Beda Imaji

4.6K 651 91
                                    

.

Malam ini hujan turun lagi. Deras dan tegas. Datang untuk menghanyutkan pikiran. Masih berisi dia, sang Tuan yang sudah dipeluk bumi. Meninggalkan banyak cerita menggantung serta janji yang belum ditepati, atau mungkin tidak akan pernah.

Kepada dia yang bahkan sebelum sempat aku mengatakan sebesar apa cintaku padanya kala itu, yang sama besarnya hingga saat ini.

Dengarlah Tuan, puanmu ini mencintaimu.

*****

"Kakak udah di mana?"

Suara di seberang sana menyahuti di tengah bisingnya kendaraan yang berlalu lalang yang terdengar dari speaker ponsel di tanganku. Kupikir dia sedang di pinggir jalan besar.

"Iya, aku udah lama di sini."

"Buruan, ya. Aku malu diliatin orang, sendirian kayak jomlo aja."

"Oke."

Aku memutuskan panggilan dan menyimpan ponsel di atas meja, dekat dengan secangkir teh hijau yang mulai mendingin.

Kembali, sepasang mata milikku menelisik jalanan basah bekas gerimis tadi. Sembari mencari sosok nyata dari suara di ponsel beberapa menit lalu. Karena dia, aku ada di sini.

Hingga beberapa menit berlalu, sepasang mata kelam dibalik lensa bersibobok dengan milikku. Lekas ia mempercepat langkahnya.

Sejenak ia berhenti di depan pintu, menadahkan beberapa mili hand sanitizer yang tersedia ke telapak tangan lalu menggosoknya sedemikian rupa. Semuanya terekam jelas olehku.

"Maaf, kakak lama, ya?" Katanya setelah sampai di depanku. Duduk dengan baik setelah menyampirkan jaketnya yang lembab di kursi. Aku hanya berdeham untuk menjawab lalu meminum tehku lagi.

"Kok gitu doang?"

Aku mengernyitkan dahi, "Apa?"

"Enggak. Gakpapa." Katanya lalu menurunkan maskernya hingga dagu. Wajahnya maju sedikit ke arahku.

"Kamu tau gak?"

"Hm?"

"Kakak rindu kamu." Katanya tanpa tedeng aling-aling. Tegas dan jelas. Senyum manis menghiasi wajah orientalnya.

Sontak aku tersipu, mengemam bibir untuk menahan senyum.

"Jangan ditahan, Manis."

Tangan besar itu menuju pipiku dan menariknya sebentar sebelum menarik ujung ujung bibirku untuk membentuk senyum. Setelahnya ia tersenyum lagi, lebih lebar dari yang tadi.

"Kak, jangan senyum terus."

"Kenapa?"  

"Gak baik buat jantungku."

Dia malah tertawa dan aku tertular. Tangannya tiba-tiba mengelus kepalaku.

"Pulang, yuk!" 

"Kok pulang?"

" I miss you so bad."

Aku lekas paham.

Kemudian kami pergi dari sana menuju rumahku.

*****

"Mau nonton apa, kak?"

Kataku sambil menyalakan laptop. Dia sibuk mengutak atik ponselnya, entah sedang apa.

"Kamu aja yang milih."

Ia melepas kacamatanya lalu merebahkan badan, menunggu aku memilih film yang sekiranya menarik bagi kami. Aku lekas menyusul di sebelahnya setelah memilih film.

"Sini deketan."

Aku mempersempit jarak kami. Setelahnya ia meraihku dalam dekapan hangat.

"Hhhㅡ I miss you so bad."

"Me, too." Jawabku.

Aku mendongak untuk menatapnya, "Kak."

"Hm?" Jawabnya tanpa melihatku, ia memejamkan mata.

"Jadi berangkat lusa?"

Dia langsung mengangguk, "Sebentar doang, kok. Kalau urusannya selesai kakak langsung pulang."

Aku menatapnya penuh harap, "Janji?"

Matanya bertemu dengan milikku, dan ia mengangguk, "Janji, Sayang."

Kemudian kami melupakan film yang terputar. Sibuk dengan mencari ketenangan dari masing-masing sinar mata yang bersitatap.

*****

Ingkar. Dia tidak pernah menepati janjinya untuk lekas kembali padaku. Sejak 2 tahun yang lalu. Iya, sudah selama itu.

Terakhir yang aku ingat hanya pesan tunggu yang dikirimnya sebelum ia naik pesawat. Yang berisi ucapan :
Kakak sayang kamu, selalu. Ada atau tanpa hadirnya kakak.

Tepat setelah aku mendapat banyak pesan yang sama berisi kalimat bela sungkawa dari teman-temanku.

******

Dear, apa kabar?
Lama tak bersua, ya.
Bagaimana Desembermu? Sudah siapkah bertemu Januari?

Sebelum itu, saya mau mengucapkan terima kasih banyak untuk semua dukungan yang kalian berikan. Dan juga maaf tentunya, karena saya jarang sekali update. Tapi tenang aja, saya selalu pantau kalian, kok. Komentar komentar kalian itu.. moodbooster tersendiri bagi saya.

Dan.. chapter ini istimewa.
Tentu bisa kalian lihat dari judulnya.
Saya menyerahkan sepenuh hati kepada imajinasi kalian. Jadi, saya kepo nih, siapa member yang kalian bayangkan?

Oiya, jangan terbawa emosi, ya.
Selamat menyambut tahun baru dengan kebahagiaan. Ingat, ini hanya sebuah cerita fiksi.


Kepo lagi deh, jadi apa harapmu untuk tahun yang baru?

NCT asTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang