Bagian 11

3.8K 453 7
                                    

"Ke mana kita selanjutnya?" tanya Angelina. Dia terlihat bingung ingin berjalan ke arah mana.

"Mck, matamu buta atau bagaimana? Kau tidak melihat di sana taman?" tunjuk Jungkook ke arah taman yang terlihat dari pintu kaca.

Angelina memutar bola matanya malas. Bibirnya mencebik.
"Mana aku tahu, nanti aku ke sana, kau malah mengatakan, 'kau ini idiot? Ini taman kau katakan? Matamu buta?' bukan kah kau selalu seperti itu tuan Jeon?" ujar Angelina membalas perkataan Jungkook.

"Aku heran dengan mu, ada saja psikiater dengan mulut ganas sepertimu," ujar Jungkook sembari memijit pelipisnya.

"Terserah kau ingin mengatakan apa, aku tidak peduli. Aku seperti ini juga karena kau yang memancing keributan," balas Angelina.

Jungkook hanya membuang muka saja. Lelaki itu lebih memilih diam.
Angelina pun mendorong kursi roda itu. Menggeser pintu yang terbuat dari kaca tebal yang tembus pandang.
Udara segar langsung terasa.

"Hah, seperti di rumah nenek rasanya," ujar Angelina menghirup udara sebanyak mungkin.

"Kau norak," ujar Jungkook memberikan respon atas tindakan Angelina.

"Biar saja, emang aku peduli?" Ujar Angelina sembari membalikkan badannya. Gadis itu menatap bunga yang berwarna-warni.
Indah sekali.
Tanpa sadar Angelina menyunggingkan senyumnya.
Sudah lama dia tidak merasakan hal seperti ini.
Suasananya sama seperti di rumah neneknya. Hah, dia jadi ingin pulang ke rumah neneknya.
Kurang dari setahun saja dia akan kembali.

Jungkook yang melihat Angelina, merasa aneh dengan gadis itu.
Dia tidak pernah melihat raut psikiaternya yang seperti itu.
Rasanya nyaman saja jika melihat senyum polos Angelina.

"Kau jarang ke taman ini?" Tanya Angelina sembari berbalik badan dan berjalan mendekati Jungkook.
Lelaki itu juga sedang memandang ke arah tanaman hijau.

Cukup lama keduanya terdiam, Angelina menatap fokus ke wajah pria itu, sementara yang ditatap sedang menikmati tumbuhan yang menyegarkan mata.
"Yah, kau betul. Aku jarang ke sini. Siapa memangnya yang ingin membawaku ke sini? Ayahku sibuk dengan bisnisnya di Seoul, ibuku belakangan ini selalu berkunjung ke rumah kakak laki-laki ku," jelas Jungkook.

"Jadi yang kau lakukan hanya duduk di atas ranjang? Menonton Tv, bermain sosial media? Begitu?" tanya Angelina memastikan.

Terlihat Jungkook menghela napasnya.
"Jadi apa lagi? Bahkan untuk pindah ke kursi roda saja masih merupakan hal yang menyusahkan bagiku," jelas Jungkook.
Angelina memandang sedih ke arah lelaki itu.
Ternyata banyak orang yang mengalami hal seperti dirinya.

"Jangan memandangku seperti itu, aku benci dipandang seperti itu. Lebih baik kau mengejekku daripada memandangku seperti itu," ujar lelaki itu sembari membuang muka. Dia selalu merasakan pening jika ada orang yang menatapnya dengan intens seperti yang dilakukan Angelina.
Baik ibunya sekalipun.

"Memang salah aku memandang mu?" tanya Angelina.

"Salah, wajah tampanku tak boleh dilihat oleh orang idiot seperti dirimu," ujar Jungkook. Dia bahkan masih enggan menatap wajah Angelina.

Angelina memandang aneh ke arah lelaki itu.
Percaya diri sekali lelaki dihadapannya ini.

Menghela napas, Angelina berjalan mendekat ke arah Jungkook.
Mendorong kursi rodanya untuk lebih dekat ke tanaman hijau tersebut.

"Kau bukannya tidak bisa, kau hanya tidak mau berusaha. Ibarat kata, kau sudah menyerah sebelum perang. Kau sudah memikir akan seperti ini jika melakukan ini. Coba memulai lembaran baru, mulai terapi dan aktif seperti member lainnya," ujar Angelina memberikan ejangan kepada Jungkook.
Jujur dia sedih mendengar sisi kelam dari pemilik senyum manis ini.

PSIKIATER || JJK [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang