Warn : banjir.
🌧
"Tha, Kakak datang."
Merasa terpanggil, sang empu nama hanya menoleh sekilas untuk menyimpan senyum hampa kepada sepasang netra coklat terang di depannya. Tak kalah dengan senyum, atensinya pun begitu.
Sang adam mengambil tempat tepat di sebelah sang gadis yang nampak lemah di ranjang. Ia mengangkat tangan setelah meletakkan sebuket bunga aster ungu, ganti mengusap rambut yang dulunya halus dan panjang, kini pendek dan terlihat tak terurus dengan tatapan pedih.
"Tha, dia gak suka liat lo begini."
Abai. Netra sebening kristal itu kini menyimpan genangan bernama air mata. Sekedipan jatuh setetes, diikuti tetesan yang lain bak hujan bulan Desember.
Ibu jari bergerak mengusap penyebab basahnya pipi tirus Sang Gadis.
"Thaㅡ"
"Dia gak mau ketemu aku lagi, Kak." Tatapan hampa penuh luka itu bertemu dengan mata yang kini bergetar, sekuat tenaga tak ikut rapuh dan turut meneteskan air mata.
Jatuh setetes lagi.
Sang lawan bicara menggeleng, "Enggak, Thaㅡ"
Belum sempat bibir mungil itu rampung berbicara, gadis di ranjang menangis tergugu. Rantai yang membelenggu tangannya bergemericik, menjadi alunan nada pengiring isak tangis sesak penuh lara.
"Dia benci aku, Kak."
Terguncang bagai dihantam ombak paling besar, bahu sempit itu merosot. Tangan penuh luka memanjangnya perlahan mengusak rambut lalu menariknya kencang sedemikian rupa.
"AHAHA DIA PERGI, KAK! DIA PERGI HAHAHAㅡhiks."
"Stop, Tha!" Dua lengan besar menahan tangan yang bergerak brutal. Menahan agar tak lebih banyak luka yang diemban gadis rapuh di depannya. Hatinya saja sudah rapuh, tak semestinya tubuh ringkihnya pun begitu, pikir sang adam.
Dipeluknya tubuh itu.
"DIA NINGGALIN AKU, KAK! AHAHAHA." Tawa melengking memenuhi ruangan putih berbau lavender. Menjadi lantunan paling menyedihkan dalam ruangan sempit itu.
"Enggak, Tha, enggak," Sang Adam menggeleng lengkap dengan untaian air yang tak sadar mengalir, "dia gak bermaksud begitu, Tha. Enggak."
Seolah berlomba-lomba untuk jadi Si pemenang paling menyedihkan, air mata dan isak itu bersaut-sautan, membelah keheningan yang tercipta di suasana biru pilu.
Tak jauh dari sepasang saudara yang tengah menumpahkan air matanya, sepasang netra gelap ikut meneteskan air matanya dalam remang dan pudar.
"Maafin aku, Tha. You deserve better than me."
Kemudian eksistensinya hilang ditelan gelegar gemuruh di luar yang kini melingkupi dinginnya ruangan dengan nama Agatha Asteria di papan ujung ranjang. Seolah semesta turut membiru bersama perasaan sepasang saudara dalam ruangan yang digerogoti pilu yang tak ada batasnya.
🌧
Satu bulan sebelumnya.
Lagu Resonance dari boygrup Korea kesukaan sang gadis menguar di udara dalam ruangan seluas 4×4 meter, menemani sepasang sejoli yang kini tengah sibuk dengan memandangi layar laptop yang tengah memutar video musik dari lagu itu sendiri. Ah, bukan! Hanya sang gadis saja yang fokus menonton, sang lelaki hanya menatap penuh minat dengan senyum kecilnya pada gadisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NCT as
Fanfictionft. NCT Karena kita sama-sama suka halu. pict cr to owner. Start : 27 11 '19