"Yak! Yejin sunbae!" Angelina berteriak memanggil seniornya ketika matanya melihat seniornya itu berjalan memasuki rumah sakit.
"Yejin sunbae!" Angelina berterial memanggil lagi ketika tidak ada tanggapan yang dia dapat.
Langkahnya bahkan terpaksa di percepat demi mengejar seniornya yang mungkin mendadak tuli.Sampai akhirnya, tangan nya meraih jas dokter yang di kenakan Yejin.
"Eoh? Angelina? Ada apa denganmu?" Tanya Yejin heran. Kening lelaki itu mengerut."Aku memanggilmu sedari tadi tetapi tidak menoleh. Apa kau mendadak tuli?" Angelina bersungut-sungut karena dia kesal.
Bukannya marah, Yejin malah terkekeh.
"Ada apa kau memanggilku?" Yejin bertanyanya langsung."Mengapa kau tidak memberitahu keseluruhan hal yang dialami pasien yang kau berikan kepadaku?" Sungut Angelina.
"Owh, soal itu. Aku sudah menduga kau akan marah seperti ini," ujarnya sembari terkekeh lagi.
Angelina berdecak.
"Sudah, ayo kita bicarakan di dalam," ujar Yejin sembari melangkahkan kakinya kembali.
Angelina mengikuti langkah lelaki tersebut.
Memasuki rumah sakit tempatnya bekerja.Sesampainya di ruangan mereka, Angelina hanya meletakkan tasnya di mejanya.
Kakinya meoangkah ke meja seniornya itu."Jadi, mengapa?" Tanya Angelina tanpa berbasa basi.
Pasalnya, sejak semalam dirinya di teror oleh telpon yang katanya dari biasnya itu dahulu.Mungkin jika kejadian ini terjadi beberapa tahun lalu, Angelina akan dengan senang hati mengangkat semua telpon itu.
Dan parahnya, ketika dirinya mengangkat telpon, telpon langsung di tutup. Ketika dirinya meletakkan ponsel tersebut, ponselnya berdering menampakkan nama bias yang menjadi pasiennya itu.
Begitu berulang sampai dia memutuskan untuk mengheningkan nada deringnya."Yah, agar kau yang menangani,"
Jawab Yejin enteng.
Pria yang sebentar lagi akan mempunyai dua orang anak itu malah santai duduk di kursinya.
Membuka lembaran data pasiennya."Seharusnya kau menceritakannya semuanya sunbae," balas Angelina, wajahnya terlihat kusut.
"Memang, apa yang dilakukannya terhadapmu? Itu bahkan hari pertamamu" ujar Yejin.
"Semalaman, aku di teror oleh panggilannya," ujar Angelina.
Yejin terkekeh.
"Biarkan saja jika seperti itu. Aku menyerah karena dia berlaku kasar kepadaku. Yah, walau bayarannya besar, tetapi siapa yang mau diperlakukan seperti itu?" Ujar Yejin."Jika, kau mengatakannya seperti itu. Apa bedanya denganku nantinya?" Ujar Angelina.
"Sudahlah, aku menyerahkannya kepadamu, karena aku punya firasat kau bisa menyembuhkannya. Membujuknya untuk melakukan terapi," ujar Yejin.
Angelina yang awalnya menatap lurus ke arah jendela ruangan tersebut, sontak menoleh ke arah Yejin.
"Terapi?" Ulang Angelina.Yejin mengangguk.
"Ibunya tidak bercerita kepadamu, tentang apa yang dialami Jungkook?" Tanya Yejin.Angelina menggeleng.
Yejin menghela napas.
"Jungkook lumpuh. Dari pinggang kebawah tidak dapat di gerakkan," jawab Yejin.Mata Angelina membulat.
Jadi, kursi roda yang berada di kamar Jungkook kemarin itu milik Jungkook?
Dia kira hanya diletakkan saja."Kejadiannya terjadi setahun yang lalu. Ibunya mengatakan bahwa Jungkook kecelakaan lalu lintas. Kejadiannya terjadi saat malam hari. Jungkook menabrak pembatas jalan, untung saja mobilnya tidak terguling masuk ke jurang saat itu." Jelas Yejin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKIATER || JJK [Selesai]
FanfictionAngelina adalah salah satu manusia yang beruntung dari jutaan manusia lainnya di bumi. Dia berhasil menempuh pendidikan di luar negri dengan beasiswa. Korea adalah tempat dia belajar. Dia berhasil menjadi seorang psikiater diusia muda. Ada satu wakt...