Mark - Jeno

4.6K 530 88
                                    

Kalian sadar gak kalo work ini pernah nangkring di peringkat tiga hestek Taeil, Hendery, dan Xiaojun?
Sama aku juga gak sadar kalo gak dikasih tau sama salah satu temanku ㅠㅠ

Walaupun begitu, terima kasih banyak, ya, Dear. Kecup jauh dulu deh, mwah! Hehehe

*

Pukul lima sore. Waktu yang tepat untuk bersantai setelah seharian sibuk dengan segala kegiatan yang melelahkan. Di luar cuaca mengabu, mendung bergelayut manja mempertegas keadaan yang seharusnya dipakai untuk beristirahat. Rintik hujan yang awalnya jatuh pelan tiba-tiba menjadi deras. Manusia di bawahnya berlomba-lomba menyelamatkan diri dari basahnya amukan langit. Tak terkecuali seorang gadis dengan motor matic nya.

"Ck! Malah deres." Keluhnya setelah menutup kaca helm sambil terus menarik pedal gas agar cepat sampai di tempat yang dituju tanpa kuyup.

Motor matic itu membelah jalan yang lumayan sepi dengan pasti. Selain menghindari kekuyupan tubuh, juga untuk melindungi laptop dan ponsel yang disimpanya dalam tas yang dibawa sang gadis dari rumah untuk mengerjakan kerja kelompok.

Tak lama kemudian Zenaㅡnama sang gadisㅡ sampai di cafe yang dituju. Segera ia membawa tubuhnya untuk masuk, mengibas-ngibas beberapa bagian yang terciprat air keruh di jalan. Awalnya ia menyegerakan masuk karena menghindari udara dingin alam, malah mendapati lagi udara dingin hasil mesin dan mengigil setelahnya.

"Mas, chococino satu, ya." Pesannya sambil memeluk tasnya demi mengurangi dingin, walau sedikit.

"Di sini atau bawa pulang, Kak?"

"Di sini aja."

"Atas nama?"

Zena tampak berpikir sejenak, "Pejuang Tugas." Ucapnya dengan percaya diri lalu terkekeh pelan, menertawakan diri sendiri.

Seorang di balik kasir mengangguk di balik maskernya, matanya tersenyum sabit. Setelah itu menyebut pesanan Zena sekali lagi lalu menagih bill.

"Tujuh belas ribu, Kak."

"Makasih, Mas Mark."

Setelah Zena membayar dengan uang pas, ia berbalik untuk mencari tempat duduk sebelum dering dari ponselnya mengalihkan atensinya pada tas di dekapan. Gadis itu menghentikan langkahnya sejenak untuk menemukan nama Katherine di layar ponsel setelah mengeluarkan benda pipih itu.

"Halo." Sapanya langsung, menyelipkan ponsel tepat di telinganya.

"Lo di mana?"

"Udah di cafe nya, nih. Lo di mana?" Zena menutup resleting tasnya lalu menyandang di bahu.

"Kak!"

Gadis itu tak mendengar.

"Hujan, Na, gua masih di rumah. Kayaknya gak jadi, deh."

"Ck! Bilang kek kalo gak jadi, gua kan jadi ujan-ujanan tadi." Gerutunya setelah mendengar temannya tak jadi datang karena hujan.

"Kak! Kak!"

Masih belum dengar.

"Ya sorry. Lo beneran udah di sana?"

"Ya bener, lah, Katherinekuㅡ"

"Kakak Pejuang Tugas!"

Zena kontan menoleh setelah sadar itu namanya.

"Bentar gua matiin dulu." Katanya sebelum menarik ponsel dari tempatnya dan memutus panggilan telepon.

NCT asTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang