Na Jaemin

39K 1.9K 65
                                    

.

Sayup-sayup karena setengah sadar aku mendengar alarm alami yang biasa membangunkanku, tak ketinggalan merasakan juga bahuku diguncang pelan. Sudah pasti pelakunya adalah Na Jaemin, kakak laki-laki yang hanya jarak setahun denganku.

"Heh, Kebo bangun!"

Aku hanya menanggapi dengan gumaman pelan, "Hmm."

Dia malah memukulku lagi, "Astaga, bangun! Udah jam sepuluh, woy!"

Aku menggeliat malas, sejenak merutuki kakak lelakiku yang membangunkan di pagi indah untuk bermalas-malasan karena hari libur seperti ini.

"Apaan sih?!" Kataku kesal setengah berteriak, padahal suaraku serak.

Dia berdecak, kurasa dia juga kesal, "Ck, dicariin Jeno tuh!"

Mendengar nama Jeno disebut aku langsung terduduk bangun dan lari ke kamar mandi.

"SURUH DIA TUNGGU SEBENTAR!"

Dan tanpa aku sadari, dia terkikik puas lalu keluar dari kamarku.

**

"Loh, mana Jenonya?"

Pasalnya aku hanya melihat dia sendirian di ruang tengah. Ralat, dia bersama boneka Ryan miliknya. Padahal biasanya Jeno kalau datang ya langsung duduk di sana.

"Di rumahnya,"

Aku mengerjap tak percaya.

"HAHAHAHAHAㅡUHUK UHUK!"

Dia tergelak sampai tersedak basreng, lalu lari ke dapur untuk minum. Ganti aku yang tertawa keras.

Sembari menunggu dia kembali, ku pindah chanel televisi yang awalnya sedang menayangkan sebuah sinetron abal-abal ke chanel infotainment.

"Dibohongin mau. Satu monyet tertipu~" katanya saat kembali lagi dari dapur sambil membawa segelas besar air dingin. Aku hanya melirik tak peduli.

Dia mendaratkan badannya di sebelahku lalu memeluk bonekanya lagi, ia kembali memakan basreng yang tadi membuatnya batuk-batuk sampai keluar air mata. Aku meraih toples isi basreng darinya, lalu ikut makan juga.

"Heㅡkrauk napa huka heㅡkrauk no?"

"Kalo mau ngomong habisin dulu yang di mulut." Kataku setelah menelan kunyahan pertama basreng di mulut sambil menepuk pelan mulutnya.

Dia kepedasan, "Hah hahㅡkenapa suka Jeno?"

Aku berpikir sebentar, hanya sepersekian detik.

"Bukan suka, cuma naksir aja habisnya dia ganteng hehe."

"Kakak juga ganteng."

Lalu dia berpose sok ganteng di depanku. Tapi aku pura-pura mau muntah.

Tak lama boneka Ryan nya mendarat di kepalaku dengan lumayan keras, membuat aku hampir terjengkang kalau dia tak langsung menarik tanganku.

"Kakak apaan sih?!"

Aku tuh kesal, tapi masih merasa kaget juga sih.

Dia nyengir seperti tak berdosa hampir membuat adiknya jatuh terjengkang, "Gak sengaja. Lo nyebelin soalnya."

Aku membuang pandangan ke televisi lagi, tak menanggapi dia.

"Kalau lo mau cari pacar jangan cuma yang ganteng aja, tapi dia harus baik, baik disini konteksnya luas tapi kakak tau lo paham. Kalau cuma ganteng doang tapi gak baik, sampe kapanpun kakak gak kasih restu,"

Aku hanya terdiam memikirkan ucapannya.

Ternyata kakakku seperhatian itu sama aku.

"Laper gak, sih?" Tanyanya. Tapi aku masih diam saja, cuek memakan basreng.

Dia menaruh bonekanya lalu bangkit berdiri dan sedikit bergerak untuk meregangkan ototnya.

"Cari makan yuk, kakak traktir." Katanya sambil mengusap kepalaku.

Cepat aku menelan kunyahan terakhir basreng di mulutku, "Tunggu!"

Aku langsung lari ke kamarku untuk ganti pakaian.

"Ge pe el!" Katanya sebelum pintu kamarku tertutup sempurna.

***

"Fotoin dulu, kakak lagi ganteng soalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Fotoin dulu, kakak lagi ganteng soalnya."

Na Jaemin, kakak satu-satunya yang aku miliki. Sering bikin kesal, tapi aku sayang hehe.

NCT asTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang