Hadiah dari AD

318 67 7
                                    

Put kembali dengan membawa cerita Nervous
Sebelum membaca, alangkah baiknya tekan vote di bagian bawah ya! Terimakasih
Happy reading

“Permisi paket,” teriak seorang Pria yang berada di depan gerbang.

Aranasya pun keluar rumah, lalu menghampiri seorang Pria ojek online. Aranasya pun membuka gerbang yang terkunci.

“Ini ada titipan dari seseorang buat Aranasya,” ucap Pria itu seraya menyodorkan bucket bunga mawar merah dan kotak kecil.

“Oh, terimakasih,” kata Aranasya seraya mengambilnya.

Pria ojek online itu pun pergi dengan mengendarai motornya. Aranasya menatap bunga itu dengan tatapan heran. Entah siapa yang memberikan ini padanya. Aranasya pun kembali masuk ke dalam rumahnya.

“Cie, bunga dari siapa tuh?” tanya Dika seraya mengejek Aranasya.

Aranasya tidak menggubrisnya, ia terus berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya. Aranasya pun duduk di tepi ranjang. Aranasya mengambil secarik kertas yang terselip di dalam bunga.

Selamat ulang tahun Aranasya

Terimakasih atas kisah indah yang pernah singgah

From AD

Aranasya mengernyitkan keningnya bingung seraya berkata, “AD.”

Sekilas terbesit sebuah ingatan di dalam benak Aranasya mengenai perbincangan antara Aranasya dengan Adrian dalam whatsapp.

Kak Adrian Dzavier

Tunggu besok, ada sesuatu hal yang mau gue tunjukin

“Jadi ini,” ungkap Aranasya seraya tersenyum. Aranasya pun menekan tombol telepon, sehingga panggilan pun terhubung pada penerima.

“Hallo Kak. Makasih ya hadiahnya, aku suka. Aku pikir Kakak gak tahu hari ulang tahun aku, sekali lagi makasih ya. Aku tutup teleponnya ya, sampai nanti Kak,” ujar Aranasya. Sengaja Aranasya mematikan panggilannya, sebenarnya ia merasa gugup. Aranasya tidak ingin mendengar jawaban darinya.

Di sisi lain, senyum Dima mengembang dengan sempurna. Ia merasa bahagia setelah mendengar suara Aranasya dalam telepon. Dima pun menyimpan ponsel milik Adrian di atas laci.

Adrian keluar dari kamar mandi. “Bukannya tadi ada telepon?” tanya Adrian.

“Gak ada, lo salah denger kali,” jawab Dima seraya berlalu pergi.

Lorong-lorong terlihat ramai orang-orang berlalu lalang. Aranasya berjalan gontai menyusurinya. Terlihat di depan kelas IPA 2, Dima, Galang dan Gilang tengah berkumpul di sana. Dima terus saja menatap Aranasya tanpa henti. Dima menarik bibirnya membentuk lengkung seperti bulan tsabit, kala melihat Aranasya memakai gelang di tangannya.

“Hai Ra,” sapa Gilang.

Langkah Aranasya terhenti. “Hai,” sapa balik Aranasya.

Happy birthday ya Ra,” ucap Gilang.

Happy birthday juga ya Ra,” kata Galang.

“Makasih,” balas Aranasya seraya tersenyum. Pandangan Aranasya kini tertuju pada Dima yang masih diam tidak berkutik.

“Dim kenapa lo masih diam aja, tunggu apalagi ucapin sekarang,” bisik Gilang pada Dima.

Tanpa menanggapi perkataan Gilang, Dima pun berlalu pergi begitu saja. Di sisi lain Aranasya merasa kecewa padanya, ia menekukkan wajahnya. Padahal Aranasya sudah menunggu Dima mengucapkan selamat padanya. Namun, Dima malah bersikap acuh.

“Aku duluan masuk kelas ya,” pamit Aranasya pada Gilang dan Galang. Aranasya pun berlalu pergi menuju kelasnya.

Satu hal yang membuatnya bingung, kenapa kelasnya mendadak hening bak kuburan? Apa mungkin teman-temannya belum tiba di sekolah? Dengan rasa penasaran Aranasya pun masuk ke dalam kelasnya.

