Mengobati justru malah melukai

606 103 34
                                    

"Terkadang manusia dibutakan oleh satu kesalahan."

~ Adima Daenandra Dzavier ~

Banyak pasang mata kini tertuju pada Aranasya yang tengah memakai kebaya. Aranasya yang dikenal sebagai gadis yang anggun, kini dirinya semakin anggun kala memakai kebaya brokat berwarna coklat susu dengan rambut curly yang terurai. Karena hari ini hari kartini, semua siswa SMA Nusa Bangsa memakai batik atau pangsi baju adat sunda. Sedangkan untuk siswi memakai kebaya.

Pelajaran kali ini dikosongkan dengan diganti berbagai acara pertunjukan dari mulai pertunjukan drama dan bernyanyi. Tak hanya itu setiap kelas berpartisipasi dengan cara mengadakan bazar kelas. Dimana mereka belajar untuk berwirausaha kecil-kecilan.

Aranasya merasa kesulitan saat mengangkat kursi menuju lapangan. Karena rok yang ia kenakan terlalu ketat membuatnya sulit untuk berjalan. Sebenarnya ini untuk pertama kalinya dirinya memakai pakaian seperti ini.

Tiba-tiba seseorang memegang kursinya yang membuat Aranasya mematung di tempat. Aranasya mendongakkan kepalanya menatap pada lelaki yang ada di hadapannya.

"Biar gue aja yang angkat," pinta Dima.

Aranasya menganga, dirinya kehilangan kata-kata. Aranasya alihkan pandangannya ke bawah. Memar yang ada di tangan Dima kini menarik perhatiannya. Aranasya pun menghentikan Dima, dan menarik pergelangan tangan Dima untuk mengikuti langkahnya. Dima yang diperlakukan seperti itu hanya terdiam tak berkutik.

Ruang UKS kini sepi tak ada orang satu pun. Dengan langkah ragu Aranasya memasukinya dengan diikuti oleh Dima. Aranasya menyuruh Dima untuk duduk di ranjang. Dima yang merasa diperintah langsung menurutinya.

Aranasya pun mengambil kotak P3K yang berada di dalam laci. Aranasya pun menggeledah isinya, ia pun mengambil obat merah juga hansaplast. Aranasya meraih tangan Dima, lalu meneteskan obat merah tepat di daerah memarnya. Meskipun luka itu sudah lama, tapi rasa sakitnya masih terasa.

Aranasya meniup-niup pelan tangan Dima meredakan rasa perihnya. Aranasya pun menempelkan hansaplast pada tangan Dima yang memar.

Dima merasa spesial diperlakukan seperti itu. Untuk pertama kalinya ada seseorang yang peduli mengenai dirinya. Dima menatap Aranasya tanpa henti.

Aranasya mendongakkan kepalanya menatap pada Dima yang kini tengah menatapnya. Dima yang menyadari hal itu langsung mengalihkan pandangannya. Aranasya kembali menyimpan kotak P3K itu di tempat semula.

"Ketika lo dianggap sebagai sampah, apa yang bakal lo lakuin?" tanya Dima tiba-tiba.

Aranasya berbalik badan menghadap pada Dima. Aranasya merasa bingung, kenapa Dima tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?

"Gak semua sampah itu gak berguna. Dari sampah kita bisa memanfaatkannya menjadi barang berguna. Hanya orang bodoh yang beranggapan bahwa sampah itu gak berguna," jawab Aranasya.

Dima tersenyum menanggapinya. "Terkadang manusia dibutakan oleh satu kesalahan," sahut Dima.

Ceklek

Seseorang membuka pintu UKS yang membuat Dima dan Aranasya terkejut bukan main. Gilang mematung di ambang pintu.

"Maaf gue ganggu lo pada," ucap Gilang seraya menutup pintu UKS. Namun, Dima menghentikannya.

"Tunggu," sahut Dima seraya beranjak turun dari ranjangnya, kemudian berjalan menghampiri Gilang.

"Ekhem," sindir Gilang sengaja. Dima langsung menepuk pundaknya dengan keras.

Nervous (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang