Huang Renjun

13.4K 1.5K 141
                                    


.

Aku melangkahkan kaki jenjangku dengan pasti. Menyusuri koridor dengan kepercayaan diri yang tinggi. Tidak pula memperdulikan tatapan mahasiswa lain yang menatapku bermacam-macam.

Hingga atensiku berhenti pada satu titik di mana orang itu duduk, lengkap dengan buku sketsanya.
Tanpa pikir panjang aku menghampiri dia.

"Selamat pagi, Renjun!" Sapaku dengan ceria lalu duduk di sampingnya.

Renjun hanya melirik sekilas sembari membenarkan kacamatanya yang melorot, setelah itu fokusnya kembali pada buku sketsanya.

Aku tentu saja kesal, tapi aku sudah terlalu terbiasa dengan ini.

"Udah sarapan belum? Sarapan bareng yuk!"

Renjun terlihat mengela napas lalu kegiatannya berhenti.

"Lo bisa gak sehari aja jangan ganggu gua?"

Aku tersenyum lebar dan bangga, "Oh ya jelas tidak dong,"

"Jadi, ayo sarapan bareng!"

Kudengar Renjun mendengus pelan, "Gak." tolaknya singkat.

Aku merengut, "Injun, ayo dong. Aku belum sarapan tau,"

Dia langsung menoleh dan menatapku tak suka.

"Jangan panggil gua kayak gitu lagi."

"Kenapa?"

"Karena lo bukan Aluna."

Dia beranjak pergi meninggalkan aku yang terdiam menatap punggung sempitnya. Untuk yang kesekian kali aku kalah dengan Aluna, lagi lagi alasannya Aluna.

Memang aku egois, katakanlah begitu. Tapi apa yang aku lakukan ada alasannya. Dan aku benci alasan ini, karena justru Aluna sendiri yang menitipkan Renjun padaku. Iya, Aluna adalah kembaranku dan ia menitipkan tunangannya padaku.

***

Aku kesal sekali hari ini.

Tugasku tertinggal di rumah, padahal aku sudah lembur mengerjakannya. Pada akhirnya aku harus rela nilai keterampilanku B- karena tugas sialan itu.

"Kamu di mana?"

Aku menunggu jawaban sambil berjalan cepat, sesekali tersenyum paksa saat ada orang yang kukenal menyapa.

"Kenapa?"

"Tinggal kasih tau aja susah banget sih, Jun!" sentakku agak keras.

Samar kudengar dia berdeham pelan, "Kantin FISIP."

"Yaudah."

Setengah berlari aku menuju kantin FISIP, letaknya memang tidak jauh tapi sekarang sedang gerimis dan aku tidak membawa payung.

Setelah sampai aku mengedarkan pandang, mencari laki-laki yang tadi kuhubungi. Ah, itu dia! Duduk sendirian di pojok kantin, oh ralat dia tetap dengan buku sketsanya bahkan saat sedang di kantin yang notabenenya tempat makan.

Setengah membanting badan aku duduk di kursi depannya yang agak terkejut dengan kedatanganku.

"Bisa santai gak sih kalo duduk? Itu kursi bukan punya lo." 

Aku merotasikan bola mata di depannya untuk pertama kali, tapi tak merespon yang dia katakan tadi. Kusibukkan diri dengan scroll instagram. 

"Kenapa?"

Agaknya dia sadar aku sedang bad mood.

Aku mengalihkan atensi padanya, "Gak."

"Tunggu sini."

"Hmm."

Setelah merasa bosan scrolling instagram, aku memilih untuk mengedarkan pandang melihat suasana di kantin FISIP yang tidak jauh beda dengan suasana di kantin fakultasku.

Lalu mataku berhenti pada buku sketsa Renjun yang tergeletak di atas meja. Karena penasaran dengan isinya, kuambil buku itu dan langsung membukanya.

Isinya hanya gambar-gambar hasil tangan Renjun. Halaman demi halaman kulewati, hingga tangan ini berhenti di halaman terakhir buku ini.

Kutatap dengan lamat gambar yang menurutku sangat cantik ini. Hanya gambar siluet seorang perempuan yang duduk di bawah pohon, tapi aku sangat tau siluet siapa ini.

"Ngapain lo buka-buka buku gua?"

Aku tersentak dan reflek menutup buku sketsa itu.
Kulihat Renjun berdiri di sebelahku dengan sebelah tangan memegang gelas yang mengepul, entah apa isinya yang jelas itu pasti panas.

"Anu.. itu aku--"

Ayo bodoh berpikir, batinku.

Dia berdecak, kurasa dia kesal.

"Ck, jadi gak kejutan lagi gara-gara lo."

"Maaf.." cicitku pelan. Demi Tuhan aku takut dia marah padaku karena nada suaranya benar-benar dingin.

"Baca."

"H--hah?"

"Baca tulisan di pojoknya."

Dia meletakkan gelas tadi di meja depanku lalu dia kembali duduk ke kursi yang ia duduki tadi.

"A--apa? Kok ini--"

"Sekarang lo udah tau."

Aku menatapnya tak percaya.

Aku yakin kalian penasaran dengan tulisan di gambar ini, yang baru kusadari adalah satu-satunya gambar siluet manusia dari banyaknya gambar di buku sketsa Renjun.

Di pojok gambar itu ada tulisan berbunyi :
2015, SMA ADIYASA SEMARANG.
Aku sudah telanjur mencintainya.

***

"Kalau kamu bertanya tanya kenapa aku sering kasar dan terlihat tak peduli padamu. Itu karena cinta ini ada sebelum mengenal Aluna. Dan aku tidak suka kamu mendekatiku semata-mata hanya untuk melaksanakan wasiat Aluna."

NCT asTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang