Bagian 35

2.5K 336 98
                                    

Mengetahui kabar mengejutkan, Angelina bergegas mengurus surat cutinya.
Gadis itu langsung pulang ke kos-an.
Sambil dalam perjalanan menuju kos-an, Angelina memesan tiket penerbangan menuju Korea Selatan.

Agaknya dia tidak khawatir atau takut kejadian yang sama, yang terjadi pada Jungkook, terjadi pada dirinya.
Dia tetap nekat.

Pandangannya kosong. Untuk melakukan apapun dia tidak memiliki niat sama sekali. Pikirannya saat ini hanya memikirkan, apakah Jungkook masih hidup?
Angelina bahkan tidak berani memikirkan kemungkinan terburuk seperti mayat lelaki yang dicintainya itu sudah membusuk dilautan.

"Ini kau serius mau ke korea?" Ria bertanya pada Angelina.

Berhubung jadwal penerbangannya subuh, malam ini Angelina pakai untuk menenangkan pikirannya.
Walau apapun situasinya, bagaimanapun kondisinya, kewarasan yang utama.
Dia tidak akan membiarkan rasa sedih melahap kewarasannya.

"Aku serius. Kau kembali lagi tidur sana."
"Untuk beberapa saat kau bisa 'kan tinggal sendiri dulu?" Angelina bertanya pada sang adik.

Ria hanya mengangguk kaku.
Dia kaget sekaligus merasa sedih melihat ekspresi kakaknya saat ini.
Angelina memang pendiam. Bahkan tidak pernah menunjukkan raksi apapun saat awal kedatangannya di rumah mereka dulu.
Tapi, ekspresi Angelina kali ini berbeda.
Wajahnya memang tanpa ekspresi, tetapi ketika melihat matanya, seperti ada kesedihan mendalam yang di simpan.

"Jangan dipaksakan, kak. Kalau mau nangis, nggak apa-apa." Ria sungguh khawatir pada sang kakak.

"Kakak tidak apa-apa. Kau tidur sana. Kakak mau keluar dulu. Mau cari udara segar." Angelina menunjukkan senyum simpul.

Ria tidak memberikan reaksi atau tanggapan apapun. Dia hanya terdiam menatap kakaknya yang berjalan keluar dari kamar kos-an.

"Dasar brengs*k kau Jungkook."
"Aku belum mengizinkan kau pergi." Mata Angelina kembali berkaca-kaca.
Sulit sekali untuk tidak menangis di situasinya saat ini.

Angelina berjalan sendirian.
Susana hening di sekitarnya membuat kekosongan hatinya semakin terasa jelas.

Angelina duduk di depan gedung kos-an mereka. Itu tempat dirinya dan Jungkook duduk kemarin.

'Aku pamit dulu.'
Sekali lagi Angelina memutar rekaman suara yang dikirimkan Jungkook, dan sekali lagi Angelina menangis.
Gadis itu menangis.
Dia tidak berani mengeluarkan suaranya. Hanya air mata saja yang keluar dari kedua bola matanya.

"Aku tidak mengizinkan kau pergi." Angelina lagi dan lagi mengucapkan kalimat yang sama. Dia masih tidak rela, walau Jungkook mengatakan dia harus merelakannya.

"Langit malam tidak ada artinya kalau tidak ada bulan. Kau tidak tahu hal itu bodoh? Memangnya cantik kalau kau lihat langit malam tidak ada bulannya, hah?" Angelina lagi dan lagi meracau tidak jelas.

"Dasar Jeon Jungkook keras kepala." Angelina mendongakkan kepalanya.
Hembusan angin malam terasa sangat dingin. Matanya menatap langit malam.
Gelap. Tidak ada bulan dan tidak ada langit.
Andai tidak ada lampu, bumi pasti gelap karena tidak ada bulan yang menerangi.

Ria yang sejak tadi mengikuti Angelina pergi hanya bisa menghela napas saja.
Sesak sekali dadanya melihat sang kakak seperti orang kehilangan tujuan.
"Kalau menangis, menangis saja. Jangan tanggung-tanggung." Ria memutuskan untuk kembali ke kamar mereka.
Tidak baik mencampuri urusan orang, walau itu kakak sendiri.

●●●

Angelina sudah tiba di Korea.
Saat ini dia sedang berada di dalam taxi yang membawanya menuju apartmennya terlebih dahulu.

PSIKIATER || JJK [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang