunangan dengan Go Ara hanya karena wajah ilusi Angelina? Lalu, apa itu terlalu tidak adil bagi Go Ara?
Sadarlah Jungkook. Kau ini sedang apa?

"Bukannya hubungan kita sudah berakhir?" Terkutuklah mulut yang bisa menghipnotis banyak orang itu.
Padahal otaknya sudah mengatakan, sudah mendoktrin, sudah mengingatkan berkali-kali bahwa Angelina adalah sebuah ilusi. Sebuah hal yang dia bentuk dari alam bawah sadarnya agar selama dia terjebak di dunia mimpi, dia tidak sendirian.

Go Ara tampak terkejut mendengar perkataan Jungkook.
"Hei, bukannya itu terlalu berlebihan?"

"Aku tidak berlebihan Go Ara." Jungkook menatap Go Ara dengan pandangan kosong. Tidak ada emosi apapun tampak di wajah Jungkook. Lelaki itu tidak berekspresi. Kosong. Sama seperti hatinya.

"Ka-kalau kau masih tidak terima karena kecelakaan itu, aku bisa menunggunya. Tetapi tidak ada hubungan lagi? Kau masih sadar kan?" Go Ara menatap Jungkook.

"Sudahlah. Kalau kau bisa mempermainkan hubungan dengan semudah itu, bagaimana aku bisa percaya kedepannya?" Jungkook menatap Go Ara.

"Ayolah Jungkook. Aku mohon maafkan aku."

"Kau tidak perlu memohon. Mungkin ini garis hidup kita." Jungkook membuang ara pandangnya. Dia bukannya tidak tega melihat Go Ara yang menangis. Hanya saja dia merasa dirinya bodoh dan pengecut.
Orang gila mana yang mau memutuskan hubungan pertunangan hanya karena gadis di dalam mimpi?

Go Ara menghela napasnya.
"Aku bukan orang yang cepat menyerah, lho."

Jungkook menolehkan kepalanya lagi untuk menatap Go Ara.
"Ya sudah. Silahkan."
Aku juga sebenarnya ingin meminta bantuanmu untuk membuatku lupa dengan kekasihku di alam mimpi.

"Aku akan menemuimu setelah jam makan siang nanti." Go Ara mengambil tasnya dan keluar dari ruangan.

Ruangan itu kembali hening dan sunyi.
Hanya ada Jungkook yang masih galau dengan gadis yang dia temui di alam mimpi. Sejak tadi hanya alam mimpi, alam mimpi, dan alam mimpi. Padahal itu adalah sesuatu yang abstrak. Kenapa bisa begitu? Jungkook sendiri bingung.

"Mungkin mencari udara segar bisa membantu." Jungkook menghela napasnya terlebih dahulu sebelum perlahan turun dari brankar rumah sakit yang dia tiduri.

Sambil berjalan, dia juga sampil mendorong tiang infusnya. Dia berjalan dengan perlahan karena sendi kakinya masih terasa kaku. Mungkin itu adalah efek karena koma selama tiga bulan lebih.

"Ini tahun 2027. BTS baru saja bubar. Kau tidak lumpuh, dan kau di rumah sakit karena kecelakaan lalu lintas. Bukan karena terjatuh dari pesawat." Mungkin efek mimpinya membuat Jungkook harus melafalkan kalimat itu agar dia tetap sadar.
Tetapi masalahnya, Jungkook tidak berani mengatakan, "Angelina adalah ilusi".
Padahal Angelina berhubungan dengan mimpi-mimpi aneh itu.

PSIKIATER || JJK [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang