Terlalu berharap

444 84 79
                                    

Sebelum baca vote dulu ya. Jangan lupa ramaikan kolom komentar!

Notes :
Putar lagu pupus versi Hanin Dhiya dan jangan lupa siapkan tisu!

Happy Reading

"Dim gimana hubungan lo sama Ara?" tanya Galang yang tengah duduk di kursi bernotabene di sebelah Dima.

Tak ada senyuman yang mengembang sempurna terukir di bibirnya, begitu pun dengan raut wajahnya yang kini tidak memancarkan cahaya.

"Ya gitu, gak ada perubahan," jawab Dima.

"Nih ya Dim, kalau emang lo cinta sama dia lo harus jelasin ke dia yang sebenarnya, biar dia gak salah paham," ujar Gilang yang tengah berdiri di ambang pintu.

"Jomblo so keras," sindir Galang seraya tersenyum miring.

"Jomblo teriak jomblo," timpal Gilang.

"Saran gue, kalau si Ara lewat lo harus samperin dia, lo jelasin ke dia sedetail-detailnya," tutur Galang.

Dima menghela napasnya sejenak. Mengenai hubungannya dengan Aranasya, ia hanya bisa pasrah. Biarkan Tuhan yang mengatur alurnya.

Banyak orang-orang berlalu lalang melewati kelasnya. Namun, sosoknya tak kunjung datang. Pandangan Dima kini masih tertuju pada luar kelas, tengah menanti sosok pujaan hati.

Gilang tersenyum seraya melambaikan tangannya. "Hai Ar," sapa Gilang.

Mendengar sebutan Ar, sontak membuat Dima beranjak berdiri seraya berjalan menghampiri Gilang. Tangannya mengapung di udara. Niat ingin melambaikan tangan pada orang yang ada di depannya. Namun, niatnya ia urungkan ketika tahu bahwa orang itu bukan Aranasya.

"Hai Dim," sapa Arum seraya tersenyum.

Dima mematung di ambang pintu dengan raut wajah datar.

"Dim lo kenapa?" tanya Gilang seraya menahan tawa melihat tingkah Dima yang agak aneh. Di sisi lain Galang pun tidak tahan menahan tawanya.

Dima menggaruk tengkuknya yang tak gatal seraya berkata, "Gu-gue."

"Ya gue pegel lah duduk mulu," elak Dima seraya bersikap normal seperti biasanya.

Dima melirik ke sana kemari, terlihat kedua sahabatnya tengah menatapnya tanpa henti. "Ngapain kalian berdua ngeliatin gue?" tanya Dima.

"Gue punya mata jadi wajar aja gue liat lo," jawab Gilang dengan menirukan gaya Dima kala itu. Gilang dan Galang tertawa lepas.

Terlihat dari jauh seorang gadis berjalan dengan gontai menujunya. Gilang langsung mendorong Dima hingga keluar dari kelasnya. Dima yang menyadari kehadiran Aranasya, kali ini ia tidak bisa berkutik.

Aranasya terus berjalan dengan gontai tanpa melihat pada orang yang ada di depannya. Aranasya melewati Dima seraya menundukkan pandangannya.

Dima berbalik badan seraya melihat punggung Aranasya yang perlahan mulai menjauh. Di sisi lain Gilang dan Galang terus memberikan komando pada Dima di balik pintu.

Merasa dirinya diperintah, Dima pun memberanikan diri untuk memulainya. Sebelum mengatakan hal sebenarnya, Dima menghela napasnya sejenak, lalu mengembuskannya secara perlahan.

"Aranasya," teriak Dima.

Langkah Aranasya terhenti kala mendengar seseorang memanggilnya. Aranasya pun berbalik badan menghadap ke sumber suara. Aranasya melirik ke sana kemari memastikan siapa orang yang memanggilnya. Hanya ada satu orang yang ada di depannya, yaitu Dima.

Nervous (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang