Meskipun tidak akan pernah menjadi kita

362 79 157
                                    

"Jatuh cinta itu tidak salah. Yang salah itu ketika terlalu berharap kepada seseorang, yang pada akhirnya harapan yang tumbuh justru akan melukai diri sendiri."

Aranasya Putri Meganyta


Tidak semua kisah indah akan selamanya indah, tapi adakalanya kisah yang indah berujung sudah. Sama seperti kisahnya dengan Dima yang berakhir begitu cepat. Bagi Aranasya itu seolah mimpi. Namun, itu nyata adanya.

Cuaca kali ini panas. Seandainya kali ini turun hujan, Aranasya ingin menangis di bawah derasnya air hujan. Berusaha untuk kuat. Namun, netranya sudah memanas dari tadi. Sebutir cairan bening berhasil keluar dari pelupuk matanya.

Terdengar deruman motor menuju ke arahnya. Tak lama kemudian, seseorang memberhentikan motornya tepat di depan Aranasya. Dengan cepat Aranasya menghapus air matanya. Lelaki itu membuka helm full face, lalu menatap Aranasya dengan lekat.

Lelaki itu mengernyitkan keningnya bingung. “Ra, lo nangis?” tanya Adrian.

Aranasya menggeleng pelan seraya menjawab, “Enggak kok Kak, tadi mata Ara kemasukan debu.”

Meskipun Aranasya berbohong, tapi Adrian mengetahuinya. Adrian bisa melihat kebenaran itu dari mata Aranasya. “Gue tahu lo bohong Ra,” ungkap Adrian.

Aranasya terdiam seribu bahasa. Yang Aranasya lakukan hanya bisa menunduk di hadapannya.

“Gue anterin pulang ya,” pinta Adrian.

Aranasya mendongak, menatap pada Adrian. Adrian yang menyadari bahwa Aranasya akan mengakatan tidak usah, langsung menutup mulut aranasya. “Diam, ini demi kebaikan lo,” tutur Adrian.

Di sisi ini Adrian berperan sebagai penyembuh luka Aranasya. Tuhan sudah mengatur skenario indahnya, kita sebagai manusia hanya bisa menjalaninya dengan baik.

Adrian memakaikan helm pada Aranasya. “Ayo naik,” kata Adrian.

Aranasya mengangguk seraya tersenyum. Aranasya pun menaiki motor besar milik Adrian. Di sisi lain, Dima yang tengah berada di depan parkiran diam-diam melihat Aranasya dan Adrian.

Sama seperti Aranasya yang terluka akan perkataannya. Dima juga terluka kala melihat sosok yang ia cintai bersama Kakak kandungnya. Namun, rasa sakit yang Aranasya alami tidak sebanding dengan rasa sakit yang ia alami.

Dima menatap layar ponselnya yang menunjukkan pesan dari seseorang.

Adrian

Sebenarnya gue suka Ara Dim

Lalu pandangan Dima beralih pada Adrian. Dima pun memaksakan seulas senyumannya.

Malam telah berlalu, kini sang bulanlah yang berada di atas langit menggantikan posisi sang surya. Semenjak pulang sekolah Aranasya terus mengurung diri di dalam kamar. Sudah sepuluh kali Ibunya mengetuk pintu kamar, memastikan kondisinya apakah baik-baik saja atau tidak? Namun, Aranasya selalu mengatakan kalau dirinya baik-baik saja. Padahal kini hatinya sedang terluka.

Aranasya kini tengah duduk di kursi belajar. Ia membuka lemarinya, lalu diambil buku diary dan juga pulpen. Dengan menuangkan ke dalam tulisan itu hal yang membuatnya lega.

Aku pikir dengan kamu memberikan harapan begitu besar kepadaku itu tandanya kamu cinta. Namun, ternyata aku salah.

Bandung, 2 Mei 2020

Di satu sisi Dima dan Adrian kini tengah berada di depan halaman rumahnya. Dengan ditemani secangkir kopi hangat seraya menikmati udara segar.

"Dim, lo pernah ngerasain jatuh cinta?" tanya Adrian.

Adrian mengernyitkan keningnya sekejap. "Eh ya kali Dima jatuh cinta sama cewek, yang ada jatuh cinta sama buku," sambung Adrian.

"Gue juga manusia kali," sahut Dima seraya tersenyum miring. "Gue pernah ngerasain apa itu jatuh cinta, sampai gue harus mengikhlaskan dia demi menjaga perasaan seseorang," lanjut Dima dengan pandangan lurus ke depan.

Adrian menoleh ke samping seraya bertanya, “Ceweknya cantik gak?”

“Cantik,” jawab Dima seraya tersenyum.

“Bahkan lo juga mencintainya,” ucap Dima dalam hati.

Adrian membalas senyuman Dima. Adrian pun mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Adrian pun mencari nama di kontaknya, lalu ia menghubungi nomor itu.

Ponsel Aranasya tiba-tiba berdering. Terpampang dari layar ponselnya panggilan masuk dari Adrian. Aranasya mengernyitkan keningnya bingung. Untuk apa Adrian menelpon semalam ini?

Aranasya pun mengangkat panggilannya. Didekatkan ponsel pada telinganya. “Hallo,” sapa balik Aranasya.

“Gue ganggu gak Ra?” tanya Adrian.

Dima yang mendengar hal itu langsung menoleh pada Adrian. Hatinya kini merasa panas.

“Enggak kok Kak, ada apa?” tanya Aranasya.

“Gue cuma mau bilang, jika ada orang nyakitin lo dan sampai buat lo nangis, gue gak akan ngebiarin hal itu. Kalau pun sampai gue gak ketemu orang itu, gue akan cari orang itu bahkan sampai ke ujung dunia,” ujar Adrian.

Dima hanya bisa terdiam kala mendengar Adrian mengatakan hal itu. Seandainya Adrian tahu kalau Dima lah yang membuat hati Ara terluka. Entah apa yang bakal terjadi.

“Makasih Kak,” ucap Aranasya.

“Yaudah gue tutup teleponnya ya, jaga kesehatan lo dan jangan sampai begadang,” pesan Adrian sebelum mengakhiri panggilannya.

Pandangan Dima kini lurus ke depan. “Segitunya lo cinta sama Aranasya?” tanya Dima tiba-tiba.

Adrian menoleh ke samping tepat pada Dima. Senyum Adrian mengembang dengan sempurna. “Iya, dan gue ngerasa dia orang yang tepat buat gue,” jawab Adrian.

Dima melirik ke samping seraya menepuk pundak Adrian. “Jaga dia dengan baik,” pesan Dima, dibalas dengan anggukan oleh Adrian.

Dima pun beranjak berdiri dari kursinya. Ia berjalan masuk ke dalam rumah. “Meskipun gue sama lo gak akan pernah jadi kita, setidaknya ada kisah indah yang pernah singgah,” ungkap Dima dalam hati.

Siapa yang malam minggunya baca Nervous? Hayo ngaku!!!



Tinggalkan jejak dengan cara vote dan komentar
Terimakasih ❤
Jangan lupa ramaikan kolom komentar!

Nervous (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang