Uang bukan segalanya

516 107 3
                                    

"Uang bisa dicari dan didapat oleh semua orang, tapi kebahagiaan di dalam keluarga hanya bisa didapat oleh orang-orang tertentu."

~Nervous page 13~

Aranasya kini tengah menatap langit malam yang indah dengan ditemani secangkir teh hangat. Udara yang cukup dingin menusuk tubuhnya. Tidak ada yang indah di malam ini, hanya ada kegundahan.

"Lagi mikirin apa?" tanya Ibu yang baru saja datang, lalu duduk di kursi bernotabene di sampingnya.

Aranasya tersenyum seraya menggeleng. "Tidak ada Bu," jawabnya. Mulut dengan hati memang selalu tidak sejalan.

Hening, itulah yang terjadi antara Ibu dan Aranasya. Hingga akhirnya Aranasya pun membuka suara.

"Bu," panggil Aranasya.

"Ada apa?" tanya Ibu.

"Aku pikir dengan banyaknya uang hidup kita akan bahagia."

Aranasya menoleh ke samping tepat pada Ibu yang kini tengah tersenyum menanggapinya. "Sekarang Ibu tanya sama kamu, saat kamu sedih apa yang membuat kamu tersenyum kembali?"

"Ayah, Ibu sama adik."

"Keluarga bukan?"

Aranasya pun mengangguk.

"Kamu pernah dengar, ada seorang pengusaha sukses dan memiliki banyak uang. Kebanyakan orang berasumsi bahwa dirinya bahagia, tapi kenyataannya dia tidak bahagia. Uang bisa dicari dan didapat oleh semua orang, tapi kebahagiaan di dalam keluarga hanya bisa didapat oleh orang-orang tertentu," papar Ibu.

Ada benarnya yang dikatakan Ibu. Dan itu yang terjadi pada Jhihan saat ini. Sepertinya Aranasya beruntung terlahir dari keluarga sederhana. Mereka selalu ada dalam kondisi apapun.

"Udah malam lebih baik kamu tidur," perintah Ibu.

Aranasya pun mengangguk seraya berjalan masuk ke dalam rumah dengan diikuti oleh Ibu. Aranasya membuka kenop pintu kamarnya, lalu ia masuk ke dalam.

Aranasya pun membaringkan tubuhnya di atas kasur seraya menatap langit-langit kamar. Benda pipih itu bergetar menandakan ada sebuah panggilan masuk. Ia pun mengambil ponsel itu yang tergeletak di sampingnya.

Terpampang dari layar ponsel sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Tanpa pemikiran panjang ia pun menekan tombol jawab.

"Hallo," ucap Aranasya.

"Ayo cepet ngomong," perintah seseorang dari seberang sana.

Aranasya mengernyitkan keningnya bingung. Seketika hening tak ada yang membuka suara. Tak lama kemudian, lelaki di seberang sana pun membuka suara.

"Gue Dima," kata Dima.

Deg

Seketika jantung Aranasya berhenti. Aranasya pun langsung membenarkan posisinya menjadi duduk.

"Gue cuma mau bilang jangan terlalu memikirkan suatu hal yang akan membuat kondisi lo memburuk," ujar Dima.

Aranasya tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.

"Tubuh perlu istirahat begitu juga dengan pikiran," ucap Dima.

Seharian penuh ini Aranasya terlalu memikirkan tentang Jhihan, bahkan sampai ia tidak memikirkan kondisi dirinya.

"Selamat malam," ucap Dima sebelum mengakhiri panggilannya.

Aranasya menatap layar ponselnya. Seketika terlihat semburat senyum yang mengembang sempurna.

Nervous (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang