Bagian 36

3.4K 348 298
                                    

"HAH, MENGAPA AKU BISA SESEDIH INI HANYA KARENA KEHILANGAN DIA?!" Teriakan Angelina membuat si pemilik warung langsung buru-buru menghampiri gadis itu.

Hari sudah semakin larut, tetapi Angelina masih belum berhenti menegak minuman beralkoholnya. Wajahnya sudah memerah karena mabuk.

"Astaga, kau ini putus cinta ya? Bagaimana kau pulang setelah ini?" Wanita setengah baya itu tampak melihat Angelina dengan khawatir.

Angelina tidak terlalu mendengarnya dengan jelas. Gadis itu sekarang ini hanya bisa menjatuhkan kepalanya ke atas meja.
"Aku ini sedang berduka. Aku lagi masa berkabung ini, bibi. Tolong hibur aku!"

Si pemilik warung menatap Angelina dengan rasa kasihan?
Wanita setengah baya itu malah menarik kursinya dan duduk menatap Angelina.

Dia tidak mengenal Angelina, tetapi saat ini dia merasa empati kepada Angelina.
Wanita itu seolah bisa merasakan kesedihan mendalam.

"Kau sok minta dua botol. Setengah botol saja tidak bisa kau habiskan."
"Aigooo, kau tampaknya bukan tipe orang yang suka minum. Tetapi kenapa kau sekarang minum-minum?"

Wanita itu bangkit berdiri lagi dan membersihkan piring-piring dan gelas dari meja Angelina.

Ketika si pemilik warung pergi ke belakang,
Angelina tiba-tiba berdiri. Dia masih belum sadar.

"Aku pergi dulu. Makasih makanannya!" Angelina berpamitan. Padahal dia belum sadar.

"Eoh? Mabuk mu sudah reda?" Si pemilik warung bergegas menghampiri Angelina.

"Bibi tenang saja. Aku ini tidak mabuk. Aku bahkan masih ingat dimana letak apartmenku!" Angelina menjawab sambil menunjukkan senyum polosnya.

"Ah, baiklah. Hati-hati di jalan!" Si pemilik warung melambai pada Angelina.
Angelina membalas lambaian lalu berjalan keluar dari warung.
Gadis itu berjalan tanpa arah. Dia hanya mengikuti ke mana langkah kakinya membawa raganya pergi.

"Hah! Dadaku masih saja sesak!" Angelina berteriak kesal. Sepertinya apapun yang dia lakukan, pikirannya tidak bisa lepas dari seorang Jeon Jungkook.

Angelina terdiam sesaat di atas jembatan yang sedang dilewatinya.
Angin malam yang terasa dingin menerpa wajahnya. Walau begitu, hatinya masih tidak tenang. Dia masih tidak bisa rela.

"Pasti ibumu sekarang sudah bertemu dengan jasad mu." Angelina bergumam sambil menatap aliran sungai yang tenang. Pandangannya kosong.

"Aku tidak diperbolehkan untuk bertemu dengamu lagi. Untuk mengantarmu untuk yang terakhir kalinya saja tidak bisa."
"Ibumu sudah sangat membenciku sekarang." Suasana hati Angelina begitu buruk. Dia menganggap saat ini dunia sangat tidak adil bagi dirinya.

Air mata lagi-lagi keluar dari kedua bola mata cantik itu.
Angelina menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Mengusap-usap wajahnya. Matanya sudah sangat sakit jika menangis.

"Maafkan aku Jungkook. Aku bahkan tidak sempat memikirkan bagaimana rasa sakit yang kau alami sebelum meninggal. Aku sibuk dengan keegoisanku sendiri." Bukannya berhenti menangis, Angelina malah semakin menangis.
Genre hidupnya mendadak berubah menjadi melodrama.

"Apa aku terjun saja dari atas jembatan ini? Mungkin dengan begitu aku juga bisa merasakan bagaimana rasa sakit yang kau rasakan."
Gila. Angelina benar-benar sudah tidak waras.
Prinsip hidupnya yang mengutamakan akal sehat mendadak lenyap.

"Dadaku sakit sekali. Mau bernapas saja sesak. Aku juga tidak bisa fokus melakukan apapun karena kau. Tidak juga berminat untuk melakukan apapun sekarang. Bagaimana bisa ada seseorang yang bertahan hidup dengan kondisi seperti itu?"
"Lalu sekarang, SIAPA YANG MAU BERTANGGUNG JAWAB ATAS HAL ITU SEMUA?"

PSIKIATER || JJK [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang