.Aku menghentakkan kepala sesuai irama bersama keponakanku sambil melantunkan lagu anak-anak yang terputar di mobil. Di sampingku dia menyanyi ceria mengikuti syair lagu yang terputar tersebut sedangkan aku kembali fokus menyetir sambil sesekali ikut bernyanyi.
"Diam-diam merayap, datang seekor nyamuk, DOR!"
Aku tertawa saat dia salah lirik, kemudian aku melirik dia yang mengernyit lucu sambil memanyunkan bibir karena sadar dia salah.
"Ihh, kok ganti?" Katanya kesal.
Aku masih tertawa, "Apanya yang ganti?"
Dia menoleh padaku yang juga menatapnya karena lampu sedang merah, "Lagunya tante mama, kan harusnya bunyinya dor,"
"Lagunya bener kok. Diva kali ya yang salah?"
"Aku bener, tau! Ini lagunya yang salah,"
Dia cemberut, "Ah, udahlah ndak mau nyanyi lagi!"
Aku tertawa lagi dan mengusap rambutnya pelan.
Ketika lampu sudah hijau, kujalankan lagi mobil ini agar cepat sampai sekolah Diva."Tante mama," panggilnya.
Aku menoleh sekilas, "Iya, sayang?"
"Mamanya Diva kemana ya? Kok ndak pernah ketemu Diva?"
Aku tertegun. Tiba-tiba merasa sedih. Kemudian kulirik Diva yang masih setia menatapku, menantikan jawaban dariku.
"Mama kan lagi kerja. Diva sabar, ya. Nanti Mama pulang, kok, kan di sini udah ada tante mama yang jagain Diva."
Kuelus rambut hitam legamnya yang halus itu. Diva hanya mengangguk polos tanpa bertanya lagi.
Tak lama kemudian kami sampai di depan sekolah Diva. Aku membuka sealbelt milikku dan Diva.
"Diva jangan nakal ya, nanti siang tante mama jemput lagi. Oke?"
Dia mengangguk patuh sambil tersenyum lebar, "Oke, tante mama!"
Dia berlari masuk dalam sekolahnya dengan ceria, meninggalkan aku yang menatap sendu punggung kecil itu.
"Tantenya Diva?" panggil seseorang dengan suara berat, aku sontak menoleh.
"Oh, pak guru. Selamat pagi, pak."
Aku membungkuk sopan sambil tersenyum lebar.
"Selamat pagi juga. Mengantar Diva lagi?"
Aku mengangguk, dia merespon dengan senyum teduh khasnya.
"Pak guru saya duluan ya, takut kesiangan." Kataku lalu bermaksud pergi dari sana, tapi ada tangan yang menahan tanganku.
"Sebentar. Ada yang mau saya bicarakan,"
Aku menoleh lalu menatapnya penasaran.
"Ada apa ya, pak? Apa ini soal Diva?"
Dia berdeham, "Lebih tepatnya soal tantenya Diva."
Aku mengerjap sebentar. Tak lama dia tersenyum lagi.
"Tapi saya pikir lebih baik kita bicarakan nanti saja. Apa kamu ada waktu makan siang nanti?"
Aku hanya mengangguk seperti tersihir senyumnya tadi.
"Oke, nanti saya hubungi kamu lagi," dia melepas tautan tangannya dari tanganku.
"Selamat bekerja ya tantenya Diva."
Dia tersenyum lebar sampai lubang di kedua pipinya terbentuk. Kemudian dia beranjak lebih dulu masuk ke dalam TK, meninggalkan aku yang masih mengumpulkan kesadaran akibat senyum manisnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT as
Fanfictionft. NCT Karena kita sama-sama suka halu. pict cr to owner. Start : 27 11 '19