Hendery - Haechan

4.5K 488 158
                                    

* Di season 2 aku buat sudut pandang orang ketiga, ya. Lalu nama karakter orisinil nya alias si Aku bakal kuganti dengan nama lain yang berbeda-beda di setiap chapter. Mau namamu jadi nama karakter orisinil di sini? Boleh! Komen yuk! Nanti kupilih sesuai karakter yang cocok.

Raina = hujan. Aku ambil nama ini karena pernah nonton variety di Seezn trus nama kita (Czennies) di sub indo jadi musim (dari kata Seasoni). Jadi karena kita di Indonesia gak mungkin ada musim gugur, semi, apalagi dingin. Jadi, here it is!

***

Matahari penuh menyinari bumi. Di tengah panasnya cuaca, di sebuah komplek perumahan kawasan kota Banten, dua anak manusia sibuk melarikan diri dari amukan panas menuju rumah salah satu teman mereka. Seorang mengendarai sepeda, sedangkan seorang lagi berlari mengejar sepeda tersbut. Keduanya berhenti tak lama kemudian di depan sebuah rumah berhalaman lebar dengan pohon belimbing wuluh di sudut halaman.

"AHENGGG, MAIN YUK!!"

Ecan menyandarkan sepedanya dekat pagar rumah Hendery aka Aheng, Raina menyusul kemudian setelah berlarian mengejar Ecan yang naik sepeda milik ayahnya. Gadis itu megap-megap layaknya lele keluar dari kolam.

"Mana nih orangnya?" Ecan mengangkat bahu lalu menggaruk lengannya yang gatal bekas digigit nyamuk.

"AHENGGG." Teriak Ecan lagi. Tak lama seorang gadis keluar dari rumah. Itu Teh Kinay, kakaknya Aheng.

"MASUK BAE, AHENG DI DALEM." Ucapnya lalu masuk dalam rumah lagi sambil meniupi kuku-kukunya yang habis dikuteks.

Ecan dan Raina langsung berebut masuk lebih dulu agar tak kebagian jatah menutup pintu.

"Ih, gua dulu!"

"Enak bae! Aing heula!"
* Enak aja, saya dulu!

Dua anak manusia itu masih berebut sebelum suara angsa dan eksistensinya dari dalam halaman rumah Aheng membuat keduanya saling bertatapan dan berlomba lagi untuk mengalah.

"Sok, lo duluan aja." Ucap Ecan mempersilahkan, yang dijawab dengan gelengan lengkap dengan ringisan Raina.

"Lo duluan aja deh, Can." Tolak Raina.

"Ladies first, ceuk mamah geh."
*Ladies first, kata mamah geh.

"Gak. Lo dulu aja."

Mereka terus saja saling menyuruh masuk duluan sampai si orang dituju pun keluar dari rumahnya dengan hanya berbalut kaos dalam dan bokser. Aheng menghela napas lalu mengusir kawanan angsanya dengan sapu lidi, pemuda ini juga takut sebenarnya. Kemudian ia menghampiri dua anak manusia di depan pagar rumahnya dan berkacak pinggang layaknya seorang bapak yang memarahi anaknya.

"Lama pisan mau asup doang." Ucap Aheng sambil membuka pintu pagar rumahnya.
*Lama banget mau masuk doang.

Raina menunjuk Ecan di sebelahnya yang sibuk memegangi sepeda, "Ecan, nih! Suruh masuk duluan malah gak mau!" Adu Raina yang kontan mendapat pelototan maut dari Ecan.

"Atuh sieun! Maneh suruh duluan juga mbung, kan?!" Balas Ecan sambil menuntun sepedanya masuk. Raina dan si empunya rumah mengekor.
*Ya takut! Kamu suruh duluan juga gak mau, kan?!

"Kenapa masih pelihara angsa, sih, Heng?" Tanya Raina sembari menatap horor pada Angsa di sudut halaman yang kini menatap mereka dengan leher yang mengulur. Siap menyerang.

"Nyaho si Abah. Katanya geh nanti potong angsa aja biar bisa dansa." Raina dan Ecan melongo. Kemudian suara ngos angsa membuat mereka kompak menoleh, dan menemukan ketipisan jarak di antara mereka dengan makhluk putih berleher panjang tersebut.
* Tau si Abah.

NCT asTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang