▻☽⚜☾◅
19.03 KST.
Terlihat seorang pria tengah terduduk ditengah gazebo elegan yang terletak dilingkungan mansion mewah bergerbang yang tingginya nyaris 3 meter. Taehyung terduduk dengan posisi tegap bertatapan lurus kedepan menyatukan kedua telapak tangannya menjadi kepalan diantara sisi paha.
Setiap detik, sekelebat bayang-bayang Yuju dan Sinb berpacu mengelilingi kepalanya. Perasaan marah dan khawatir menjadi satu hingga membuat pikirannya buncah. Tidak ada sedikitpun pikiran tenang yang menyulut pikiran pria itu. Sama sekali.
Taehyung menggeram. Ia benar-benar bisa jadi gila karena ini. Pikirannya sedang sangat kacau, asan dan kelesah menggumpal menjadi satu dibenaknya hingga menyekat hati. Rasanya Taehyung ingin menumpahkan seluruh jeritan frustasi itu malam ini namun sulit sekali untuknya mengeluarkan benih bening dari mata bak mata elang itu.
Taehyung memejam, sesekali mengatur detak jantungnya yang berpacu ribut sejak tadi.
"Kau harus menerima ganjaran atas perlakuanmu sendiri!" polesan seringai terulas diparas pria tiga dimensi itu.
-
05.06 KST.
Lagi-lagi Eunha sudah terduduk seorang diri didalam ruangan berbentuk persegi panjang. Gadis itu selalu mengawali untuk menjadi penduduk kelasnya. Eunha diam dan termenung, sabar menanti berjalannya waktu menuju dua jam selanjutnya.
Brak.
Eunha berhasil dibuat terperangah akibat suara yang ditimbulkan seorang pria kasar yang menerobos masuk membanting pintu. Eunha mengerutkan dahi saat mendapati pria gila tengah tersenyum merekah kepadanya.
Bagaimana mungkin dia datang awal sekali?
"Apa yang terjadi? Kenapa datang sepagi ini?" cicit Eunha bertanya.
"Kau sendiri?."
Eunha terdiam sekejap. Tampaknya ia salah menggunakan pertanyaannya. Gadis itu hanya berdeham mencari jawaban.
"Tentu saja aku bersekolah. Biasanya aku memang datang awal."
"Aku juga bersekolah, aku bosan terlambat." Daniel langsung mendudukan tubuhnya dibangku Yerin, masih sama seperti kemarin.
Eunha berdecih geli menerima jawaban Daniel. Sepertinya pria mengesalkan itu mengalami kecelakaan hingga otaknya menjadi terbalik.
"Bersekolah? Cih, bersekolah. Hahaha bersekolah."
Daniel menyumbat telinganya dengan gumpalam tissue lalu langsung meletakan kepalanya diatas meja. Masih pada rutinitas biasanya.
"Bukankah kau telah menjadikan ruang kelas menjadi kamar baru mu? Cih, bersekolah, konyol sekali haha!." seketika kepala itu terangkat, kedua pasang mata menyorot sebal pada gadis berambut sebahu itu.
"Lihat saja perubahanku. Aku bahkan bisa lebih teladan daripada ketua kelas!."
"Kau tampak yakin sekali ya?."
"Lebih baik kau diam saja. Bangun pagi-pagi buta membuatku merasa lelah karena sibuk bersiap-siap." tidak mudah untuk membuat kepala itu tetap tegak jika sudah mendapati sebuah meja berpelintur. Apapun alasannya, Daniel tetaplah Daniel.
"Kuharap seorang teladan tidak lupa mengerjakan tugas dari Geum ssaem." Lagi, kepala itu terangkat lagi saat mendengar kata-kata menyebalkan yang membuat Daniel mati-matian bergegas mengambil buku demi tidak merasa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE
FanfictionSemuanya tampak begitu kejam. Akankah ia sadar pada lukaku yang timbul karenanya? Ah tidak apa, seharusnya aku mengerti. Dia tidak akan mencintaiku. Dan tentu aku harus menerima konsekuensinya. Mencintaimu memang sulit, tapi aku sangat menyukainya.