Suara dering ponsel mengganggu konsentrasi Angelina.
Dirinya yang tengah mencatat resep obat pun merasa terganggu."Maaf atas ketidaknyamanannya." ucap Angelina kepada seorang wanita yang merupakan keluarga pasiennya. Dia merasa tidak enak karena dering ponselnya mengganggu suasana.
"Ah, tidak apa apa. Aku mengerti itu." jawab wanita yang berusia kisaran 30 tahunan itu.
Angelina selesai mencatat daftar obatnya.
"Baiklah, ini obat yang harus di beli. Kamu bisa membelinya di apotek rumah sakit ini. Dan berikan dua kali sehari." ujar Angelina dengan ramah.
Tangan kanannya menyerahkan lembaran yang berisi nama nama obat tersebut."Baiklah, terimakasih," ujar wanita itu lalu pergi.
Angelina membalasnya dengan tersenyum ramah.
Kemudian wanita itu mendaratkan bokongnya di kursinya.Suara dering ponsel kembali terdengar.
Angelina menghela napas melihat siapa yang menelponnya.
Ayolah, ini jam istirahat Angelina.Dengan malas Angelina mengambil ponsel tersebut.
Menekan ikon hijaunya.
Tangannya bergerak mendekatkan telpon tersebut ke telinganya."Halo?"
Sapa Angelina."Yak! Kau! Kenapa baru menjawab panggilan ku? Apakah sekarang kau akan lari dari tanggung jawab? Mengapa lama sekali mengangkat panggilan ku." ujar Jungkook dengan cepat.
Angelina menghela napas.
"Sudah berbicaranya?" Ujar Angelina.Sementara Jungkook di sebrang sana membulatkan mata tak percaya.
Bagaimana bisa setenang itu?
"Heh! Bisa bisanya kau setenang itu? Apa kau tidak tahu dimana kesalahan mu?" Ujarnya.Angelina menghela napas dengan kesal. Disaat-saat seperti inilah dibutuhkan kesabaran dan ketenangan menghadapi pasien.
"Maaf, tetapi tadi aku sedang bertugas. Dan mohon pengertiannya. Panggilan darimu menggangguku tadi."Jungkook terdiam mendengarnya. Entah mengapa, suara tenang dari psikiaternya membuat dia jadi merasa bersalah karena tindakan seenaknya tadi.
"Memang itu tujuanku." Jungkook menyahuti dengan lantang dari sambungan telpon."Aku tahu itu tujuannya. Membuatku berhenti bukan? Aku tidak akan berhenti bagaimanapun caramu memperlakukan aku Tuan. Jadi mohon pengertiannya." jawab Angelina. Nada berbicaranya masih terdengar tenang.
"Sudah, sudah, yang terpenting kau datang ke rumahku sekarang. Tidak ada penolakan!" ucap Jungkook mampu membuat mata Angelina membulat. Jungkook tidak suka diceramahi.
"Dengar Tn.Jeon. Ini jam istirahatku. Bagaimana mungkin kau tega membuatku tidak memiliki jam istirahat?" ujar Angelina dengan nada tidak percayanya.
"Memang aku tidak memiliki perasaan. Maka dari itu berhenti mengobatiku." ujar Jungkook lantang.
Angelina mendengus.
"Baiklah, sepuluh menit lagi aku tiba disana. Puas?" Ujar Angelina dengan sedikit ketus.Sementara Jungkook sudah senyum senyum sendiri.
Dia akan membuat psikiaternya tidak tahan dengannya.
Dia tidak suka dengan orang yang berprofesi sebagai psikiater.
Dia bukan orang gila."Baiklah. Semoga masih utuh kau datang ke rumah ini," ujar Jungkook lalu mematikan telponnya.
Lelaki itu menatap ke depan.
Pandangannya menjadi sayu."Sialan, mengapa harus teringat?" Kesalnya. Lelaki itu memutar kursi rodanya. Mendorong agar pergi menuju ruang tengah.
Kembali ke Angelina.
Gadis itu menggenggam ponselnya dengan erat.
Dia masih merasa kesal dengan perilaku pasiennya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKIATER || JJK [Selesai]
FanfictionAngelina adalah salah satu manusia yang beruntung dari jutaan manusia lainnya di bumi. Dia berhasil menempuh pendidikan di luar negri dengan beasiswa. Korea adalah tempat dia belajar. Dia berhasil menjadi seorang psikiater diusia muda. Ada satu wakt...