"Mau ke mana kau?"
Saat Jungkook baru saja membuka pintu kamar hotelnya, dia dibuat terkejut oleh managernya.
Masih pagi, tetapi managernya sudah berjaga di depan pintu kamarnya.
Apa managernya ini tidak lelah? Dia saja lelah menghindari managernya."Sejak kapan manager ada di situ?" Jungkook berusaha mengalihkan pembicaraan walau dia tebak, managernya pasti sudah tahu dia akan pergi ke mana.
"Jangan alihkan pembicaraan. Kau mau ke mana? Itu yang aku tanya."
Jujur, sejak kejadian kemarin, di mana dia kabur dari ruang tunggu untuk menemui Angelina tanpa memberi kabar, managernya semakin menjaganya dengan ketat. Bahkan untuk menemui staff untuk meminta camilan saja, dia sudah dipelototi oleh managernya.Mau protes, tapi di sini dia yang salah.
Andai Jungkook tidak pergi sembarangan, atau paling tidak pergi memberi kabar. Managernya tidak akan berlaku seperti ini kepada dirinya."Aku mau menemui kekasihku. Sebentar saja." Jungkook memiliki firasat, hal ini akan sangat sulit baginya untuk mendapatkan izin keluar.
"Tidak. Aku tidak akan memberi izin." Managernya langsung menolak langsung dengan tatapan tajam.
Jungkook mengehela napas. Dia sudah memprediksi hal tersebut yang akan keluar dari mulut managernya. Tetapi tetap saja, mengapa Jungkook merasa kecewa?
"Ayolah. Aku ingin menghabiskan waktu seharian ini bersamanya sebelum nanti sore kita pergi. Aku ingin berpamitan dulu dengannya." Jungkook betul-betul memohon. Dia bersungguh-sungguh.
Hari ini adalah hari terakhirnya menginjakkan kaki di ibukota. Dan Angelina sepertinya tidak ada niat untuk kembali ke Korea. Padahal dia sudah mengeluarkan jurus jitunya.
Menyebut nama ibunya dan juga rekan kerja Angelina dulu."Justru itu bodoh. Kalau kau tahu nanti sore akan kembali ke Korea, kau seharusnya berdiam diri. Kemasi barang-barangmu. Istirahat bila perlu. Kau jarang bisa tidur seharian." Managernya mengingatkan.
"Hei. Managerkan sudah menikah. Pasti kau sudah lebih berpengalaman."
"Ayolah. Kau tega kepadaku?"
Jungkook sudah tidak tahu harus berbuat apa-apa.Managernya menghela napas.
"Harus ada bodyguard yang ikut bersamamu." Managernya memberi pilihan.Jungkook mendengus. Dia memberikan tatapan kesalnya kepada sang manager.
"Yang benar saja? Apa nyaman kau berkencan ada yang mengawasi?"
Jungkook protes."Ayolah. Aku tidak akan berbuat aneh-aneh. Aku juga bisa jaga diri." Jungkook menatap managernya.
Lagi dan lagi managernya menghela napas sambil membenarkan kacamatanya yang mulai melorot.
"Aku beri batas waktu sampai jam 2 siang."
"Tidak ada penawaran lagi." Managernya memeberikan tatapan tegas.Jungkook langsung tersenyum lebar. Dereran giginya bahkan sampai terlihat. Matanya sampai menyipit karena lebarnya senyum yang dia tampilkan.
"Iya. Aku janji akan ada di hotel sebelum jam 2 siang. Aku janji."Managernya hanya mengangguk paham saja.
"Pria sejati selalu menepati perkataannya.""Tentu. Aku ini pria sejati." Jungkook terkekeh. Managernya masih ingat saja.
"Iya. Iya. Kau memang pria sejati."
"Sudah sana pergi.""Baik!"
"Jangan matikan aplikasi pelacak diponselmu."
"Terlebih, jangan matikan ponselmu. Aku peringatkan dengan tegas.""Baik!"
"Yasudah kalau begitu. Pergilah. Akan kutunggu dikamarmu jam 2 siang. Kita betangkat kebandara jam 4 sore nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKIATER || JJK [Selesai]
FanfictionAngelina adalah salah satu manusia yang beruntung dari jutaan manusia lainnya di bumi. Dia berhasil menempuh pendidikan di luar negri dengan beasiswa. Korea adalah tempat dia belajar. Dia berhasil menjadi seorang psikiater diusia muda. Ada satu wakt...