Pertama kali

801 149 36
                                    

Semua siswa baru kini diminta untuk mengisi formulir pendaftaran ekstrakurikuler. Ada berbagai ekstrakurikuler yang terdapat di SMA Nusa Bangsa, dari mulai kegiatan intra yakni, OSIS dan MPK. Selain itu ada ekstrakurikuler pendidikan, dimana kegiatan itu bersakut paut dengan pelajaran seperti,. matematika, Inggris, dan bahasa Jepang. Ada juga ekstrakurikuler pramuka, PMR, paskibra, polsis, basket, taekwondo, silat, futsal, dan badminton.

Paling banyak peminat ekstrakurikuler yaitu pramuka yang didominasi oleh kaum adam dan hawa. Sudah jelas kalau menyangkut pramuka, siapa yang tidak mengenal ekstrakurikuler tersebut? Di sekolah dasar saja ekstrakurikuler pramuka sudah menjadi favorit.

"Ra, lo ikut ekstrakurikuler apa?" tanya Aldi yang tengah berada di meja depan.

"Matematika deh kayaknya," jawab Aranasya.

"Kalau gitu sama dong," ucap Aldi.

Aranasya tersenyum menanggapinya.

"Yaelah gue beda dari yang lain," sahut Jhihan.

Aranasya menoleh ke samping tepat pada Jhihan. "Emangnya kamu mau ikut ekstrakurikuler apa?"

"Taekwondo."

Aranasya membelalakkan matanya, terkejut bukan main. "Serius?"

Jhihan menganggukkan kepalanya, mengiakan perkataan Aranasya. Di sisi lain Aldi tertawa pelan.

"Bentar lagi tangan lo patah," sindir Aldi.

"Gila lo Di ngedoain gue, awas aja lo gue patahin tangan lo," geram Jhihan.

Aranasya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat pertengkaran antara Jhihan dan Aldi. Aranasya pun kembali mengisi formulir tersebut. Setelah selesai, lalu ia berikan kepada Aldi karena Aldi adalah ketua kelas.

Hari ini jam pelajaran kosong dikarenakan para guru sedang rapat, jadi wajar saja jika suasana kelas ramai bak pasar.

Di waktu luang ini Aranasya gunakan dengan membaca buku novel. Entahlah ia sangat menyukai membaca novel dari waktu ia masih duduk di bangku SMP. Mungkin sebagian orang membaca dengan waktu panjang, biasanya tiga sampai lima hari. Berbeda dengan halnya ia yang sanggup membaca lima ratus halaman dalam sehari.

"Sibuk ya bu?" tanya Aldi tiba-tiba.

Aranasya menyimpan buku di atas meja seraya berkata, "Gak juga, ada apa?" tanya Aranasya balik.

"Cuma nanya aja," jawab Aldi dengan raut wajah polos.

Aranasya memutar bola matanya malas. "Kebiasaan deh," gerutu Aranasya.

Tiba-tiba datanglah Jhihan seraya mendudukkan pantatnya di kursi bernotabene di sampingnya. "Heh gak baik berduaan, nanti ada setan."

"Kan elu setannya Jhi," sahut Aldi.

Jhihan membelalakkan matanya terkejut bukan main. Beraninya Aldi berkata seperti itu padanya. Jhihan berkacak pinggang dengan raut wajah yang marah.

"Apa lo bilang Di?" tanya Jhihan dengan nada tinggi.

"Syaiton," jawab Aldi.

Tangannya mulai gatal, Jhihan sudah tidak tahan lagi ingin melayangkan satu bogeman pada Aldi.

"Heran gue sama cewek, dikit-dikit ngambek, dikit-dikit baikan. Apa lo mau gue beliin seblak? Mau gepreknya sekalian?"

Jhihan memukul pundak Aldi seraya berkata, "Di lo itu ya bener-bener ngeselin."

Lagi-lagi Aranasya menyaksikan pertengkaran antara Aldi dan Jhihan. Aranasya tidak bisa membayangkan kedepannya akan seperti apa jika mereka bersatu. Mungkin setiap hari akan terjadi pertengkaran baik itu kecil maupun besar.

Aranasya menatap lurus ke luar pintu melihat orang-orang sedang berlalu lalang, dengan satu tangan menopang dagu menjadikan sebagai tumpuan.

Andai saja kini Dima tengah berada di ambang pintu dengan pandangan tertuju padanya. Mungkin kali ini ia akan merasakan berada di taman Surga.

Beberapa menit kemudian, Aranasya melihat seseorang yang sedang ia pikirkan saat ini tengah berada di ambang pintu. Entah itu hanya khayalannya atau itu nyata adanya. Aranasya mengedipkan matanya berkali-kali, memastikan bahwa itu hanya sekedar bayangannya saja.

"Permisi," ucapnya yang tengah berada di ambang pintu dengan membawa tumpukan kertas di genggamannya.

Aranasya terkejut kala mendengarnya. Ternyata ini nyata adanya.

"Saya ingin berbicara dengan bendahara kelasnya," ujar Dima.

Deg

Lagi-lagi Aranasya dibuat terkejut olehnya. Ada perlu apa dia padanya?

"Ra, lo dipanggil tuh," kata Aldi.

Aranasya menganggukkan kepala, mengiakan perkataan Aldi. Aranasya berjalan dengan gontai menuju Dima yang tengah berada di ambang pintu.

Aranasya meneguk salivanya karena kini tenggorokannya terasa kering. Untuk pertama kali ia merasakan gugup ketika berhadapan dengan seseorang.

"Lo bendahara kelasnya?" tanya Dima dengan raut wajah datar.

Aranasya menganggukkan kepalanya.

"Ikut gue!" ajak Dima seraya berjalan lebih dulu.

Aranasya masih mencerna apa yang Dima ucapkan. Sebenarnya ia tidak tahu tujuan Dima mengajaknya kemana. Seketika ia tersadar kala melihat punggung Dima yang kini mulai menjauh. Ia pun langsung berjalan mengikutinya dari belakang.

"Assalamualaikum," salam Dima seraya masuk ke ruang guru. Dima pun berjalan menghampiri seorang wanita. Sedangkan Aranasya masih mematung di depan pintu. Terlihat Dima menyodorkan beberapa lembar kertas pada wanita tersebut.

"Kelas 10 IPA 3?" tanya seorang wanita yang berada di samping Aranasya.

Aranasya menoleh ke samping tepat pada wanita itu. Aranasya menganggukkan kepala mengiakan seraya berkata, "Iya bu."

"Ini buku buat catatan kasnya, mulai besok bisa dimulai ya penarikan kasnya," ujar Bu Rita seraya menyodorkan sebuah buku besar padanya.

Aranasya pun mengambil buku besar darinya. "Iya bu," ucap Aranasya.

Dima berjalan ke arah Aranasya dan Bu Rita. "Bu kami pamit dulu ya, assalamualaikum." Dima pun menyalami Bu Rita diikuti oleh Aranasya.

Aranasya dan Dima pun keluar dari ruangan. Hening itulah yang terjadi antara Aranasya dan Dima saat berjalan menyusuri lorong-lorong.

"Dima lagi sariawan kali ya, mangkanya dia diam mulu," gerutu Aranasya dalam hati.

Aranasya menoleh ke samping tepat pada Dima yang kini pandangannya tengah menatap lurus ke depan. Aranasya alihkan kembali pandangannya menjadi lurus ke depan.

"Dim aku duluan ke kelas ya," ucap Aranasya yang tengah berada di depan pintu kelas 10 IPA 3.

Tak ada sahutan darinya. Dima pun tetap berjalan dengan pandangan masih tertuju ke depan. Aranasya hanya bisa mengelus dadanya, bersikap sabar menghadapi bongkahan es balok.

Nervous (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang