Truth or dare

527 98 40
                                    

Siapa yang malam mingguannya baca cerita Nervous? Hayo ngaku!
Sebelum baca klik vote
Happy Reading








"Terkadang manusia pandai dalam menyembunyikan, termasuk perihal perasaan."

• Aranasya Putri Meganyta •


Suasana kelas kini ramai bak pasar dikarenakan pelajaran kosong. Beberapa dari siswa kini tengah bermain mobile legendnya. Sedangkan para siswi ada yang tengah menonton drama Korea. Di sisi lain Aranasya, Aldi, Jhihan dan Cristia tengah duduk di kursinya masing-masing dengan posisi melingkar.

Cristia memutar spidol di atas meja. Benda itu terus berputar tak berhenti. Semua para pemain kini dibuat tegang karena takut jika benda itu menunjuk pada mereka. Benda panjang itu berhenti berputar, pada ujung tutup spidol itu mengarah pada Jhihan.

Jhihan menjerit kesal seraya mengacak-acak rambutnya. "Kenapa harus pertama sih," gerutu Jhihan.

"Truth or dare?" tanya Cristia.

"Dare," jawab Jhihan.

"Lo harus bilang ke si Beno kalau lo cinta mati sama dia," perintah Cristia.

Jhihan membelalakkan matanya terkejut seraya beranjak berdiri. "What?" tanya Jhihan.

Aldi mendesis pelan seraya tersenyum miring. "Masa anak taekwondo gak berani," sindir Aldi sengaja.

Jhihan melirik ke samping dengan tatapan tajam. "Diem lo," ucap Jhihan.

Jhihan pun langsung melancarkan aksinya untuk mendekati Beno. Jhihan pun berdiri di hadapan Beno. Jhihan menarik napasnya sejenak, lalu mengembuskannya secara perlahan.

"Beno," panggil Jhihan.

Beno menghentikan bermain gamenya. Pandangannya kini beralih pada Jhihan. "Apa?" tanya Beno.

"Gue cinta mati sama lo Ben," ungkap Jhihan.

Sorak-sorak menggema di dalam ruangan. Jhihan yang mendengar hal itu hanya bisa bergidik ngeri. Jhihan pun berlalu pergi menuju tempat duduknya semula.

Jhihan pun mengambil spidol yang tergeletak di atas meja. "Giliran gue," ucap Jhihan seraya memutar spidol itu. Benda itu terus berputar tak berhenti. Hingga beberapa menit kemudian, spidol itu berhenti berputar dengan ujung tutup spidol mengarah pada Aldi.

"Truth or dare?" tanya Jhihan.

"Or," jawab Aldi dengan wajah tak berdosa.

Jhihan mulai geram dengan Aldi karena ia selalu mempermainkannya. Jhihan mengambil spidol itu, lalu ia memukul tangan Aldi dengan menggunakan spidol. Aldi meringis kesakitan ketika benda itu mengenai tangannya.

"Iya, iya dare," jawab Aldi seraya mengelus-elus tangannya.

Jhihan tersenyum menanggapinya. "Lo harus minta maaf ke gue di depan," perintah Jhihan.

"Jhi, gila lo ya," gerutu Aldi.

"Kalau gue gila, orang tua gue gak bakal sekolahin gue."

Aldi berdecak sebal. Aldi pun beranjak berdiri seraya berjalan menuju depan papan tulis. "Gue minta maaf," ucap Aldi dengan wajah datar.

"Yang ikhlas dong," sahut Jhihan.

Aldi memejamkan matanya sejenak. Aldi memaksakan seulas senyumnya dengan pandangan tertuju pada Jhihan. "Jhihan Ersyaza gue minta maaf," kata Aldi.

Jhihan mengacungkan jempolnya seraya tersenyum. Aldi pun berjalan menghampirinya dengan wajah ditekukkan.

"Puas lo," kata Aldi. Jhihan mengangkat kedua alisnya. Kemenangan kini ada di hadapannya.

Nervous (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang