18. Happiness Pencil

521 59 6
                                    


▻☽⚜☾◅

⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷

''Mungkin untuk bisa dipandang olehmu secara utuh, itu hanyalah mimpi.''

''Namun bukan menjadikan beban untukku mencintaimu.''

⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷⫸⫷

▻☽⚜☾◅

04.12 KST

Matahari terbit bersinar menyambut semangat Eunha yang sudah berada didepan terasnya menunggu Namjoo yang sedang mengenakan sepatu.

"Baiklah, sudah siap semuanya?." tanya Namjoo seraya bangkit dari duduknya.

Eunha menganggukan kepala. Ia sudah siap berangkat sekarang.

"Kalau begitu mari aku bantu masuk ke mobil." sunggut Namjo mulai bergegas memapah Eunha sampai kedalam mobil.

"Gomawo, Eonni." Namjoo menganggukan kepalanya membalas Eunha.

▻☽⚜☾◅

06.11 KST

"Berikan gambarmu." sahut Yerin meminta kertas yang terakhir kepada Eunha.

"Aish. Sebentar lagi akan selesai."

"Kajja!."

"Sebentar lagi." Balas Eunha.

Yerin menghela napasnya mengalah. Eunha melihat-lihat gambarnya dari jauh. Setelah merasa puas dengan hasilnya Eunha menyodorkan kertasnya kepada Yerin.

"Sudah selesai." ujar Eunha memberikan hasil pekerjaannya kepada Yerin.

"Bagus sekali. Kau suka menggambar desain-desain gaun seperti ini, tapi tidak pernah membuatnya eoh." kritik Yerin mengenai hasil karya Eunha

"Aish, kata siapa aku tidak pernah membuatnya?."

"Kadang jika waktu luang aku selalu membuat gaun untuk boneka barbie ku." jelas Eunha dengan senyuman yang mengembang.

"Barbie?" ulang Yerin. "Aish tidak masalah, tapi kau tidak pernau menunjukan kepadaku."

"Aku tidak mau, sepertinya karyaku tidak layak untuk ditunjukan padamu."

"Bicara apa kau ini. Hahaha, tidak mau tahu, kau harus membuat desain ini dihadapanku." sunggut Yerin menunjuk Eunha dengan jarinya menegaskan.

"Blablabla terserah kau saja." balas Eunha seraya mengibaskan kedua tangannya menyuruh Yerin agar segera mengumpulkan tugas kelasnya kepada Park-Ssaem

Sama seperti biasanya, ketika Yerin keluar kelas, suasana kelas akan berubah seketika. Riuh ricuh didalam kelas kembali menyala lagi.

"Hey! Siapa suruh kau melemparnya diatas sana?" teriak Daniel kepada teman sekaligus lawan bermain badmintonnya, Jisung. Entah sejak kapan tiba-tiba sudah berada didepan bangku Eunha.

Tanpa berkata-kata Daniel menyahut botol minum Eunha yang berada diatas meja lalu langsung meminumnya.

Pandangan Eunha yang semula membaca sebuah Novel beralih ke Daniel.

HOPE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang