Huang Xuxi

5.2K 839 22
                                    

.

20 menit yang lalu bel pulang sekolah berbunyi. Karena sedang hujan deras, kuputuskan untuk menunda kepulanganku lebih lama di koridor bawah sekolahku. Duduk tenang, bersandar pada salah satu pilar sembari menatap sekitarku.

Kulirik arloji di tangan, sudah hampir jam lima sore ternyata. Kupandangi lagi langit yang masih mengabu. Dari sana turun banyak air lalu jatuh membasuh bumi. Di beberapa tempat menciptakan kubangan kecil berisi air keruh dan kotor.

Aku menarik napas dalam dan rakus, menikmati bau hujan yang sering sekali kujumpai akhir akhir ini.

Hujan mulai reda sedikit. Atensiku menangkap beberapa siswa yang nekat pulang dengan resiko basah kuyup. Beberapa dari mereka nekat membelah hujan dengan kendaraan mereka. Sedangkan aku masih di sini, menonton mereka satu persatu bubar menuju rumahnya masing-masing.

Sekelibat kilat membelah langit. Aku tentu saja terkejut, reflek menarik diri dari tempat dudukku tadi, beringsut menjauh dari pilar yang sangat dekat dengan ujung atap, membuat beberapa tetes air jatuh ke tubuhku.

Karena sekolah sudah mulai sepi dan kurasa hujan akan tetap begini saja, aku ikut nekat menerobos hujan. Lagipula jarak rumahku dari sekolah cukup dekat, pikirku.

Aku berlari kecil menjauh dari atap yang melindungiku menuju gerbang depan yang sudah terlihat dari tempatku berpijak. Lalu begitu saja aku sudah keluar dari pekarangan sekolah, berjalan cepat di trotoar basah. Mengabaikan beberapa pasang mata yang menatapku, kulangkahkan kakiku dengan mantap sebelum ragu menyergap setelah merasa ada seseorang yang mengikutiku. Aku menoleh sedikit lalu menemukan orang yang sama seperti dua hari lalu yang juga mengikutiku, yang untungnya bisa kukelabuhi.

Aku berhenti sebentar di depan gang yang biasa kulewati. Kemudian tanpa berpikir lama, aku masuk gang itu tanpa mengurangi kecepatan. Tanpa menoleh aku sudah tau dia masih mengikutiku.

Suara langkahnya makin jelas di belakangku. Aku yang takut hampir saja terserang panik, namun sebelum itu terjadi aku sudah membelokkan diri ke satu-satunya warung yang ada di gang ini. Warungnya kecil dan kurang terawat, namun aku tahu tempat ini biasanya jadi tongkrongan anak SMK sebelah sekolahku.

"Widih ada cewek, nih."

Aku tersenyum kaku mendengarnya. Menatap satu persatu orang yang ada di warung sebelum aku melirik orang membuntutiku dari ekor mata berhenti di sana.

"Mau beli apa, neng?" Tanya seorang pria paruh baya yang kemungkinan pemilik warung ini.

Aku menoleh dan berpikir keras, lalu merogoh sisa uang di saku depanku yang lembab. Ada selembar lima ribu di sana.

"Sebentar, pak. Saya lupa mau beli apa hehe." Jawabku beralasan dengan kekehan paksaku.

"Lo nyari Lucas?"

Wajah yang tiba-tiba muncul di depanku membuat aku terperanjat, "Aㅡapa?"

"Lucas kaga ada di sini. Mending lo pulang aja daripada jadi boneka kita." Kata satu orang lagi yang saat ini menatapku tajam, matanya seperti ingin mengulitiku hidup hidup kalau bisa.

"Bㅡbukan nyari Lucas." Jawabku ragu setengah takut karena semua pasang mata sedang menatapku. Lagi pula aku tidak mengenal Lucas.

"Heh, jangan diganggu!" Kata si pemilik warung membelaku.

"Jadinya mau beli apa, neng? Udah inget?"

"Mau beli susu! Iya, mau beli susu!" Kataku lalu asal menarik benda yang menggantung di depanku, atensiku beralih lagi pada orang itu yang masih betah menunggu di depan warung padahal masih hujan.

NCT asTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang