Bersama keluarga

602 115 4
                                    

Hari ini hari minggu, dimana keluarga Aranasya tengah berkumpul di rumahnya. Sudah menjadi tradisi keluarganya di setiap hari minggu berkumpul. Wajar saja jika keadaan rumahnya ramai bak pasar.

Aranasya dan Jhihan kini tengah berada di kamarnya. Keduanya disibukkan dengan kegiatan menonton film dari layar laptopnya.

"Ra, keluarga lo suka ngumpul di hari minggu?" tanya Jhihan.

Aranasya pun menganggukkan kepalanya. "Tanpa absen," jawab Aranasya. Tangannya meraih makanan yang tergeletak di atas ranjang.

Jhihan tersenyum tipis seraya berkata, "Enak ya bisa kumpul bareng."

Aranasya tersenyum kikuk padanya. Ia pun kembali memakan makanan ringannya. Sedangkan Jhihan kini suasana hatinya mulai berubah.

Setelah beberapa menit kemudian, Jhihan pun memutuskan untuk pulang setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan, menunjukkan pukul 12.00.

"Ra, gue pulang ya," pamit Jhihan seraya beranjak dari kasurnya.

"Yaudah aku antar," pinta Aranasya.

Aranasya dan Jhihan pun berjalan beriringan menuruni anak tangga. Di anak tangga terakhir, Aranasya dibuat terkejut oleh seseorang yang melemparkan bantal tepat di wajahnya. Darahnya kini mendidih.

"Dika!" teriak Aranasya seraya berkacak pinggang.

"Kaluar tah maungna," gerutu Dika pelan. Maksud perkataannya itu 'Keluar tuh macannya'.

Aranasya pun mengambil bantal yang tergeletak di lantai. Ia pun menghampiri Dika, namun Dika malah menjauh darinya.

Dika mengumpat di balik sofa yang di depannya kini terdapat Oma tengah duduk. Aranasya pun mengejar Dika ke sana kemari. Namun, dengan cepatnya Dika berhasil lolos darinya.

"Oma," rengek Aranasya.

Oma berdecak sebal seraya berkata, "Udah udah jangan ribut, nanti Oma pulang, mau?"

"Jangan Oma," jawab Dika dan Aranasya serempak.

"Nah gitu kompak," sindir Oma.

Aranasya dan Dika pun saling melontarkan pandangannya. Refleks keduanya bergidik ngeri.

"Yuk Jhi," ajak Aranasya pada Jhihan.

Dari tadi Jhihan tersenyum melihat keluarga Aranasya yang terlihat begitu kompak. Tanpa ia sadari sebutir cairan bening berhasil keluar dari pelupuk matanya. Dengan cepat ia pun mengusapnya.

Jhihan mengangguk mengiakan ajakan dari Aranasya. Jhihan pun berjalan keluar mengikuti Aranasya.

Jhihan berdiri di depan pagar rumah Aranasya. "Lo beruntung ya Ra," ungkap Jhihan.

Aranasya mengernyitkan keningnya bingung. "Maksudnya?" tanya Aranasya.

Jhihan tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. "Gue pamit ya, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Aranasya dibuat bingung oleh Jhihan.

Jhihan pun masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan rumah Aranasya. Di sepanjang perjalanan, pikirannya melayang jauh entah kemana. Hingga tak terasa tiba di depan rumahnya.

Nervous (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang