"Ada hal apa yang ingin kau bicarakan kepadaku?"
Jungkook menoleh ke samping, tempat di mana Angelina terduduk dalam diam.Ke enam temannya di tambah satu orang istri Park Jimin baru saja pulang.
Mungkin mobil mereka baru melewati gerbang.Sejak Angelina menerima telpon tadi, Jungkook menyadari bagaimana perubahan suasana hati gadis itu.
Yang biasanya cerewet dan kecentilan, mendadak menjadi diam dan hanya membalas perkataan dengan seadanya."Kau ingin berbicara apa padaku?" Jungkook bertanya sekali lagi.
Dia mulai geram dengan Angelina yang terdiam.
Sungguh, dia lebih suka Angelina yang cerewet dan selalu membantah perkataannya dari pada diam seolah pita suaranya sudah putus.Terlihat Angelina menarik napasnya dalam, lalu menghelanya dengan perlahan.
Dia dengan perlahan menoleh ke arah lelaki itu.
Matanya tidak fokus menatap Jungkook, seolah pikirannya sedang kacau.
"Boleh aku menginap di sini?""Hah?"
Untuk sesaat Jungkook bingung dengan perkataan Angelina.
Dia mencernanya dengan perlahan."Menginap? Untuk apa? Kau belum membayar sewa apartmenmu? Atau kau ingin menggodaku? Atau kau dikejar rentenir sampai apartmen mu?" Jungkook masih bertanya yang membuat Angelina menatap ke arahnya dengan pandangan tajam.
Jungkook langsung tutup mulut ketika melihat mata Angelina."Aku tau ini sedikit gila. Tetapi aku hanya perlu satu malam saja. Dan mungkin saat subuh aku akan kembali ke apartmenku." Angelina berkata dengan tak bersemangat.
Jungkook menatap Angelina dengan heran dan juga dia merasa ingin tahu apa yang terjadi. Tidak pernah sekalipun dia melihat mata sayu Angelina. Karena yang selalu ditunjukkan Angelina adalah mata yang melotot garang ke arahnya.
"Apa ini ada hubungannya dengan telpon yang kau terima tadi?" Jungkook bertanya dengan serius.
Angelina mengangguk sekali.
Perkataan ayahnya sangat mengganggu di kepalanya sekarang."Bukan kah kau bilang yang menerima telpon itu ayahmu? Kau berbohong kepadaku?" Jungkook lagi-lagi menuding Angelina dengan sembarangan.
"Aku tidak berbohong. Itu memang ayahku." Angelina dengan cepat membantah.
Dia tidak suka dengan namanya kebohongan. Orang tuanya dulu selalu membohonginya."Jika ayahmu, apa yang mengganggu mu?"
Jungkook memutar ban kursi rodanya agar lebih dekat dengan Angelina."Sebenarnya bukan ayahku yang mengganggu pikiranku. Tetapi ibu tiriku. Mereka akan datang ke apartmen untuk mengujungiku." Angelina menjelaskan secara singkat bahwa dia tidak berbohong.
"Lalu? Memang ada apa dengan ibu tirimu?" Jungkook semakin penasaran saja.
Selama ini dia tidak tahu menahu dan tidak mau tahu mengenai Angelina. Yang dia kenal adalah Angelina dengan mulut cerewet dan muka galaknya. Tetapi lihatlah sekarang, Angelina seolah orang yang berbeda, orang yang asing bagi Jungkook."Setiap bertemu, kami selalu berdebat. Dia selalu memulai keributan. Aku tidak tahu penyebabnya. Tetapi aku tidak mau membuat ayahku merasa tidak enak kepadaku karena perlakuan ibu tiriku. Daripada berdebat di depan ayahku, lebih baik aku menghindarinya." Angelina kini mulai terbuka kepada Jungkook soal keluarganya. Entahlah, mungkin dia saja menganggap Jungkook orang yang penting dihidupnya.
Jungkook terdiam mendengarkan perkataan Angelina.
Lelaki itu terlihat mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagunya."Karena aku merasa kasihan kepadamu, kau boleh menginap satu malam di sini. Tetapi beritahu juga ibuku." Jungkook tersenyum tipis ketika melihat wajah Angelina yang semula suram kembali ceria lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKIATER || JJK [Selesai]
FanfictionAngelina adalah salah satu manusia yang beruntung dari jutaan manusia lainnya di bumi. Dia berhasil menempuh pendidikan di luar negri dengan beasiswa. Korea adalah tempat dia belajar. Dia berhasil menjadi seorang psikiater diusia muda. Ada satu wakt...