"Mencintai seseorang itu sama seperti daya dalam fisika, sama-sama membutuhkan waktu dan usaha."
~ Aranasya Putri Meganyta ~
Ketika waktu jam kosong ingin belajar, ketika belajar ingin jam kosong. Itulah yang dirasakan kebanyakan siswa.
Dikarenakan hari ini jam kosong, suasana kelas ramai bak pasar. Sebagian siswa ada yang berada di dalam kelas, ada yang di kantin dan ada juga yang berada di luar kelas, tengah asyik menonton siswa yang sedang berolahraga.
Jika kalian menanyakan posisinya saat ini, ia sedang berada di luar kelas bersama Jhihan. Pertandingan basket yang berada di lapangan lebih asyik ketimbang membaca buku novel.
Tak henti-henti Aranasya menatap kagum pada seorang lelaki yang tengah menggiring bolanya dengan lincah.
Aranasya melihat lelaki itu tengah menggiring bola ke sana kemari, lalu mengoper kepada timnya. Dengan cekatan, dia menangkap bola saat bola itu kembali dilemparkan kepadanya. Ia kembali memperlihatkan skillnya, ia melakukan jumshot pada saat mendekati ring. Seketika terjadilah suasana tegang di lapangan.
"Aku yakin pasti bisa," gerutu Aranasya dalam hati dengan tatapan tertuju padanya.
Dengan cantiknya bola masuk ke dalam ring. Suasana seketika menjadi riuh, sorak-sorak bergema di lapangan.
Refleks Aranasya yang melihat itu langsung beranjak berdiri dari tempat duduknya seraya bertepuk tangan dengan keras.
Terlihat Dima kini menoleh ke sumber suara. Aranasya terkejut ketika mata hitam pekat miliknya bertemu dengan matanya. Tatapannya seakan membunuh Aranasya secara perlahan-lahan.
Aranasya pun langsung memalingkan wajahnya seraya kembali duduk. Memakai masker saja tidak cukup untuk menutupi rasa malu ini. Entah Aranasya harus menaruh wajahnya dimana lagi, ia tidak tahu.
"Cie yang diliatin Dima langsung salting," sindir Jhihan.
"Apaan sih Jhi enggak ko," elak Aranasya seraya membenarkan anak rambut.
Jhihan tersenyum seraya bertanya, "Lo cinta ya sama Dima?"
Ingin Aranasya melarikan diri dari pertanyaan seperti itu, tapi Aranasya tidak bisa.
"Mencintai seseorang itu sama seperti daya dalam fisika, sama-sama membutuhkan waktu dan usaha," jawab Aranasya.
"Ngomongin apaan si? Ngomongin gue yang ganteng ya?" tanya Aldi yang baru saja datang.
"Idih pede banget. Lo mau lihat gak, lo mirip siapa?" tawar Jhihan.
"Siapa emangnya?"
Jhihan pun mengeluarkan ponsel dari saku bajunya. Ia membuka layarnya lalu membuka galeri. Jhihan pun menunjukkan sebuah gambar monyet pada Aldi.
"Ngaca lo," ucap Jhihan.
Aldi membelalakkan matanya seraya berkata, "Sini lo Jhi, gue geprek pala lo."
"Ampun nyet," teriak Jhihan seraya berlari menjauh dari Aldi.
Itulah Aldi dan Jhihan kerjaannya selalu saja bertengkar, Aranasya hanya bisa menjadi penonton setia mereka.
Aranasya pun mengalihkan kembali pandangannya menuju lurus ke depan. Aranasya terkejut kala melihat Dima kini tengah menatap ke arahnya seraya tersenyum. Namun, dengan cepat Dima kembali mengalihkan pandangannya dan seketika senyum yang mengembang sempurnanya kini padam. Tidak apa padam, ia sudah melihatnya walau itu hanya sekejap.
Pertandingan kini telah selesai, beberapa dari siswa langsung berhamburan keluar dari lapangan dan ada juga yang masih berada di lapangan untuk beristirahat sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nervous (Completed)
Teen Fiction"Mencintai seseorang itu sama seperti daya dalam fisika, sama-sama membutuhkan waktu dan usaha." ~~~ Persamaan itu sama seperti ketika sedang menaklukan hati seseorang, dimana perlu waktu untuk mencintainya dan usaha untuk membuat hatinya luluh. Sos...