Nervous siap menemani hari weekend kalian
Happy ReadingDi pagi buta, sudah dibuat tidak enak saja dengan melihat pemandangan seorang lelaki dan perempuan tengah berfoto ria. Mengapa harus se-pagi ini? Mengenai suasana hati, jika sudah kacau di pagi hari itu akan membawa dampak buruk di siang atau seterusnya. Apalagi dalam pembelajaran berlangsung, pikiran akan terganggu bahkan sampai tidak konsentrasi.
Itulah yang Aranasya rasakan. Mungkin bisa dibilang ia masih memiliki perasaan terhadap Dima. Karena baginya melupakan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Suasana kelas hening bak kuburan. Semua siswa-siswi disibukkan dengan kertas ujiannya, dengan khidmat mereka mengerjakan. Sedangkan di sisi lain Aranasya yang sudah selesai mengerjakan dari tadi. Ia menulis sesuatu di selembar kertas yang sudah ia robek.
Jika sudah berhadapan dengan rasa kesal itulah yang biasa orang lakukan pada umumnya. Mencoret-coret buku atau menggambar sesuatu, dan bahkan bisa saja membuat sebuah tulisan curahan hati.
Beberapa dari teman-temannya menaruh lembar kertas ujian di meja Aranasya karena sudah diperintahkan oleh Pak Awan. Bel berbunyi menandakan pelajaran pertama sudah selesai.
“Kela kela hiji deui,” kata Rizal seraya menghitung kancing baju.
Jaman dahulu beranggapan bahwa, ketika memilih opsi dengan menghitung kancing baju seraya menyebutkan semua opsi dari a sampai d beserta keterangannya, dan hitungan keterakhir itu adalah jawaban yang benar.
“Yes d,” ucap Rizal seraya mencakra silang jawaban opsi d. Rizal pun berjalan menghampiri meja Aranasya. Rizal menyimpan selembar kertas jawaban di atas tumpukan kertas lainnya.
Tok … Tok … Tok
Seseorang mengetuk pintu yang terbuka seraya berkata, “Permisi.”
“Paket,” celetuk Rizal.
“Mau apa Dim?” tanya Aldi.
“Disuruh Pak Awan buat ngambil lembar jawaban ulangan kimia,” jawab Dima.
Aldi menoleh ke belakang menghadap ke Aranasya. “Ra,” panggil Aldi.
Aranasya langsung menyembunyikan selembar kertas itu ke dalam kolong meja. Aranasya mendongak seraya mengangkat kedua alisnya.
“Ada Dima,” kata Aldi sontak membuat Aranasya membelalakkan matanya terkejut.
Ada begitu banyak pertanyaan di benaknya. Untuk apa Dima kemari? Apa Dima ingin mengatakan sesuatu hal yang akan menyakiti perasaanya lagi?
“Katanya disuruh Pak Awan,” sambung Aldi.
Aranasya mengembuskan napasnya lega. Aranasya mengambil beberapa lembar jawaban ulangan kimia. Aranasya pun berjalan menghampiri Dima yang berada di ambang pintu. Malas rasanya harus berhadapan lagi dengannya. Bertemu dengannya, mengingatkan Aranasya akan perkataan yang Dima lontarkan kala itu.
Aranasya menyodorkan beberapa lembar jawaban ulangan kimia padanya. Dima pun mengambilnya dari Aranasya. Setelah itu Dima pun pergi tanpa berkata sepatah kata atau dua kata.
Dima menyimpan beberapa lembar jawaban ulangan kimia di atas meja guru. Dima kembali melangkah menuju tempat duduknya.
“Dim Pak Langit ke sini gak?” tanya Gilang tiba-tiba menghampiri meja Dima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nervous (Completed)
Teen Fiction"Mencintai seseorang itu sama seperti daya dalam fisika, sama-sama membutuhkan waktu dan usaha." ~~~ Persamaan itu sama seperti ketika sedang menaklukan hati seseorang, dimana perlu waktu untuk mencintainya dan usaha untuk membuat hatinya luluh. Sos...