Ternyata

980 175 18
                                    

"Bu, Yah Ara pamit ya," pamit Aranasya seraya menyalami Ayah dan Ibu.

"Assalamualaikum," salam Aranasya.

"Waalaikumsalam."

"Heh gak sopan banget adiknya di lewat," ucap Dika.

"Bodo amat," kata Aranasya seraya berjalan keluar rumah.

Aranasya pun berjalan dengan gontai menyusuri perumahan Asri. Hari ini hari pertama masuk sekolah bukan lagi sebagai calon siswa SMA Nusa Bangsa, melainkan resmi sebagai siswa SMA Nusa Bangsa.

Aranasya menunggu angkutan umum lewat di depan perumahan Asri. Inilah yang membuatnya bosan, menunggu sesuatu yang tak kunjung datang.

Terdengar suara deruman motor yang menuju ke arahnya. Aranasya terkejut bukan main, deruman motor itu berasal dari motor sosok siswa yang menjadi pusat perhatian di sekolah kemarin, ya Adima Daenandra Zavier namanya.

Dima memberhentikan motor tepat di depannya yang membuat ia tersenyum. Jantungnya berdegup kencang dari biasanya, tangannya kembali mulai merasakan dingin. Ia tidak tahu, apakah kini pipinya kian memerah atau tidak?

Dima mengambil ponsel dari saku. Dima pun langsung mengangkat panggilannya. Seketika senyum yang mengembang sempurna di bibirnya kini kian memadam. Ternyata Aranasya terlalu berpikir lebih tentangnya.

Terlihat dari jauh angkutan umum yang melaju menuju ke arahnya. Ia pun melambaikan tangan mengisyaratkan agar angkutan umum itu berhenti tepat di depannya.

"Hayu neng," ajak Supir angkut.

Aranasya mengangguk mengiakan ajakan Pak supir. Sebelum ia memutuskan naik, ia melihat pada Dima yang kini tengah sibuk berbincang dengan orang yang ada di telponnya.

Aranasya pikir dia akan mengajak dirinya bersamanya, tapi nyatanya tidak. Sudahlah kenapa ia berpikir lebih tentangnya. Aranasya pun berjalan menuju angkutan umum, lalu memasukinya. Angkutan umum pun melaju membelah jalanan.

"Waalaikumsalam," ucap Dima seraya menutup panggilannya.

Dima melirik ke sana kemari. Dirinya tadi melihat ada seorang gadis, tapi sekarang gadis itu entah pergi kemana.

Dima memasukkan ponselnya pada saku celananya. Lalu Dima pun menyelah motornya dan motor pun melaju.

Angkutan umum pun berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Semua penumpang yang didominasi oleh siswa SMA Nusa Bangsa pun berhamburan keluar. Aranasya pun mengeluarkan uang dari saku bajunya, lalu memberikan uang kepada supir angkut.

Terdengar deruman motor yang tak asing baginya. Maklum perempuan, sekali dia jatuh cinta sama seseorang, dia sampai hafal betul semua tentangnya. Dari suara langkah kaki, bahkan hingga suara motornya.

Dima memberhentikan motornya tepat di halaman depan sekolah. Dima pun membuka helm full facenya, lalu dikaitkan helmnya di bagian stang motor. Dima berjalan menuju ke arahnya dengan tas yang digendong sebelah membuatnya terlihat keren.

"Hey," sapa Dima seraya melambaikan tangan padanya.

Tuhan rasanya Aranasya terbang ke angkasa kali ini. Sosoknya yang tampan kini menyapanya. Aranasya tidak tahu harus mengatakan apa padanya. Yang pasti kali ini ia benar-benar gugup.

Aranasya tersenyum balik padanya seraya berkata, "Ha ...."

"Hey bro," sapa seorang lelaki dari belakang. Lelaki itu pun berjalan ke depan melewatinya yang kini tengah mematung.

Baru saja Aranasya merasakan terbang bebas di angkasa. Kini ia terjun bebas ke bumi. Sudah dua kali ia merasakan malu padanya. Bodohnya dirinya yang terlalu berlebihan akan tentangnya.

Nervous (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang