Zhong Chenle ▪ Suami ✅

13.3K 1.3K 177
                                    

.

"Selamat pagi, Nyonya."

"Pagi." Jawabku lalu tersenyum kecil.

Sapaan seperti itu hampir tiap pagi kudapat dari para pekerja di rumah ini.

Yap, sejak menikah dengan Zhong Chenle aku dipanggil Nyonya, padahal aku sudah mewanti-wanti dari awal menikah agar tidak dipanggil seolah-olah aku juga penguasa rumah ini. Aku agak kurang nyaman dengan panggilan itu, dan tentu saja Chenle tidak setuju dan tetap mewajibkan seluruh pekerja di rumahnya untuk memanggilku begitu. Ah, ya sudahlah.

Kulanjutkan lagi langkahku menuju dapur, aku ingin memasak tentu saja. Untungnya di dapur tidak ada siapa-siapa, itu bagus karena aku yang meminta bahwa untuk dapur itu zona khusus milikku.

"Babe."

Ah, suara ini.

Aku menghentikan tanganku yang hendak menalikan tali apron, dengan cepat merespon pada orang yang memanggilku. Mendekati interkom di pojok dekat kulkas.

"Ya?"

"Dasiku belum kamu siapin ya?"

"Udah, Le."

Apronku sudah terpasang dengan benar.

"Gak ada, babe."

Selanjutnya, aku meraih pan di dekatku, masih sambil merespon Chenle dan kebiasaan jeleknya di pagi hari, yaitu memakai interkom yang tersedia di hampir setiap sudut rumahnya, jangan kaget, iya di setiap ruangan ada.

"Coba liat di kasur, jangan asal bilang gak ada." Jawabku agak kesal, ini udah yang kesekian kali dia seperti ini.

"Aku udah cek tadi, gak ada."

"Cari yang bener!"

Terdengar krasak krusuk dari sana yang kuyakini dia sedang sibuk mencari dasinya.

"Eh iya, ini ketemu hehe,"

"Ck, kebiasaan."

Kutinggalkan interkom lalu bergerak untuk mengambil minyak zaitun di rak atas.

"Eh, babe." Panggilnya lagi.

"Apa lagi?" Kataku gemas.

"Wo ai ni!"

Aku terdiam, tiba-tiba badanku kaku sejenak.

"Tuh kan diem. Pasti habis ini kamu bakal blushing."

Seperti mantra yang sialannya langsung manjur sekali, pipiku sontak merona. Tak lama kudengar suara tawanya di sana.

Sialan kau, Tuan Muda!

*****

"Kamu gak ngidam gitu, Babe?"

Aku menoleh dengan cepat padanya yang kini duduk di sampingku. Dahiku mengernyit dalam.

"Aku lagi gak pengen apa-apa, sih. Kenapa gitu?"

Dia melepaskan tanganku yang tadi dia mainkan lalu menatapku, "Ya maksudku kamu minta apa kek gitu. Biar aku kayak suami siaga."

Aku terkekeh geli. Suamiku ini kesambet apa, sih?

"Kamu kenapa, sih?"

Masih dengan senyum geliku, aku meraih tangannya lagi lalu meletakkan di atas punggung tanganku.

"Elusin lagi aja, anakmu pengennya gitu."

NCT asTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang