Lee Jeno

16K 1.6K 65
                                    

.

Aku berlari sekencang mungkin dari kelasku setelah tadi teman Jeno menelfonku, memberi tahu bahwa kembaranku itu berkelahi dengan Hyunjin.

"JENOOO!"

Aku meringsek maju ke tempat pertempuran itu, mengabaikan teriakan temannya Jeno yang memanggil-manggil namaku.

Saat sampai benar-benar di depan barisan penonton perkelahian itu, kulihat Jeno yang sedang adu jotos dengan Hyunjin, mantanku. Aku tarik napas panjang sebelum berteriak dan maju lebih dekat lagi.

"HYUNJIN SIALAN!"

Entah kekuatan dari mana, kutonjok wajah Hyunjin sekuat tenaga sampai dia terpelanting. Kulihat semua orang di kerumunan itu terkejut, termasuk Jeno.

Aku terengah-engah setelah menonjok wajah Hyunjin. Kemudian tanpa memikirkan apapun lagi, aku mendekati Jeno yang masih membeku di tempatnya berpijak dengan wajah babak belurnya. Kutarik kembaranku itu ke UKS.

Kumarahi dia sepanjang perjalanan ke UKS, tapi dia hanya diam saja. Untungnya ruangan itu dekat tempat perkelahian Jeno dan Hyunㅡ ralat, si brengsek tadi.

Ternyata UKS kosong. Ya baguslah.

"Jeno goblok!" Kataku sambil mencari kotak P3K di lemari UKS. Dia tidak merespon, padahal biasanya dia akan ganti mengatai aku.

Setelah mendapatkan benda yang kucari, kuhampiri Jeno yang masih saja diam di atas ranjang. Kukeluarkan satu persatu isi dari kotak itu. Aku mengambil kapas, lalu kubasahi dengan rivanol. Kubersihkan luka luka di wajahnya yang tidak bisa dibilang sedikit itu.

Hyunjin sialan, lo buat kembaran gua babak belur gini, kan jadi jelek dia.

UKS hening, hanya terdengar desisan Jeno yang menahan perih. Aku masih saja diam, berusaha mengontrol emosiku lagi.

"Loㅡaw!"

Sengaja kutekan pas lukanya ketika dia mau bicara. Aku hanya malas mendengar suaranya walau sebenarnya aku khawatir pada saudara kembarku ini.

Kemudian dia menahan tanganku yang sedang meneteskan obat merah pada kapas. Kudengar dia menarik napas dalam. Aku hanya menunggu dia berbicara tanpa berniat mengalihkan tangannya.

"Maaf," katanya lirih.

"Maaf udah buat Hyunㅡ"

"Bodo amat."

Dia terbelalak, "Jen, guaㅡ"

Aku menarik tanganku. Setelahnya kupukul kepalanya lumayan keras, sampai dia mengaduh.

"Goblok! Lo itu goblok banget sumpah ya, Lee Jeno!"

Dia menunduk lagi sambil memainkan sprei ranjang UKS. Aku menghela napas kasar. Kemudian kuambil lagi kapas yang sudah kuberi obat merah tadi.

"Liat sini!"

Dia mendongak tapi matanya tidak mau menatapku.

Kuoleskan obat merah itu pada luka luka di wajahnya. Sesekali kutekan keras dengan sengaja, dia hanya meringis. Setelah kurasa selesai, kubereskan lagi obat obatan tadi dan kukembalikan kotak itu di tempatnya semula.

"Jena," panggilnya saat aku sudah sampai depan pintu, aku ingin keluar dari sana. Aku berhenti tanpa ada niatan menoleh.

"Maaf, gua gak berㅡ"

Aku membalikkan badan, menatap dia tanpa ekspresi.

"Lo tau gak kalo gua khawatir?"

"Lo ngerti gak, sih, gimana khawatirnya gua denger lo berantem sama si brengsek itu?"

"Maaf, guaㅡ"

"Gua gak masalah si brengsek itu mati atau gimana, tapi gua mikirin lo. Lo ngerti gak, sih?!" Kataku agak keras namun serak. Suaraku tercekat di tenggorokan.

Tiba-tiba dadaku sesak. Air mata susah bergumul di mataku, berdesakan ingin keluar. Aku jadi seemosional ini jika menyangkut orang-orang yang aku sayangi.

Dia turun dari ranjang lalu berjalan mendekat padaku dan berhenti di depanku.

"Maaf maaf maaf," katanya berkali-kali.

Aku menangis di depannya. Kemudian dia langsung menarikku ke dekapannya.

"Lo goblok, bego, goblok banget, gua benciㅡ"

"Gua gak suka lo dimainin sama dia. Gua gak suka dia semena-mena sama lo kemarin. Gua gak suka kembaran gua dibuat patah hati samaㅡaw!"

Kucubit keras perutnya, tak peduli bagaimana sakitnya. Aku telanjur kesal dan malu.

Dia mengeratkan pelukannya, mulutnya masih merapalkan kata maaf berkali-kali. Tapi aku tetaplah aku.

"Maaf, gua gak bakal ulangi lagi. Maaf maaf maaf,"

Aku sesenggukan di dadanya, kurasa seragamnya juga basah karena air mataku. Kulepas dekapan dari dirinya lalu mengangguk kaku.

Kutatap wajah babak belurnya. Kemudian tanpa aba-aba, kutekan luka lebam dekat matanya. Dia mengaduh.

"Aduh, sakit gobㅡ"

Kata-katanya tertelan lagi setelah ia kupelototi. Dia malah meringis sampai matanya tinggal segaris.

"Hehe, Jena cantik, deh, hehehe."

"Bodo amat."

Aku keluar dari UKS, dia mengekor di belakangku. Tak lama kemudian tangan beratnya tersampir di bahu kiriku. Aku menoleh padanya yang lagi lagi meringis lucu, padahal lukanya dimana-mana tapi dia tetap lucu, menurutku.

"Siyeon gimana?" Tanyaku iseng.

Dia tersenyum miris, "Kan selingkuh sama si brengsek itu."

Dan saudara kembar ini tersenyum miris bersama.

***

"Hehe, Jena cantik, deh, hehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hehe, Jena cantik, deh, hehehe."

Bodo amat, Lee Jeno.


NCT asTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang