"Belum sempat memiliki, tapi sudah kehilangan."
Aranasya Putri Meganyta
“Dima kenapa?” tanya Adrian.
Aranasya memejamkan matanya sejenak. “Dima kecelakaan,” jawab Aranasya.
Terdengar suara gelas pecah di ambang pintu. Sontak Aranasya dan Adrian mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Adrian langsung menghampiri Ayah. Sesak itulah yang terjadi padanya, apalagi setelah mendengar kabar mengenai putra semata wayangnya.
“Ayah gak kenapa-napa?” tanya Adrian khawatir.
“Dima,” lirih Ayah.
Adrian mengerti dengan perasaan Ayahnya saat ini. “Dima akan baik-baik aja Ayah, percayalah,” ucap Adrian berusaha meyakinkan Ayah.
Di sisi lain seorang lelaki tengah mengendarai motornya. Tak ada tujuan kemana ia pergi saat ini. Dima hanya ingin melupakan semua yang terjadi. Seperti lelaki pada umumnya ketika dilanda masalah jalan satu-satunya mengendarai motor dengan sangat kencang. Karena seolah beban itu hilang tertiup angin.
Sekilas terbesit sebuah ingatan di dalam benaknya. Sebuah ingatan dimana Dima kehilangan semuanya terutama cinta dan kepercayaan.
“Bunda,” panggil Dima seraya berlari menuju Bunda yang tengah duduk di sofa ruang tamu.
“Iya, apa sayang?” tanya Bunda.
“Dima mau jalan-jalan malam ini,” rengek Dima.
“Gak boleh. Ayah lihat dari ramalan cuaca kali ini bakal turun hujan,” bantah Ayah yang tengah duduk di sofa tamu seraya membaca secarik koran.
“Itu kan baru ramalan Ayah,” timpal Dima.
Ayah melipat koran, lalu di simpan di atas meja. “Kamu ini ya bandel banget,” gerutu Ayah.
“Gak papa Mas kan bisa bawa payung,” sahut Bunda.
Dima menjerit keras ketika mendengar perkataan Bundanya. Dima pun meloncat-loncat kegirangan. “Asyik,” seru Dima.
Ketika Bunda sudah memutuskan Ayah tidak bisa berbuat apa-apa. Ini alasan kenapa Dima sangat menyayangi Bundanya. Akhirnya, Dima dan Bunda pun pergi ke Mall yang tak jauh dari rumah dengan menaiki bus. Sementara Ayah dan Adrian menunggu di rumah.
Malam ini menjadi malam terindah bagi Dima bisa menghabiskan waktu dengan sang Bunda. Setiap detik demi detik, menit demi menit Dima nikmati, baginya peluang ini sangat berharga.
Setelah menghabiskan waktu selama setengah jam Dima dan Bunda kembali bergegas pulang. Belum sampai larut malam, Bunda dan Dima menunggu bus di halte. Cuaca kali ini mulai mendung, sepertinya ramalan itu benar.
Dima tengah asyik bermain bola barunya. Dima terus memantulkan bola itu. Namun, tiba-tiba bola itu menggelinding jauh ke tengah jalan. Dima merengek pada Bundanya untuk segera diambilkan kembali bolanya.
Bunda pun berusaha untuk mengambil bola yang berada di tengah jalan. Tanpa sepengetahuannya sebuah mobil melaju dengan kecepatan kencang menujunya. Dalam hitungan detik mobil itu menabrak Bunda.
“Bunda!” teriak Dima ketika melihat Bundanya yang sudah tergeletak di aspal dengan darah segar bercucuran dari kepalanya. Benturannya sangat keras.
Dima pun berlari sekencang-kencangnya menghampiri Bunda. Dima mengangkat kepala Bunda tepat pada pangkuannya. “Bunda bangun, jangan tinggalin Dima,” ucap Dima dalam isakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nervous (Completed)
Teen Fiction"Mencintai seseorang itu sama seperti daya dalam fisika, sama-sama membutuhkan waktu dan usaha." ~~~ Persamaan itu sama seperti ketika sedang menaklukan hati seseorang, dimana perlu waktu untuk mencintainya dan usaha untuk membuat hatinya luluh. Sos...