Mega

2.5K 272 61
                                    

Maaf sebelumnya ada sedikit perubahan
Selamat menikmati kembali ❤



Orang bilang yang lahir di hari minggu itu orangnya tinggi, bukan tinggi badannya, melainkan tinggi egonya dan keinginannya. Setiap apa yang dia inginkan harus terpenuhi di hari itu juga, tapi tidak bagi seorang gadis cantik berbadan mungil ini.

Mungkin ada persamaan yaitu keinginan yang tinggi, tapi baginya tidak mudah untuk mencapai keinginan itu. Bahkan ia harus berjuang terlebih dahulu untuk mencapai semuanya.

Mimpinya  benar-benar tinggi setinggi langit. Ia ingin kuliah di negeri orang dengan terkenal jam besarnya. Ya, London. Ibu kota Inggris dan Britania Raya yang banyak diminati khalayak orang banyak. Berharap suatu saat dirinya bisa terbang bebas ke London.

Hari ini hari yang menegangkan yang pernah ia alami. Bukan ditembak sama seseorang yang ia cintai, melainkan menerima hasil penerimaan siswa baru di salah satu sekolah favorit.

Rasanya memang sama seperti halnya ditembak sama seseorang, dagdigdug tak karuan, berasa jantung mau copot saja. Dengan langkah gemetaran, ia berjalan dengan gontai menyusuri lorong-lorong yang ramai orang-orang berlalu lalang. Terlihat dari ujung kelas, dimana tempat mading berada ada begitu banyak siswa-siswi yang berkumpul sedang melihat hasilnya.

Jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, saat ia sudah sampai di tempat mading. Ia tidak berani melangkah maju melihat papan pengumuman yang tertera di mading. Kini yang ada di pikirannya pulang, pulang dan pulang.

Seorang gadis di depannya tengah melihat dengan teliti nama-nama calon siswa yang diterima. Terlihat dari samping gadis itu berkeringat karena tegang.

"Tiara Andina ... Keterima!" serunya. Gadis itu berbalik badan menghadap Aranasya.

"Hei coba cubit aku deh, aku gak mimpikan?" tanyanya.

Aranasya menggelengkan kepala mengiakan, bahwa gadis itu sedang tidak bermimpi. Gadis itu memegang tangan Aranasya, lalu menepuk pelan wajahnya.

"Aku bener gak mimpi, I can't believe it," ungkapnya seraya berlalu pergi dengan berlarian menyusuri lorong-lorong.

Aranasya hanya terdiam melihat tingkahnya. Pasti semua bisa merasakan kebahagiaan itu, kebahagiaan dimana dirinya diterima di sekolah terfavorit di kota Bandung.

Gadis itu kali ini bisa bernapas dengan lega, dan bisa tertidur dengan pulas. Berbeda dengan halnya ia yang masih merasa tidak tenang. Pasalnya pertama ia belum melihat dengan mata kepala sendiri hasilnya, dan yang kedua ia tidak berani melangkah maju ke depan untuk melihat hasilnya.

Aranasya mencoba menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskan secara perlahan. Bersikap tenang dengan apa yang terjadi. Ia melangkah maju dengan mata tertutup.

"Bismillah semoga keterima," ucap Aranasya dalam hati.

Aranasya membuka matanya perlahan-lahan. Ada begitu banyak nama siswa yang tertera di sana, sampai ia pusing melihatnya. Matanya menyelusuri satu persatu nama yang berhasil lolos.

Sudah di penghujung nomor 399 nama. Namun, tak ada namanya yang masuk di sana.  Ia pun menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Ia kembali melihat hasil pada nomor ke 400 peserta.

Di pengumuman itu tertulis nama Aranasya Putri. Rasanya kemenangan ada di hadapannya kala membaca nama itu. Namun, kebahagiaan itu hanya sementara, kala ia baca nama terakhirnya itu. Bukan Meganyta melainkan Pascanata. Sesak, itulah yang ia rasakan. Seperti halnya dia menembak dirinya. Namun, itu hanya prank.

Tak ada angin, tak ada hujan. Ia merasakan bumi ini bergetar. Bumi sedang digoncangkan dengan keras. Semua siswa terlihat panik, mereka berhamburan pergi ke luar gerbang. Satu hal yang kini ada di pikirannya yaitu, ingin bertemu dengan Ibu sebelum ia dipanggil sama Tuhan.

Nervous (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang