▻☽⚜☾◅10.11 KST
Suasana sunyi dalam ruangan persegi empat mengusik hati yang terasa gamang akibat kejadian beberapa jam lalu. Suara alat defibrillator yang terus terdengar menunjukan bahwa keadaan Yuju sedang kritis. Eunha menatap Yuju dengan pandangan penuh harap agar wanita didepannya segera baik-baik saja.
"Unnie, mianhae.."
Tangisan Eunha tak tertahan. Bagaimanapun juga ia melihat kejadian mengerikan itu hingga tak bisa ia lupa meski ingin ia lupakan.
"Nuna! Ada apa ini? Apa yang terjadi?" suara besar itu menyeru ketika memasuki ruangan.
Eunha mematung. Seketika manik matanya membeku kala mendapati Jungkook yang memasuki ruangan.
"Kenapa kakak ku disini? apa yang sebena—"
Kakak ku?
"Kau?" Jungkook menghela napas berat kala mendapati Eunha diatas kursi roda yang terlihat barusaja selesai menangis. Namun ini bukanlah saat yang tepat untuk memikirkan masalah pribadinya.
"Apa yang sebenarnya terjadi padanya?" tanya Jungkook dengan nada mendatar.
Eunha kembali pada tangisnya yang sempat terhenti beberapa saat.
"Unnie.. dia tertembak oleh senapan peluru. tapi untungnya peluru itu telah ditangani oleh dokter."
"Se-semuanya baik-baik saja, operasinya berjalan dengan lancar." jelas Eunha tanpa menatap sang lawan bicara di depannya.
Terdengar helaan napas dari Jungkook yang mungkin pria itu sempat berpikir keruh. Jungkook menatap gadis didepannya yang sedang menunduk dengan sesegukan. Menahan agar isakannya tak terdengar oleh siapapun.
Detik berikutnya Eunha tak tahan lagi. Gadis itu menangis lepas dengan sesegukan. Rasanya, ia sangat bersalah pada Yuju.
"Hiks, s-siapa yang tega melakukan ini padanya. Benar-benar jahat! hiks."
"Ma-maafkan aku jung."
"Untuk?"
"Aku tidak tau, hiks.. a-aku hanya meminta maaf karena kurasa semua ini karenaku."
Sedikit tersungging kekehan kecil dari Jungkook kala mendapati Eunha dengan wajah merah padam yang tampak benar-benar kebingungan. Wajah kecil itu begitu lugu hingga terlihat jelas dari ekspresinya saat ini.
"Jjang! Bodoh. Apa itu salahmu? Berhentilah bersikap seperti kau yang melakukan kesalahan."
"Itu bukan salahmu."
Manik bening Eunha menoleh cepat pada sang lawan bicaranya. Sekelebat hawa asing entah kenapa terasa mendebarkan didalam sana. Seolah Jungkook memahami Eunha yang ketakutan karena kesalahan orang lain yang tak terlihat, dan kebetulan saja Eunha lah yang terlihat. Seketika itu segukan Eunha terhenti.
Jungkook tergugah, apakah barusaja berlebihan?
"Jangan berpikir terlalu jauh, aku hanya mengatakan apa yang kumau."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE
FanfictionSemuanya tampak begitu kejam. Akankah ia sadar pada lukaku yang timbul karenanya? Ah tidak apa, seharusnya aku mengerti. Dia tidak akan mencintaiku. Dan tentu aku harus menerima konsekuensinya. Mencintaimu memang sulit, tapi aku sangat menyukainya.