"Kau mau ngapain sih? Dari tadi ngikutin aku ke mana-mana!"
Angelina mengomel karena sebal.
Sejak tadi Jungkook selalu mengikutinya. Padahal mereka masih di rumah sakit. Dan masih pada hari yang sama saat pertemuan pertama mereka.Jungkook hanya terkekeh saja.
"Aku tidak akan mengganggumu, kok.""Tidak mengganggu apanya? Kau itu lagi berjalan di belakangku. Aku panik tahu kalau terjadi apa-apa. Bisa-bisa orang-orang akan salah paham." Angelina menatap Jungkook.
Gadis itu hanya menghela napas.
Apa Jungkook punya riwayat gangguan kesehatan mental?Perasaan dirinya dan Jungkook baru bertemu secara langsung itu pada saat ini.
Lainnya tidak pernah.
Tetapi mengapa Jungkook seperti orang yang sangat terobsesi kepadanya?"K-kau mengkhawatirkan aku?" Jungkook menatap Angelina.
Angelina menghela napas sebal. Dia berjalan mendekati Jungkook.
"Kau ini. Siapa yang tidak panik melihat pasien dari tadi berkeliling sambil mendorong tiang infusnya."
"Sudah, sana. Kau kembali ke kamarmu. Aku mau bekerja.""Aku suka padamu."
Angelina menepuk jidatnya.
Ini sudah sungguh menggilakan.
Ini dia yang halu, atau memang Jungkook yang sudah tidak waras?"Iya. Iya. Terimakasih sudah menyukaiku. Kau pergi lah ke ruang inapmu." Angelina harus bisa mengalah.
"Tapi aku masih tidak mau berpisah denganmu." Jungkook menatap dalam mata Angelina.
Angelina terpaku untuk sesaat. Belum ada seseorang pun selama ini menatap matanya sedalam itu.
Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama. Angelina menggelengkan kepalanya pelan lalu menghela napasnya."Kalau begitu kita bertemu lagi nanti di taman. Kau istirahat saja sekarang." Angelina menunjukkan senyum simpulnya.
"Sungguh? Kau tidak membual kan?"
"Hei, apakan wajahku yang sangat indah rupawan dan menawan ini tampak menunjukkan omong kosong?" Angelina tidak percaya akan mendengar sahutan seperti itu.
"Iya. Sedikit." Jungkook langsung menjawab tanpa pikir panjang.
"Ha. Ha. Ha. Wah, kau ini menyebalkan, ya?" Angelina ingin sekali menjambak rambut seorang Jeon Jungkook karena kesal. Tapi, dia urungkan. Dia takut di serang para fans lelaki itu.
Karena dia sendiri adalah bagian dari para fans tersebut yang artinya dia tahu tingkat keganasannya seperti apa."Menyebalkan, ya? Hehehe." Jungkook malah menyahuti perkataan Angelina yang membuat darah Angelina mendidih di ubun-ubun.
"Aku bisa meninggal karena tekanan darah tinggi jika terus bersamamu."
"Sudah, kembali lah ke kamarmu."
Saat Angelina berbalik badan, lagi-lagi Jungkook menahan gadis itu dengan memegang tangannya."Ada apa?" Angelina bertanya dengan nada penasaran bercampur dengan rasa curiga.
Apa lelaki itu mau mengerjainya lagi?"Kau tidak memberitahu tepatnya di mana kita bertemu dan jam berapa. Kau ini mau membohongiku, ya?" Ekspresi Jungkook terlihat sedih.
Angelina jadi tidak tega melihatnya.
"Di tempat kita duduk bersama tadi. Jam 5 sore nanti."
"Sekarang aku betul-betul harus bekerja.""Baiklah. Aku tunggu nanti jam 5 sore, ya?" Jungkook kini sudah melepaskan pegangan tangannya pada pergelangan tangan Angelina. Lelaki itu tersenyum walau sebenarnya tidak rela.
"Iya. Aku pergi dulu!" Angelina berbalik badan dan berlari kecil untuk pergi.
Dia sudah terlambat.Sementara Jungkook, dia masih berdiri dengan setia untuk menatap punggung Angelina yang mulai menjauh.
Saat hilang dari pandangannya, barulah dia berbalik badan dan berjalan menuju ruang rawat inapnya sambil mendorong tiang infus.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKIATER || JJK [Selesai]
FanfictionAngelina adalah salah satu manusia yang beruntung dari jutaan manusia lainnya di bumi. Dia berhasil menempuh pendidikan di luar negri dengan beasiswa. Korea adalah tempat dia belajar. Dia berhasil menjadi seorang psikiater diusia muda. Ada satu wakt...