Sesuatu hal yang tak terduga terjadi. Beberapa dari temannya keluar dari persembunyian di bawah meja. Rizal dan Zivana menarik tali pada confetti, sehingga menghasilkan suara seperti balon meletus dan mengeluarkan beragam atau miliar potongan kertas.

“Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun Ara, selamat ulang tahun.” Serempak semuanya bernyanyi seraya bertepuk tangan.

Aranasya tidak menyangka teman-temannya menyiapkan semuanya untuk dirinya. Ia berhasil dibuat menangis karena bahagia.

“Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga.”

Aranasya pun memejamkan matanya sejenak seraya berdoa, lalu ia pun meniup lilin itu. Jhihan memberikan kue itu pada Zivana. Jhihan memeluk Aranasya dengan erat.

“Selamat ulang tahun Ara,” ucap Jhihan.

“Makasih Jhi,” kata Aranasya seraya membalas pelukannya.

Rizal berjalan menghampiri Aranasya seraya berkata, “Mau peluk.”

Namun, dengan cepat Aldi memberhentikannya. Aldi mengepalkan tangannya di udara. “Lo tahu ini apa?” tanya Aldi.

Rizal tersenyum kikuk padanya. Nyalinya menciut kala melihat Aldi mengepalkan tangannya.

Aldi pun mengambil sebuah bunga mawar merah dan paper bag yang berada di kolong meja. Aldi pun  berjalan menghampiri Aranasya, lalu ia memberikannya pada Aranasya.

Aranasya membelalakkan matanya terkejut. “Apa Di?” tanya Aranasya.

“Buat lo,” jawab Aldi.

“Cie,” sorak teman-temannya serempak.

“Ekhem ngasih bunga, bau-bau jadian nih,” celetuk Rizal.

“Ngaco lo,” timpal Aldi seraya menjitak kepala Rizal yang membuatnya meringis kesakitan.

Aranasya pun mengambil hadiah dari Aldi. “Makasih Di,” ucap Aranasya. Hari ini banyak sekali orang memberikannya bunga. Entah apa maksudnya itu Aranasya tidak tahu.

Sepulang sekolah Aranasya tidak langsung pulang ke rumah. Karena hari ini ada janji dengan Adrian, yang katanya ingin mengajaknya ke suatu tempat. Aranasya menunggu kedatangan Adrian di depan gerbang. Sudah lima belas menit ia menunggu. Namun, Adrian tak kunjung datang.

Tak lama kemudian seseorang memberhentikan motornya tepat di depan Aranasya. “Sorry gue lama,” ucap Adrian.

Aranasya mengangguk menanggapinya. “By the way, makasih ya Kak,” kata Aranasya. Meskipun Aranasya sudah mengucapkan terimakasih atas hadiahnya di telepon. Tapi Aranasya ingin mengatakannya langsung kepada Adrian.

Adrian mengangguk seraya tersenyum. Adrian melirik ke bawah, ia melihat Aranasya memakai gelang tali liontin hati dan gelang tali dengan huruf A. “Gelangnya lucu,” puji Adrian dengan dibalas senyuman oleh Aranasya.

“Pasti itu dari orang yang spesial,” ujar Adrian.

Raut wajah Aranasya kembali menjadi datar. Ada banyak pertanyaan di benaknya saat ini. Apa maksud perkataannya? Bukankah ini pemberian darinya? Mungkin saja Adrian hanya ingin mengujinya lewat cara ini.

“Ayo naik,” ajak Adrian.

Aranasya mengangguk seraya memaksakan seulas senyuman. Aranasya pun menaiki motornya di bagian jok belakang.

Jangan lupa ramaikan kolom komentar, kutunggu!!!

Oya, aku mau ucapin banyak-banyak berterimakasih pada kalian, yang udah mau ngasih apresiasi dengan cara vote ataupun komen.

Jujur di part kemarin aku seneng banget, ketika tahu reaksi kalian bakal se-antusias itu mau next part. Intinya terimakasih yang udah mau nunggu cerita Nervous update.
Big love dari author

Nervous (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang