Bagian 4

4.8K 516 16
                                    

Pagi pada keesokan harinya kembali tiba. Mentari kembali melaksanakan tugasnya seperti kemarin.
Angelina menyingkap selimut yang menghangatkannya semalaman.
Dia meregangkan ototnya yang kaku.

Sebelum pergi ke kamar mandi, Angelina membereskan tempat tidurnya. Matanya sakit melihat tempat tidur yang berantakan.

Setelah membersihkan tubuhnya, Angelina keluar dari kamar mandi.
Memakai seragamnya, sebelum dia sarapan.
Dengan polesan make up tipis pada wajahnya, Angelina mengakhiri acara bersiapnya.

Keluar dari kamar dan berjalan menuju halte bus.
Telinganya di sumbat dengan earphone yang memutar lagu para idolanya.
Sudah lama dia tidak merasakan hal ini.

Turun dari halte bus.
Tangan kirinya di masukkan kedalam saku jas khas dokter yang berwarna putih, dengan tangan kanannya menenteng tas kerjanya.
Angelina berjalan masuk kedalam Dong-eui Mediacal center, rumah sakit tempatnya bekerja.

Tak jarang ada rekannya sesama dokter menyapa dirinya.
Angelina membalas sapaan itu dengan ramah.
Dia menikmati kehidupannya saat ini.

Dia dapat tersenyum saat ini.
Dapat tertawa lepas jika para rekannya melontarkan candaan.
Angelina dapat mengekspresikan perasaannya saat ini.
Dirinya seolah tidak mengingat jika dia dulu tidak bisa hidup seperti saat ini. Berada di masa depresi yang membuatnya hampir meregang nyawanya sendiri.

Dia patut bersyukur dan berterimakasih diberikan kehidupan seperti saat ini.
Angelina menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan.
Jika dirinya mengingat kehidupan suramnya dahulu dia selalu merasa tidak berguna.
Entahlah apa yang membuatnya seperti itu.
Mungkin hidupnya yang tidak diinginkan oleh kedua orangtuanya yang teganya berpisah disaat dia masih mencari jati diri.

"Mengapa kau berdiam diri disini?"

Angelina sontak menoleh ke samping.
Mendapati presensi orang yang menolongnya saat pertama kalinya.
Yeounjin.

"Ah tidak. Aku hanya mengingat masa laluku. Aku tidak menyangka akan bekerja sebagai psikiater di usiaku yang masih 26 tahun," ujar Angelina.

Yeounjin tampak terkekeh.
"Mengapa tidak menyangka? Kau jenius. Jika kau tidak menyangka bagaimana dengan oranglain? Hidup itu ada ditanganmu sendiri. Kau yang menentukannya," ujar Yeounjin bijak.

Angelina mengangguk setuju.
Mengalihkan pandangannya, menatap bangunan megah rumah sakit.

"Apakah salah jika orang yang dulunya depresi sekarang menjadi orang yang menyembuhkan depresi?" Tanya Angelina.
Dia masih bertanya tentang kehidupannya saat ini.

Yeounjin menoleh menatap wajah gadis disampingnya.
Dari ekspresi yang ditunjukkan gadis itu, Yeounjin tahu siapa yang sedang dibicarakan gadis itu.
Yeounjin tahu, Angelina tidak membicarakan orang lain. Melainkan dirinya sendiri yang sedang di bicarakan.

"Tidak ada yang salah dari semua itu. Justru itu adalah hal yang sangat bagus," ujar Yeounjin.

Dahi Angelina mengerut.
Dirinya menoleh menatap Yeounjin.
Dia masih kurang paham maksud dari kalimat Yeounjin.

"Tidakkah kau berfikir jika hal itu bagus? Perusahaan menyewa orang yang dulunya hacker, pembobol  keamanan yang pernah dipenjara untuk bekerja diperusahaannya sebagi bidang pertahanan. Amerika serikat mepekerjakan orang yang dulunya membuat uang palsu untuk bekerja di perbankan karena apa? Karena orang yang lebih berpengalaman yang bisa membuat hal lebih baik, bukan maksudku yang tidak pernah mengalaminya tidak tahu akan hal itu. Hanya perbedaannya, yang berpengalaman akan lebih tahu." jelas Yeounjin.

Angelina mengangguk mengiyakan.
Dirinya membenarkan perkataan Yeounjin.
Tetapi hei!
Pastinya ada rasa curiga karena merekan mantan penjahat bukan?

PSIKIATER || JJK [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang