Dong Sicheng

5.4K 729 303
                                    

.

Hari ini hari Minggu. Bagiku sudah sepatutnya bangun lebih pagi dari hari biasa karena siapa tahu akan ada yang mengajakku jogging keliling komplek. Tentu saja ada yang mengajakku, memangnya kalian? Oops! Canda oops.

Kusibak gorden pink yang sudah hampir setahun tidak dicuci ㅡkarena hanya dicuci ketika menjelang hari rayaㅡ dengan bahagia yang mengubun-ubun. Sungguh jinjja jeongmal neomu happy! Sembari bersenandung, kusambar handuk yang tergantung di belakang pintu lalu lekas menuju kamar mandi dengan suasana hati yang berbunga-bunga.

"Pagiku cerahku matahari bersinar,"

Seolah bisa menerawang dengan segenap ceria yang tumbuh di pagi hariㅡyang sebenarnya hampir hujan iniㅡ aku bersiap-siap dengan setulus jiwa raga agar tampil menarik jikalau saja bertemu dengan mas crush kuㅡehem.

"Kugendong tas merahku diㅡ"

Ngeng! Ngeng! Ngengggg!

Aku menutup telinga rapat rapat ketika suara bising motor tetangga sebelah membuat gaduh seisi kamarku. Tidak tidak, kurasa seluruh penghuni komplek ini karena setelahnya aku mendengar makian dari tetangga depan rumahku. Disusul dengan ocehan berkepanjangan dengan logat Batak yang kental.

"Hei, Bodat! Berisik kali kau pagi pagi! Ganggu saja!"

Dengan segenap tenaga aku berlari dari depan pintu kamar mandi menuju jendela kamarku untuk menonton tontonan Minggu pagi pengganti kartun Spongebob.

"Kayaknya bakal seru, nih!" Kataku asyik menonton dua orang di depan sana yang masih cekcok, padahal sumber masalahnya sudah dimatikan.

Aku mengambil ponsel di atas nakas secepat kilat, lalu merekamnya guna laporan pagi pada FRIENDDAPANgrup chat berisi aku dan orang-orang random alias teman-temanku.

"ADEK BAㅡanying, lo ngapain?"

Aku menoleh pada sumber suara dan langsung memberi gestur untuk diam pada Kak Win dengan wajah penuh tanya di pintu kamarku, bahkan tangannya belum lepas dari knop pintu. Dia menghampiriku lalu ikut menonton percekcokan itu.

"Menurut lo ada sesi baku hantamnya gak, nih?"

Aku menggulir mata ke atas, berpikir sebentar, "Pasti ada!"

"Gocapan, ya? Gua pegang gak ada baku hantam."

Aku melotot penuh padanya, "Kok jadi taruhan?!" 

Dia mengangkat bahu acuh, "Lumayan kan buat jajan." Matanya terus fokus pada pertengkaran di sana.

Aku mengangguk kecil entah untuk apa lalu ikut fokus merekam pada yang dilihat Kak Win. Tak lama setelah itu dua orang yang menjadi bahan taruhan kami bubar jalan tanpa ada sesi baku hantam. Bahuku langsung melorot lesu. Lekas kuhentikan rekaman itu.

Kak Win tersenyum lebar, tangannya menadah di depanku.

"Gocap!" Demi Tuhan, wajah tampannya jadi menyebalkan.

"Kas bon, deh." Kataku lesu. Dia melotot.

"Gak ada kas bon! Enak aja!"

"Gak punya duit. Abis buat jajan."

Kak Win mendengkus, "Jajan kertas. Kebiasaan." Aku menipiskan bibir, memamerkan gigi rapiku yang belum digosok pagi ini, "Hehehe"

"Buruan mandi, nanti temenin jemput Yumi sekalian belanja."

"Ih, mau ngapain?"

Aku mengekori Kak Win yang hampir keluar kamarku. Meletakkan kedua tangan di atas bahunya, seperti sedang main kereta-keretaan. Dia berhenti di depan pintu lalu berbalik menatapku, membuat pegangan di kedua bahunya terlepas.

NCT asTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang